• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LAPORAN KASUS

E. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 5 April 2012 jam 14.10 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya : subyektif pasien mengatakan nyeri pada daerah jahitan; obyektif : pasien menunjukkan skala nyeri 7, ekspresi wajah meringis kesakitan; analisa : masalah belum teratasi; planning : lanjutkan intervensi : kaji skala nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, monitor vital sign, observasi isyarat ketidaknyamanan verbal dan non verbal, lanjutkan pemberian terapi obat sesuai advis dokter. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 6 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode SOAP hasil subyektif yang di dapat, pasien mengatakan nyeri di daerah jahitan sudah agak berkurang; obyektif : skala nyeri 6, ekspresi wajah tampak meringis; analisa : masalah belum teratasi; planning : lanjutkan intervensi : kaji skala nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, monitor vital sign, observasi isyarat ketidaknyamanan verbal dan non verbal, lanjutkan terapi pemberian obat

13

sesuai advis dokter. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 7 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode SOAP hasil subyektif yang di dapat, pasien mengatakan nyeri pada daerah jahitan berkurang; obyektif : skala nyeri 4, ekspresi wajah tampak menyeringai; analisa : masalah belum teratasi;

planning : lanjutkan intervensi : kaji skala nyeri, monitor vital sign, observasi isyarat verbal dan non verbal, lanjutkan terapi pemberian obat sesuai advis dokter.

14

BAB III

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang didapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri pada Ny. H : sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong di Ruang Catleya Ibu RS Panti Waluyo Surakarta. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian pada Ny. H dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri dilakukan dengan metode

autoanamnesa dan alloanamnesa dimulai dari pengkajian, perumusan masalah, intervensi, implementasi, evaluasi.

Presentasi bokong atau letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Biasanya kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30% (Winkjosastro, H. 2005).

Adapun faktor - faktor yang menyebabkan persalinan sectio cesarea diantaranya adalah usia ibu, letak sungsang, letak lintang, plasenta previa, gawat janin dan lain - lain. Selain faktor di atas (faktor medis) terdapat pula

15

faktor lain yaitu akses terhadap pelayanan kesehatan, dan faktor-faktor yang tidak diketahui atau tidak diperkirakan, sehingga dapat meningkatkan persalinan dengan sectio caesarea (Caterini, 2007). Bedah caesar merupakan pembedahan (melahirkan janin) dengan membuka dinding abdomen dan dinding uterus serta prosedur untuk menyelamatkan kehidupan. Operasi ini memberikan jalan keluar bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila persalinan pervaginaan yang tidak memungkinkan atau berbahaya (Winkjosastro, H. 2005).

Pemeriksaan fisik keluhan utama pada saat dilakukan pengkajian adalah nyeri pada area bekas operasi sectio caesar. Hal itu sesuai dengan teori, yaitu pada kasus pembedahan akan menimbulkan problematik salah satunya adalah nyeri (Barbara, 2006). Nyeri pada seseorang bisa dikenali dengan menunjukkan lokasi dari nyeri tersebut yang memberikan petunjuk penyebab nyeri bila ditinjau dari segi aspek sensori. Lokasi nyeri ini sendiri dapat dilaporkan oleh pasien pada dua atau lebih lokasi (Rufaidah, 2007). Seseorang yang mengalami nyeri akan memperlihatkan perilaku tertentu. Dimensi perilaku dari nyeri meliputi serangkaian perilaku yang dapat diobservasi yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan dan bertindak sebagai cara mengkomunikasikan ke lingkungan bahwa seseorang tersebut mengalami atau merasakan nyeri (Rufaidah, 2007). Intensitas nyeri adalah sejumlah nyeri yang dirasakan oleh individu dan sering kali digambarkan dengan kata-kata seperti ringan, sedang dan berat. Intensitas nyeri juga dapat dilaporkan dengan angka yang menggambarkan skor dari nyeri yang

16

dirasakan. Sedangkan kualitas nyeri adalah berkaitan dengan bagaimana nyeri itu sebenarnya dirasakan individu. Kualitas nyeri seringkali digambarkan dengan berdenyut, menyebar, menusuk, terbakar dan gatal. Pada kasus nyeri kanker, pasien sering melaporkan kualitas nyerinya seperti nyeri tajam, berdenyut, pedih, menusuk, tertekan berat, atau juga bertambah (Rufaidah, 2007). Nyeri yang tidak teratasi atau terkontrol secara adekuat sering terjadi dan menimbulkan stres fisiologis dan psikologis mayor (Pasero et al., 1999, 2003, Puntillo, 2003).

