• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LAPORAN KASUS

F. Evaluasi Keperawatan

Pada tanggal 22 April 2013 pukul 13.25 WIB, catatan perkembangan Tn. Y pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik adalah sebagai berikut, hasil evaluasi subyektif klien mengatakan nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan untuk beraktivitas, nyeri seperti senut-senut dengan skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Hasil analisa nyeri akut belum teratasi. Intervensi keperawatan yang dilanjutkan adalah kaji nyeri, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam saat nyeri muncul, berikan terapi analgesik sesuai advis dokter (torasic 3 x 10 mg)

Pada tanggal 23 Aril 2013 pukul 13.15 WIB, catatan perkembangan Tn. Y pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik adalah sebagai berikut, hasil evaluasi subyektif klien mengatakan nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan untuk beraktivitas, nyeri seperti kaku dengan skala nyeri 4 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Hasil evaluasi obyektif klien tampak sedikit lebih nyaman. Hasil analisa nyeri akut belum teratasi. Intervensi keperawatan yang dilanjutkan adalah kaji nyeri, berikan posisi yang nyaman (supinasi), berikan terapi analgesik (torasic 3 x 10 mg)

Pada tanggal 24 April 2013 pukul 10.20 WIB, catatan perkembangan Tn. Y pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

16

fisik adalah sebagai berikut, hasil evaluasi subyektif klien mengatakan nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan untuk beraktivitas, nyeri seperti terpukul dengan skala nyeri 2 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Hasil evaluasi obyektif klien tampak rileks. Hasil analisa nyeri akut teratasi. Intervensi keperawatan dipertahankan.

BAB III PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas Asuhan Keperawatan pada Tn. Y dengan Post Operasi Appendiktomi. Pengelolaan kasus dilakukan selama 3 hari dari tanggal 22 – 24 April 2013 di Ruang Bougenville Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Pembahasan Asuhan Keperawatn ini terutama membahas tentang konsep kebutuhan dasar manusia dengan memperhatikan aspek proses keperawatan, yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (intervensi keperawatan), implementasi (tindakan keperawatan) dan evaluasi keperawatan. Pembahasan ini akan membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan kasus.

1. Pengkajian

Tahap pertama yang dilakukan penulis adalah pengkajian kepada klien. Pengkajian keperawatan adalah salah satu komponen dari proses keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Pengkajian keperawatan harus dirancang sesuai kebutuhan klien (Muttaqin, 2010).

Riwayat penyakit sekarang, klien mengatakan 3 hari sebelum dibawa kerumah sakit mengeluh nyeri pada perut kanan bawah. Hasil pemeriksaan didapatkan adanya nyeri tekan pada perut kanan bawah dengan

18

hasil USG adanya gambaran akut appendiksitis. Kemudian klien disarankan untuk melakukan operasi.

Appendiksitis merupakan gangguan obstruksi pada appendiks. Salah satu keluhan pada penderita appendiksitis yaitu nyeri viseral di daerah epigastrium sekitar umbilicus. Nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney (Sjamsuhidajat, 2010). Pada kasus appendiksitis yang memerlukan tindakan pembedahan adalah bila terdapat tanda-tanda seperti adanya iritasi pada peritonium, rasa sakit pada rektum yang menjalar ke abdomen (Morton, 2011). Operasi pada kasus appendiksitis disebut appendiktomi atau pembedahan untuk pengangkatan appendiks (Michael, 2008). Sesuai dengan teori pada kasus Tn. Y juga dilakukan tindakan pembedahan atau operasi untuk pengangkatan appendiks (appendikstomi).

Berdasarkan lamanya appendiksitis dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu appendiksitis akut dan appendiksitis kronis. Appendiksitis akut adalah appendiksitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan, dimana gejala klasiknya adalah nyeri hebat periumbilikal yang berpindah kekuadran kanan bawah disertai demam, anoreksia, mual dan muntah. Appendiksitis kronis dapat ditegakan bila terdapat riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, dimana nyeri bersifat hilang timbul. Appendiksitis akut membutuhkan pembedahan segera untuk mengurangi nyeri yang dirasakan dan mencegah terjadinya abses atau perforasi (Sjamsuhidajat, 2005).

Keluhan utama, klien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah setelah operasi. Seseorang atau individu setelah melakukan tindakan

pembedahan pasti mengeluh nyeri, dimana setiap trauma bedah menyebabkan kerusakan jaringan yang bisa menimbulkan rasa nyeri karena adanya spasme otot di daerah cidera (Aziz, 2004). Pada kasus Tn. Y sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana dijelaskan setiap tindakan pembedahan pasti menimbulkan nyeri.

