• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Anak Autis

D. Kajian Kemampuan Berhitung

3. Evaluasi Kemampuan Berhitung

sudah terbiasa dibimbing oleh guru disekolah maka sikap tersebut mulai terarah dan anak autis mulai terbiasa dengan keadaan kelas dan mau belajar walaupun terkadang masih sulit diatur karena gangguan emosi yang tidak stabil. Selain itu adapula faktor Eksternal (dari luar individu):

Situasi belajar dan mengajar yang tidak dirancang untuk siswa yang aktif maka membuat ana autis yang sedikit aktif ini sulit menerima pembelajaran khususnya berhitung, Metode belajar yang kurang interaktif membuat anak autis bosan dan tidak mau belajar sehingga sulit menerima materi yang diberikan. Kurang ketersedianan media yang mendukung pembelajaran adalah salah satu faktor penghambat anak autis tidak mudah memahami materi penjumlahan dan perkalian yang diberikan didalam kelas, situasi di rumah yang kurang mendukung motivasi belajar anak membuat anak kurang semangat belajar disekolah dan cenderung bermalas-malasan didalam kelas.

3. Evaluasi Kemampuan Berhitung

Pengukuran merupakan proses atau kegiatan untuk memperoleh hasil berupa nilai kuantitas dari tes yang telah dilakukan. Selain itu penilaian merupakan kegiatan yang tersusun sistematis dan seimbang antara satu dengan yang lainnya untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dari suatu tes yang telah dilaksanakan (Zainal Arifin, 2012: 4). Dari pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa untuk memperoleh hasil belajar peserta didik melakukan

34

tes yang telah dilaksanakan kemudian diukur hingga memperoleh hasil yangberupa nilai kuantitas.

Evaluasi adalah kegiatan yang terstruktur dan berkelanjutan untuk menentukan nilai dari proses belajar peserta didik sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan proses belajar selanjutnya. Maka penilaian dengan evaluasi hampir sama, keduanya sama-sama untuk melihat hasil proses belajar yang telah dilakukan melalui tes, kemudian diolah menjadi nilai dan di evaluasi sebagai tolak ukur pembelajaran selanjutnya ( Zainal Arifin, 2012: 5). Dengan demikain evaluasi merupakan kegiatan sistematis dan berkelanjutan untuk memperoleh hasil atau nilai dari proses belajar peserta didik sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

Hasil belajar yang menjadi bahan evaluasi tidak hanya dalam bidang kognitif, tetapi juga afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini peneliti akan melihat kemampuan berhitung maka termasuk dalam bidang kognitif yang akan diteskan kemudian dinilai sebagai proses hasil belajar. (Nana Sudjana, 2005: 29). Jadi bila dikaji lebih lanjut hasil belajar berhitung termasuk kemampuan kognitif pada siswa autis yang akan di tes melalui soal berhitung penjumlahan dan perkalian. Kemudian hasil jawaban benar tersebut adalah skor akhir yang akan didapatkan siswa. a. Teknik Evaluasi

Teknik evaluasi kemampuan berhitung dilakukan dengan pre tes dan post tes. Tes yang diberikan kepada siswa pada penelitian ini berupa tes tertulis yaitu tes soal hitungan, adapun prosedurnya yaitu; siswa harus mengerjakan soal penjumlahan dan perkalian 10 item soal yang telah disediakan. Pelaksanaan scoring pada penelitian ini, jika anak mampu menjawab soal dengan benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor

35

0. Skor yang diperoleh subjek kemudian diolah dan dihitung jumlah skor akhir yang menjadi nilai akhir subjek.

b. Langkah-langkah penyusunan instrumen tes berhitung dalam penelitian ini adalah:

1) Menentukan tujuan tes

Tujuan tes untuk memperoleh data kuantitatif kemampuan berhitung anak autis sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

2) Mengadakan pembatasan materi yang akan diteskan, mencakup pengidentifikasian berhitung dan berhitung yang terdiri dari penjumlahan-perkalian bersusun kebawah.

3) Menyusun butir-butir soal.

Tes ini dibuat oleh peneliti sendiri yang diolah dari materi tes matematika. Soal-soal pada tes ini sudah disesuaikan dengan kompetensi Matematika kelas VII di SLB Autisma Dian Amanah Yogyakarta.

4) Uji Coba Tes

Uji coba tes dilakukan oleh peneliti kepada siswa, sejauh mana tes dilakukan efektif dan berguna bagi subjek autis atau tidak.

c. Cara Pemberian Skor

Cara memberikan skor dalam tes kemampuan berhitung pada siswa yaitu pemberian 10 soal pertanyaan yang didalamnya terdapat soal penjumlahan bersusun kebawah dan soal pertanyaan perkalian bersusun kebawah. Setiap soal yang benar diberi skor 1 (satu) dan setiap soal yang telah dikerjakan mengalami kesalahan tidak diberi nilai atau skor 0 (nol).

36   

Kemudian bila 10 pertanyaan tes kemampuan berhitung sudah diselesaikan oleh subjek penelitian maka dihitung semua jawaban yang benar lalu dari jawaban benarlah didapatkan skor akhir.

d. Cara Menentukan Nilai akhir

Cara menghitung nilai akhir yaitu melihat semua jawaban dari soal yang telah diberikan pada siswa, yaitu dari 10 soal dihitung semua jawaban benar maka dari jawaban benar itu adalah skor akhir yang akan didapatkan siswa.

Teknik atau cara penskoran pada tes kemampuan berhitung sebagai berikut :

a) Skor 1 untuk jawaban benar b) Skor 0 untuk jawaban salah

Hasil tes tersebut akan dianalisis dengan menggunakan persentase dan peneliti akan mengkategorikan kemampuan siswa.

Adapun rumus penilaian sebagai berikut : (M. Ngalim Purwanto, 2006: 102)

%

Bagan.1 Rumus Keterangan :

NP : nilai persentase yang dicari atau diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa

SM :skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : bilangan tetap.

37

Hasil persentase tersebut dikategorikan sesuai dengan tingkat keberhasilan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1997: 121). Tingkat keberhasilan tersebut adalah :

b. Istimewa/sangat baik/maksimal : apabila seluruh (86% -100%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahkan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

d. Baik/maksimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa.

e. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan tingkat keberhasilan tersebut, standar ketuntasan minimal keberhasilan kemampuan berhitung dilihat dari pencapaian minimal subjek yaitu 60% sampai 75%. Bila subjek belum mencapai ketuntasan minimal atau belum mencapai 60% maka dikatakan belum ada pengaruh.

Dokumen terkait