Riwayat kehamilan sekarang, bayi lahir dengan selamat, berat badan 2700 gram, nilai apgar skor 7 - 8 - 9 dengan persalinan sectio caesarea indikasi presentasi bokong, umur sekarang 1 hari. Disini penulis tidak melakukan pengkajian riwayat kehamilan masa lalu karena ini merupakan kehamilan pertamanya. Penulis tidak mengkaji tentang riwayat kesehatan dahulu seperti merokok, minum alkohol, dan konsumsi obat - obatan, penulis juga tidak mengkaji riwayat kesehatan keluarga, ada tidaknya penyakit menular atau menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, HIV / AIDS, dll karena kurangnya ketelitian penulis dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan.

Pola aktivitas dan latihan, pasien dan keluarga mengatakan bahwa selama sakit, pasien membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari – hari seperti : makan atau minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah dan ambulasi dengan skor nilai 12, hingga hari kedua pasien mampu melakukan gerak miring kiri dan kanan 2 - 3 kali

17

sehari. Nyeri yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan pembedahan atau post sectio caesarea menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari - hari (ADL), nyeri post op. sectio caesar yang dirasakan pasien akan mempengaruhi aktivitas pasien itu sendiri, sehingga pergerakan pasien sangat terbatas, dan aktivitas dibantu orang lain. Hal ini sangat menganggu hubungan dan kemampuan individu untuk mempertahankan perawatan dirinya (Potter & Perry, 2006).

Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan dapat tidur nyenyak dengan frekuensi 6 - 8 jam per hari, saat sakit pasien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering terbangun dikarenakan kondisi badan bekas luka operasi terasa nyeri, tidur hanya 3 - 4 jam per hari. Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan, tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur - terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku (Potter & Perry, 2006). Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel - sel tubuh yang baru, perbaikan sel - sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass, 2002). Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang

18

memiliki fungsi perbaikan dan homeostatic (menggembalikan keseimbangan fungsi - fungsi normal tubuh) serta penting juga dalam pengaturan suhu dan cadangan energi normal. Sebenarnya tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak, khususnya serebal korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi yang digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu. Karena suatu zat yang disebut GABA (Gamma Aminobutyric

Acid), merupakan asam amino yang berfungsi sebagai neurotransmitter (penghantar sinyal syaraf).

Pada keadaan sakit dan dirawat di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seringkali terjadi dua hal yang berlawanan, disatu sisi individu yang sakit mengalami peningkatan kebutuhan tidur. Sementara disisi yang lain pola tidur seseorang yang masuk dan dirawat di rumah sakit dapat dengan mudah berubah atau mengalami gangguan pola tidur sebagai akibat kecemasan yang kondisi sakitnya atau rutinitas rumah sakit. Dengan tidak terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, maka dapat menimbulkan penurunan kemampuan konsentrasi, membuat keputusan dan berpartisipasi dalam melakukan aktivitas sehari - hari, serta menyebabkan terjadinya peningkatan kepekaan (irritability) (Potter & Perry, 2005).

Pola kognitif, sebelum dan saat sakit pasien mengatakan bahwa tidak ada kelainan dalam masalah penglihatan dan pendengaran, P : pasien mengatakan nyeri pada area bekas operasi, Q : pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum, R : pasien mengatakan nyeri di bagian perut

19

dibawah umbilikus hipogastric, S : pasien mengatakan skala nyeri 7, T : pasien mengatakan nyeri saat melakukan aktivitas dan hilang timbul. Menurut penulis pola kognitif yang dialami oleh pasien sudah sesuai dengan teori yang ada, setiap respon nyeri yang dialami individu antara satu dengan yang lainnya berbeda, tergantung dari masing - masing individu dalam mengartikan dan mempersepsikan nyeri sesuai dengan sistem interaksi persepsi yang ada diteori.

Hasil dari pemeriksaan fisik diperoleh data pemeriksaan inspeksi pada abdomen, terdapat luka jahitan dibawah umbilikus hipogastric sepanjang 12 cm secara horisontal.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan yang aktual maupun potensial (NANDA cit Newfield et al, 2007). Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada batasan karakteristik yang muncul pada pasien (Newfield et al, 2007). Perumusan diagnosa keperawatan dalam kasus ini didasarkan pada beberapa karakteristik yang muncul pada pasien, yaitu data subjektif, antara lain pasien mengatakan bahwa perut bekas operasi sectio

caesar terasa nyeri, skala nyeri 7, rasanya seperti tertusuk - tusuk jarum, nyeri hilang timbul. Data obyektif yang diperoleh yaitu : wajah pasien terlihat meringis kesakitan, vital sign : Tekanan darah 130/90 mm Hg, menurut landasan teori peningkatan tekanan darah dikarenakan stres dengan peninggian aktivitas simpatis dan perubahan fungsi membran sel dapat menyebabkan kontriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Faktor lain yang

20

berpengaruh adalah endotelin yang bersifat vasokonstriktor. Berbagai promoter pressor - growt bersama dengan kelainan fungsi membran sel yang mengakibatkan hipertropi vaskular akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah (Yusuf, 2008). Nadi 84 kali per menit, Suhu 36żC, Respirasi 24 kali per menit, pasien terlihat tidak rileks. Perencanaan keperawatannya sesuai dengan manajemen penatalaksanaan nyeri, yaitu : mengkaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T), memberikan dan mengajarkan intervensi penghilang nyeri dengan menggunakan pendekatan secara non farmakologis, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik secara farmakologis (Brunner & Suddarth, 2002).

Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkat, menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual atau potensial, dengan menggunakan terminologi NANDA (Judith M. Wilkinson, 2006). Diagnosa keperawatan yang diangkat penulis pada gangguan rasa nyaman : nyeri (akut). Alasan penulis memprioritaskan masalah tersebut karena nyeri yang dirasakan pasien merupakan salah satu masalah kebutuhan dasar manusia, dimana nyeri tersebut harus lebih terdahulu untuk diatasi, bila tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan gangguan rasa kenyamanan yang lebih berat (Potter & Perry, 2005).

Penulis bisa menegakkan diagnosa ini sesuai dengan batasan karakteristik yaitu melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal, gangguan tidur, tingkah laku distraksi, dan respon otonom. Pada dasarnya nyeri (akut)

21

adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual (Nanda, 2005).

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Judith M. Wilkinson, 2006). Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan setiap harinya sehingga masalah keperawatan nyeri post operasi sectio caesarea dapat teratasi dalam waktu yang telah ditentukan, dengan kriteria hasil pasien

melaporkan bahwa nyeri berkurang, ekspresi wajah terlihat rileks, skala nyeri 3.

Rencana tindakan yang dibuat penulis dalam diagnosa keperawatan nyeri meliputi : kaji skala nyeri (P, Q, R, S, T) yaitu provocate (faktor yang menimbulkan nyeri), quality (kualitas nyeri : tumpul, tajam), region (lokasi atau daerah penjalaran), severity (ketajaman atau intensitas), dan time (waktu serangan, lamanya, kekerapan dan sebab), ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, monitor vital sign, observasi isyarat ketidaknyamanan verbal dan non verbal untuk mengetahui respon pasien terhadap nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik. Pada diagnosa keperawatan nyeri (akut) dalam kriteria hasil belum tercapai karena pasien masih merasa nyeri (sedang) dengan skala 4 pada hari ketiga.

Perawat mampu meredakan nyeri dengan memberikan intervensi penghilang nyeri dengan menggunakan metode farmakologis dan non

22

farmakologis. Tindakan farmakologis digunakan untuk penanganan dalam proses pemulihan dari prosedur dan trauma medis yang menyakitkan. Pendekatan sistematik memungkinkan tenaga kesehatan berespon cepat terhadap ketidaknyamanan yang pasien alami. Dalam hal ini, tim perawatan kesehatan berkolaborasi untuk menemukan kombinasi terapi yang paling baik bagi pasien untuk mengatasi nyeri dengan pemberian obat seperti analgesik (Potter & Perry, 2006).

Penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya untuk mengatasi masalah gangguan rasa nyaman : nyeri, yaitu dengan memonitor vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) untuk memantau kondisi pasien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons pasien terhadap intervensi.

Penentuan tujuan rencana tindakan seharusnya didasarkan pada prinsip SMART (Subjective, Measurable atau dapat diukur, Achievable atau dapat dicapai, Rational atau sesuai akal sehat, Time atau ada kriteria waktu pencapaian) tetapi dalam hal ini, terdapat kesenjangan dengan prinsip tersebut, terutama dalam penentuan kriteria hasil dan waktu pencapaian. Tindakan keperawatan atau implementasi pada hari pertama tidak sepenuhnya sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditentukan. Tindakan yang dilakukan antara lain, melakukan pengkajian terhadap karakteristik nyeri klien dan mengajarkan teknik relaksasi. Hal ini dikarenakan tindakan keperawatan dilakukan sebagai tahap awal dalam menangani kasus. Pengkajian terhadap karakteristik nyeri diperlukan untuk memperoleh

23

validasi data yang tepat mengenai nyeri yang dialami klien, sedangkan tindakan keperawatan mengajarkan teknik relaksasi dilakukan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memberikan obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri sebagai tindakan farmakologis.

Tindakan pada hari kedua merupakan rencana tindak lanjut dari hasil evaluasi pada hari pertama. Tindakan yang dilakukan antara lain mengkaji skala nyeri, yaitu untuk mengetahui respon pasien, membantu pasien untuk melakukan teknik relaksasi dan menganjurkan untuk beristirahat, monitor

vital sign untuk mengetahui intervensi yang telah diberikan.