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat subyektif. Meskipun nyeri bersifat subyektif, namun nyeri bisa dilihat diantaranya dengan mengamati ekspresi wajah maupun perilaku, mendengar adanya tangisan atau erangan (Price dan Wilson, 2006).

Pada pola kesehatan fungsional untuk pola aktivitas dan latihan, klien dibantu oleh orang lain dan alat. Pada pola istirahat tidur, klien mengatakan tidak ada gangguan istirahat tidur. Berdasarkan teori Maslow, apabila kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi termasuk ketidaknyamanan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari seperti pola perilaku, psikososial, istirahat tidur dan lain-lain (Potter, 2005). Pada kasus Tn. Y sudah sesuai dengan teori, tetapi pada pola istirahat tidur terdapat kesenjangan. Dimana pada kasus Tn. Y untuk pola istirahat tidur tidak terganggu, semua itu dikarenakan adanya koping yang baik dari individu didukung dengan suasana dan ruangan yang tenang (Potter, 2011).

Pada pola kognitif perceptual klien tidak ada gangguan pengindraan dan komunikasi, namun ada gangguan kenyamanan. Klien mengatakan nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan

20

untuk beraktivitas, nyeri seperti senut-senut dengan skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Klien tampak meringis menahan sakit bila beraktivitas dan pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan.

Penulis menggunakan pengkajian nyeri PQRTS dimana untuk mengukur atau memeriksa nyeri secara komprehensif, P (Provocated) adalah faktor yang menyebabkan nyeri bertambah parah, Q (Quality) adalah nyeri seperti apa yang dirasakan (tertusuk, tertindih, senut-senut, perih, dan lain-lain), R (Regio) adalah lokasi yang dirasakan nyeri, S (Scale) adalah ukuran untuk menilai intensitas atau tingkat keparahan nyeri. Skala nyeri ada 2 macam yaitu skala numeric (angka) dan skala face (wajah). Skala numeric biasa digunakan untuk anak atau orang dewasa yang bisa diajak komunikasi dengan baik (tidak ada gangguan kognitif). Sedangkan skala face (wajah) biasa digunakan untuk anak atau orang dewasa dengan gangguan kognitif. T (Time) adalah waktu atau durasi (berapa lama nyeri dirasakan dan seberapa sering nyeri muncul). (Price dan Wilson, 2006). Berdasarkan teori, pada kasus Tn. Y penulis menggunakan pengkajian nyeri PQRST dan dalam mengukur intensitas atau tingkat keparahan nyeri yang dialami Tn. Y penulis menggunakan skala numeric dengan rentang angka 1 sampai 10, karena klien tidak ada gangguan kognitif (bisa diajak komunikasi dengan baik).

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 110/ 70 mmHg, nadi 86 x / menit dengan irama teratur dan teraba kuat, pernafasan 22x/ menit dengan irama teratur dan suhu 36,8oC. Berdasarkan teori, nyeri nyeri akut sering mengaktifkan respon simpatis yang menyebabkan

meningkatnya kecepatan denyut jantung, pernafasan, tekanan darah, keringat dan kepucatan (Potter, 2011). Sesuai dengan hasil pemeriksaan pada klien terdapat kesenjangan dengan teori, dimana hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada Tn. Y cenderung stabil. Setiap individu mempunyai koping yang berbeda-beda, psikis dan sikap seseorang sangat berpengaruh terhadap respon nyeri yang menyebabkan peningkatan pada tanda-tanda vital (Potter, 2005).

Pada pemeriksaan abdomen, terdapat luka setelah operasi pada perut kanan bawah sepanjang 10 cm, garis horizontal dan balutan dalam keadaan bersih serta terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan kiri bawah. Nyeri pasca bedah disebabkan oleh luka operasi karena setiap trauma bedah menyebabkan kerusakan jaringan yang bisa menimbulkan rasa nyeri. Nyeri insisi umumnya terasa tajam dan terlokalisasi dengan jelas karena kulit dan jaringan subkutis memiliki banyak nosiseptor (Aziz, 2004). Hasil pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebelum operasi dengan hasil normal, dimana hasil laboratorium yang di tandai dengan peningkatan leukosit atau sel darah putih, berarti menunjukkan adanya suatu infeksi (Sulistiyawati,dkk, 2008) dan USG didapatkan hasil adanya gambaran akut appendiksitis, sehingga dilakukan appendiktomi. USG (Ultra Sonografi) adalah suatu teknik diagnostik pencitraan yang menggunakan ultrasonik yaitu gelombang suara yang frekuensi lebih tinggi dari kemampuan pendengaran manusia. Teknik ini digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot ukuran serta strukturnya. Secara umum kegunaan USG adalah membantu menegakkan diagnostik dalam berbagai

22

kelainan organ tubuh (Hanningsen, 2004). USG pada kasus appendiksitis akut akan nampak adanya struktur yang aperistaltik, dinding appendiks nampak jelas, diameter luar lebih dari 6 m, adanya appendikolik dan adanya timbunan cairan periappendikular (Potter, 2005). Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Tn. Y sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana hasil pemeriksaan USG pada Tn. Y menunjukkan adanya gambaran akut appendiksitis.