Tindakan pada hari ketiga merupakan bagian dari rencana tindak lanjut dari hasil evaluasi pada hari kedua. Tindakan yang dilakukan hampir sama dengan hari kedua yaitu mengukur vital sign, mengkaji ulang nyeri pasien.

Hasil evaluasi selama tiga hari yaitu masalah belum teratasi, dari data subjektif : pasien mengatakan nyeri pada daerah jahitan berkurang, objektif : pasien skala nyeri 4, ekspresi wajah menyeringai, analisa : masalah belum teratasi, planning : lanjutkan intervensi : kaji skala nyeri, monitor vital sign, observasi isyarat verbal dan non verbal, lanjutkan pemberian obat sesuai dengan advis dokter. Masalah belum teratasi hingga hari ketiga dikarenakan belum tercapainya kriteria hasil yang diinginkan.

24

B. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

a. Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan, tahapan pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan masalah Ny. H. Sumber data yang diperoleh dari wawancara, pemeriksaan umum dan catatan tertulis. Hasil pengkajian pada Ny. H dengan post op. sectio caesarea atas indikasi presentasi bokong adalah keluhan utamanya Ny. H merasakan nyeri (sedang) dengan skala 7 yang sangat menganggu aktivitas yang diakibatkan karena pembedahan sectio

caesarea.

b. Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Ny. H adalah nyeri (akut) berhubungan dengan agen cidera post op. sectio

caesarea.

c. Tindakan yang dilakukan pada Ny. H dengan gangguan rasa nyaman nyeri yaitu kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi, monitor vital

sign (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi), observasi isyarat ketidaknyamanan verbal dan non verbal, kolaborasi dengan dokter pemberian obat.

d. Evaluasi yang dicapai pada Ny. H selama tiga hari, pada tanggal 7 Maret 2012 yaitu masalah belum teratasi.

25

2. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, penulis memberi saran sebagai berikut :

a. Manfaat bagi Mahasiswa

Penulis berharap bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada pasien post op. sectio caesar.

b. Manfaat bagi Institusi

Dapat memberikan waktu pengelolaan pasien lebih banyak karena dengan waktu 3 hari tidak dapat melakukan pengelolaan secara maksimal.

c. Manfaat bagi Rumah Sakit

Dapat lebih diperhatikan dalam melakukan perawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri dan diharapkan pihak Rumah Sakit juga memberikan pelayanan kepada pasien semaksimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien, Salemba Medika, Jakarta.

Billington, marry, (2009), Kegawatan Dalam Kehamilan-Persalinan ; buku saku

bidan, alih bahasa Fruriolina Ariani, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 297-305.

Brruner dan Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 1,

edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Isti Mulyawati, dkk, (2011), Jurnal Kesehatan Masyarakat, Faktor-faktor yang

berhubungan dengan tindakan persalinan melalui operasi sectio caesarea http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas, diakses tanggal 14 April jam 20.12 WIB.

Mubarak, Wahit Iqbal (2007), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, editor Eka Anisa Mardella, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakrta.

Multidimensional nyeri, Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume

2 Nomor 2, November 2007 http://www.google.co.id/search?hl=id&lr =lang_id&as_qdr=all&tbs=lr%3Alang_lid&q=jurnal+nyeri+filetype%3Ap df&btnG, diakses tanggal 20 April 2012 jam 22.05 WIB.

NANDA, Nursing Diagnoses : Definition and classification 2005-2006, NANDA International, Philadelphia, 2005.

Perry, Potter (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan

Praktik, ed. 4, editor edisi bahasa Indonesia Monica Ester, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Ed. 3, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Wilkinson, Judith M., 2006, Buku Saku Diagnose Keperawatan dengan NIC dan Kriteria Hasil NOC, penerjemah Eny Meiliya, Monica Ester, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Yusuf Ismail, (2008), Hipertensi Sekunder http://www.google.co.id/search?hl =id&as_q=jurnal+hipertensi+sekunder_filetype=pdf&as_rights, diakses tanggal 18 April 2012 jam 18.30 WIB.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Estining Tri Utami

Tempat, Tanggal Lahir : Surakarta, 10 Oktober 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jl. Kediri Utara III/10, RT 004/XV, Nusukan, Surakarta 57135.

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri No. 44 Surakarta Lulus tahun 2003 2. SMP Negeri 17 Surakarta Lulus tahun 2005 3. SMA Negeri 8 Surakarta Lulus tahun 2008 4. Pada saat ini masih menempuh program pendidikan

Diploma III Keperawatan di Stikes Kusuma Husada Surakarta Riwayat Pekerjaan : - Riwayat Organisasi : 1. OSIS 2. Pramuka 3. Bhayangkara 4. Mapala

Dokumen terkait