2. Perumusan Masalah

Penetapan diagnosa keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap resiko atau masih merupakan gejala. Penilaian ini didasarkan pada hasil analisis data pengkajian dengan cara berpikir kritis. Diagnosa keperawatan dibuat untuk mengefektifkan komunikasi antara tim kesehatan tentang kebutuhan medis klien (Debora, 2011).

Berdasarkan hasil analisa data, ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Hal ini dapat dilihat dari keluhan yang dirasakan oleh Tn. Y yaitu nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan untuk beraktivitas, nyeri seperti senut-senut dengan skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Berdasarkan ekspresi atau perilaku, klien tampak meringis menahan sakit saat beraktivitas, terdapat balutan sepanjang ± 10 cm pada perut kanan bawah dan terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan kiri bawah.

Nyeri karena post operasi termasuk dalam tipe nyeri akut karena nyeri bersifat mendadak atau secara tiba-tiba, berlangsung singkat (kurang

dari 6 bulan) dan muncul akibat adanya kerusakan jaringan (Wilkinson, 2006). Dikatakan nyeri akut ditandai dengan adanya perubahan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan selera makan. Mengekspresikan perilaku yang menunjukkan respon nyeri, perilaku yang melindungi area nyeri dan mengungkapkan nyeri secara verbal. Berdasarkan batas karakteristik maka etiologi yang diambil penulis adalah agen cidera fisik dikarenakan adanya kerusakan jaringan akibat dilakukan tindakan pembedahan (Nanda, 2010).

Penulis memprioritaskan masalah keperawatan nyeri sebagai prioritas utama didasarkan pada teori hierarki Maslow dimana nyeri memberikan efek ketidaknyamanan pada tubuh. Nyeri dapat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti istirahat tidur, pola perilaku, psikososial, dan lain-lain. Oleh karena itu nyeri harus segera ditangani atau dibebaskan, terbebas dari nyeri merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia secara fisiologis (Potter, 2005).

3. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil mengacu pada SMART yaitu spesifik (tidak ambigu, tidak samar/ jelas), Measurable (dapat diukur), Attainable (cara pencapaian) Realistic (rasional/ masuk akal), Timely atau ada waktu yang ditetapkan. Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah keperawatan nyeri teratasi dengan kriteria hasil adanya perilaku untuk mengendalikan nyeri, tingkat kenyamanan (perasaan

24

senang secara fisik maupun psikologi) dan tingkat karakteristik nyeri (Wilkinson, 2006).

Pada kasus Tn. Y, penulis membuat tujuan dengan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil klien dapat mengontrol, skala nyeri 2 dan wajah tampak rileks. Tujuan dan kriteria hasil yang penulis buat sudah sesuai dengan teori diatas.

Perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan yang merupakan aktivitas berorientasi pada tujuan dan sistematik dimana rancangan intervensi keperawatan dituangkan dalam rencana keperawatan. Menyusun rencana secara umum berarti merancang dasar bagaimana sesuatu dapat dicapai atau diselesaikan dengan cara tertentu dan dengan waktu tertentu (Basford, 2006).

Rencana tindakan keperawatan mengacu ONEC yaitu Observasi, Nursing intervensi, Education, Colaborasi. Rencana tindakan keperawatan yaitu pantau respon klien dan pemberian dukungan fisiologis yang dibutuhkan, meringankan atau mengurangi nyeri pada tingkat kenyamanan yang diterima oleh klien, bantu anagesia yang dikendalikan oleh klien dan pemberian analgesik atau mengurangi nyeri (Wilkinson, 2006).

Rencana tindakan keperawatan yang penulis buat pada Tn. Y dengan masalah keperawatan nyeri akut meliputi: kaji nyeri (Provocated, Quality, Regio, Scale, Time) dengan rasional untuk mengetahui perubahan nyeri. Pantau tanda-tanda vital dengan rasional mengetahui hemodinamik

klien. Berikan posisi yang nyaman (supinasi) dengan rasional memberikan kenyamanan pada klien. Berikan terapi analgesik sesuai advis dokter. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional mengurangi nyeri yang dirasakan (Wilkinson, 2006). Intervensi yang penulis buat sesuai dengan teori diatas.

4. Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan keperawatan dimana perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2010).

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh penulis pada Tn. Y dengan masalah keperawatan nyeri akut adalah yang pertama mengkaji nyeri, dalam hal ini didapatkan data klien mengatakan nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan untuk beraktivitas, nyeri seperti senut-senut dengan skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Pengkajian nyeri dilakukan penulis selama 3 hari, pada hari kedua tanggal 23 April 2013 didapatkan hasil klien mengatakan nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan untuk beraktivitas, nyeri seperti kaku dengan skala nyeri 4 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Pada hari ketiga tanggal 24 April 2013 didapatkan hasil nyeri sudah berkurang, nyeri

26

seperti terpukul dengan skala 2. Berdasarkan kasus Tn. Y dalam mengkaji nyeri penulis sudah mengacu pada pengkajian nyeri PQRST, dimana dengan berkurangnya skala nyeri dan respon dari klien menunjukkan adanya perbaikan karakteristik nyeri yang dirasakan (Wilkinson, 2006).

Kedua, mengukur tanda-tanda vital, untuk mengetahui keadaan umum klien, pemeriksaan tanda-tanda vital pada Tn. Y didapatkan hasil yang stabil selama 3 hari perawatan yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 x/ detik, pernafasan 22x/ menit dan suhu 36,8oC. Pada kasus Tn.Y untuk pemeriksaan atanda-tanda vital masih dalam batas normal. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa nyeri dapat meningkatkan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Oleh karena itu penulis melakukan pengukuran tanda-tanda vital untuk mengetahui hemodinamik klien, dikarenakan nyeri bisa meningkatkan tekanan darah, kecepatan denyut jantung, pernafasan, keringat dan kepucatan (Price dan Wilson, 2006)

Ketiga, memberikan posisi yang nyaman (supinasi). Sesuai dengan anatomi abdomen dan lokasi dilakukannya pembedahan posisi yang baik adalah supinasi (terlentang), selain itu posisi tersebut dapat memberikan kenyamanan pada klien, serta mengurangi ketegangan otot akibat respon dari nyeri (Sulistyowati,dkk, 2008).

Keempat, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien. Terdapat dua metode umum untuk mengurangi nyeri yaitu farmakologi dan non farmakologi. Teknik relaksasi nafas dalam termasuk dalam metode non farmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri (Perry dan Potter, 2006). Relaksasi nafas dalam bisa mengurangi nyeri karena akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah yang dapat meningkatkan sirkulasi, sehingga akan terjadi metabolisme aerob yang tidak menghasilkan asam laktat sebagai penyebab nyeri (Andy Kurniawan dan Rio Suandi, 2006). Kelima, memberikan injeksi torasic 3 x 10 mg dan broadced 2 x 1000 mg. Torasic adalah golongan analgesik non narkotik dengan kandungan ketorolak trometamin 10 mg. Indikasi obat ini digunakan untuk terapi simtomatik jangka pendek nyeri akut derajat sedang sampai berat (ISO, 2010). Setiap trauma bedah menyebabkan kerusakan jaringan yang bisa menimbulkan rasa nyeri karena adanya spasme otot disekitar daerah cidera. (Price dan Wilson, 2006). Broadced adalah golongan antibakteria dengan kandungan seftriakson natrium 1000 mg/ vial. Indikasi obat ini digunakan untuk septikemi, profilaksis bedah dan infeksi lainnya (ISO, 2010). Nyeri akut pasca operasi biasanya menghilang seiring penyembuhan luka, oleh karena itu diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka (Perry dan Potter, 2006).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap kelima atau tahap akhir pada proses keperawatan, yang mana merupakan aspek penting pada proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau dirubah dan evaluasi berjalan secara kontinu (Kozier, 2010).

28

Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada tanggal 22 April 2013 WIB didapatkan hasil masalah keperawatan nyeri akut pada Tn. Y belum teratasi karena klien masih mengeluh nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan untuk beraktivitas, nyeri seperti senut-senut dengan skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Klien juga tampak meringis menahan sakit. Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakuakan pada tanggal 23 April 2013 pukul 13.15 WIB didapatkan hasil masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi karena klien masih mengatakan nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah meskipun nyeri yang dirasakan sedikit berkurang. Nyeri terasa kaku dengan skala nyeri 4. Nyeri pasca operasi biasanya menghilang seiring dengan menyembuhnya luka (Perry dan Potter, 2006)

Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 24 April 2013 pukul 10.20 WIB didapatkan hasil masalah keperawatan nyeri akut pada Tn.Y teratasi karena sudah sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan yaitu skala nyeri 2, wajah tampak rileks dan klien dapat mengontrol nyeri. Penulis dalam melakukan evaluasi sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu mengacu pada SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Subyektif yaitu pernyataan dari klien atau keluarga, obyektif yaitu hasil dari pemeriksaan dan observasi, assesment yaitu kesimpulan dari hasil tindakan dan planning yaitu rencana tindakan, apakah tindakan dilanjutkan karena masalah keperawatan belum teratasi atau

tindakan dipertahankan/ dihentikan karena masalah keperawatan sudah teratasi (Debora, 2011).

B. Kesimpulan dan Saran 1. Simpulan

a. Pengkajian yang dilakukan pada Tn. Y didapatkan data klien mengatakan nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah, nyeri bertambah saat digunakan untuk beraktivitas, nyeri seperti senut-senut dengan skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan ± 5 menit. Klien tampak meringis menahan sakit saat digunakan beraktivitas. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86x/menit dengan irama teratur, pernafasan 22x/menit dengan irama teratur. Pada pemeriksaan abdomen terdapat luka setelah operasi pada perut kanan bawah dengan balutan sepanjang ±10cm, garis horizontal, balutan dalam keadaan bersih, dan terdapat nyeri tekanan pada kuadran kanan atas dan kiri bawah.

b. Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan yang utama pada Tn. Y adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Nyeri post operasi termasuk dalam tipe nyeri akut karena bersifat mendadak atau tiba-tiba, berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan muncul akibat adanya kerusakan jaringan (Wilkinson, 2006). Etiologi yang diambil penulis adalah agen cidera fisik karena didasarkan pada batasan karakteristik yang ada.

c. Intervensi keperawatan pada kasus Tn. Y yaitu, kaji nyeri (provocated, quantity, regio, scale, time) dengan rasional untuk mengetahui perubahan

30

nyeri yang dirasakan klien. Pantau tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui hemodinamik klien. Berikan posisi yang nyaman (supinasi) dengan rasional memberikan kenyamanan pada klien. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dengan rasional membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik dengan rasional untuk mengurangi nyeri.

d. Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 22 April – 24 April 2013 terhadap Tn. Y adalah mengkaji nyeri, memantau tanda-tanda vital, memberikan posisi yang nyaman (supinasi), mengajarkan tehnik relaksasi , dan memberikan injeksi torasic 3x 10 mg (analgesik) dan injeksi antibiotik (broadced 2x 1000mg).

e. Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan terhadap Tn. Y pada tanggal 22 April – 24 April 2013 sudah sesuai dengan SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Dimana tujuan dan kriteria hasil yang sudah penulis buat selama 3 hari pengelolaan asuhan keperawatan diperoleh hasil masalah keperawatan nyeri akut teratasi. Nyeri berkurang dengan skala nyeri 2, wajah tampak rileks dan klien dapat mengontrol nyeri. f. Analisa Kondisi

Nyeri yang terjadi pada Tn. Y, klien mengeluh nyeri setelah operasi pada perut kanan bawah. Pada pola aktivitas dan latihan klien dibantu oleh orang lain dan alat, tetapi untuk pola istirahat tidur tidak ada gangguan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah keperawatan nyeri akut teratasi, sehingga intervensi dihentikan.

2. Saran

a. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan pengetahuan , ketampilan dan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien secara optimal.

b. Bagi Institusi 1) Pendidikan

Diharapkan dpat memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.

2) Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Andy Kurniawan dan Rio Suandi. 2006. Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Pasien Post Operasi Appendiksitis.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewfile/629/658um mscientificjournal.pdf, diakses pada tanggal 25 Juni 2013 pukul 15.45 WIB. Aziz, A.. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC Basford, Lynn. (2006. Teori dan Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC

Debora, Oda. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Henningsen, Charllote. 2004. Clinical Guide to Ultrasonography. Jakarta: Erlangga. NANDA. 2010. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. ISO. 2010. ISO : Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. ISFI Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Michael. 2008. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan, Jakarta: Erlangga. Morton, Patricia. 2011. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: EGC

Perry dan Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta: EGC. Potter A, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, vol. 1.

Jakarta: EGC.

Potter A, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, vol. 2. Jakarta: EGC.

Potter A, Patricia. 2011. Buku Ajar Fundamental of Nursing, Jakarta: Salemba Medika.

Price A, Sylvia dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses

Dokumen terkait