• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi

Dalam dokumen hipotensi (Halaman 24-41)

BAB II LAPORAN KASUS

F. Evaluasi

Evaluasi keperawatan pada tanggal 24 April 2013 jam 14.00 yang diperoleh penulis setelah melakukan implementasi keperawatan selama dua kali kunjungan kerumah yaitu dengan diagnosa nyeri akut pada Ny.S  berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.S dalam merawat anggota keluarga yang sakit hipotensi di dapatkan data subyektif Ny.S mengatakan  bahwa nyeri sudah berkurang, skala nyeri 2 ,nyeri terasa hanya saat berubah  posisi dari duduk kemudian berdiri, nyeri seperti senut senut dan penglihan sedikit kabur hanya kira-kira 15 detik kemudian hilang, nyeri terasa di bagian kepala bagian atas. Kemudian Ny.S sudah mengetahui cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam serta dapat melakukannya dibantu dengan keluarga serta keluarga sudah mengetahui perawatan pada penyakit hipotensi yaitu dengan cara mengurangi mengkonsumsi buah melon, memperhatikan pola makan, istirahat cukup, minum air putih yang banyak dengan respon obyektif didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg dan ekspresi wajah Ny.S tampak rileks. Dari data subyektif dan data obyektif dapat dianalisa dengan hasil masalah nyeri akut teratasi dan intervensi kunjungan rumah di hentikan.

14

BAB III

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A. Pembahasan

Bab ini merupakan pembahasan kasus yang diambil dari BAB II, yaitu membahas tentang teori pendukung yang penulis dapatkan dengan kasus nyata. Asuhan keperawatan keluarga nyeri akut pada Ny.S dengan hipotensi pada keluarga Tn.S didesa Tuban Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi atau mengenali masalah-masalah yang dialami klien, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Hutahean, 2010).

Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah suatu keadaan di mana tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah (Ramadhan, 2010). Salah satu dari jenis hipotensi yaitu hipotensi ortostatik atau hipotensi postural adalah penurunan tekanan darah yang terjadi pada saat klien berubah posisi horizontal ke posisi vertikal. Penurunan tekanan darah kira-kira 15 mmHg pada tekanan sistolik dan 10 mmHg pada tekanan diastolik (Perry, 2005).

15

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 23 April 2013. Hasil  pengkajian yang dilakukan pada Ny.S didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg sesuai dengan teori diatas yaitu hipotensi merupakan penurunan tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmHg dan tekanan darah dengan hasil 90/60 mmHg masih dinyatakan hipotensi.

Dalam pengambilan kasus ini penulis mengumpulkan data dengan wawancara dan observasi langsung serta melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga Tn.S berdasarkan pengkajian yang didapat yaitu salah satu keluarga Tn.S ada yang mempunyai riwayat hipotensi yaitu Ny.S dengan keluhan nyeri kepala bagian belakang dengan skala 4, nyeri terus menerus dan bertambah saat berdiri, nyeri seperti dipukul-pukul. Ny.S tampak lemas dan pucat dengan tekanan darah 90/60 mmHg.

 Nyeri terjadi karena pada pembuluh darah terdapat vasodilatasi perifer yang terlalu besar, pada hipotensi ortostatik pembuluh darah tidak dapat mempertahankan tekanan darah seseorang saat berdiri dan dilatasi pembuluh darah serebral sehingga menyebabkan aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi sehingga terjadi sakit kepala dengan adanya peningkatan tekanan vaskular cerebaral yang menyebabkan pusing dan penglihatan kabur yang sering berhubungan dengan keadaan dengan sakit kepala (Stringer, 2008).

Dapat dilihat bahwa tanda gejala dengan gambaran secara umum yang sering dijumpai pasien hipotensi adalah pingsan, kepala seperti melayang,  pusing atau nyeri kepala, penglihatan kabur ( pada saat bangkit dari tempat

16

tidur secara tiba-tiba atau ketika berdiri setelah duduk dalam waktu yang singkat), kelelahan, makanan pemberat biasa memperburuk gejala (Ramadhan, 2010).

Pengkajian yang dilakukan pada Ny.S sesuai dengan tanda dan gejala dari salah satu teori diatas yaitu pusing atau nyeri kepala dengan ditandai  Ny.S mengeluh nyeri pada bagian kepala belakang. Serta penglihatan kabur

(pada saat bangkit dari tempat tidur secara tiba tiba atau ketika berdiri setelah duduk dalam waktu yang singkat) dengan ditandai Ny.S mengeluh nyeri terasa hanya saat berubah posisi dari duduk kemudian berdiri, nyeri seperti senut senut dan penglihatan sedikit kabur hanya kira kira 15 detik kemudian hilang, nyeri terasa di bagian kepala bagian atas.

Tanda gejala lain yang dialami Ny.S yaitu mengkonsumsi makanan  pemberat yang dapat memperburuk gejala, salah satunya yaitu buah melon,  pepaya dan semangka ditandai dengan Ny.S suka dan sering mengkonsumsi  buah melon. Menurut Mariani (2007), dalam suatu penelitian pemberian jus  pepaya, jus semangka dan jus melon berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan hasil penelitian jumlah subyek 47 orang dengan tekanan darah 140/90 diberi jus pepaya, melon dan semangka dengan kandungan kalium 500,2 mg selama 5 hari, tekanan darah diukur sebelum makan dan 60 menit setelah makan.

Dari pengkajian langsung dengan keluarga didapatkan data bahwa keluarga Tn.S belum mengetahui cara merawat keluarga dengan penyakit hipotensi. Keluarga hanya mengetahui tanda dan gejala dan belum tahu cara

17

 perawatannya. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), Fungsi perawatan dalam keluarga adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Menurut Balion dan Maglaya (1998), ada lima tugas kesehatan keluarga salah satunya yaitu memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit yaitu mengetahui tentang keadaan penyakitnya (sifat,  penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatannya), kemudian sifat dan  pengembangan perawatan yang dibutuhkan harus ada, kemudian keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan juga harus ada, dan sumber sumber dalam keluarga ( anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fisik, dan psikososial) harus tersedia, serta sikap keluarga terhadap yang sakit juga harus diutamakan (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Berdasarkan teori tersebut sesuai pada keluarga Ny.S dengan hipotensi keluarga belum dapat merawat anggota yang sakit yaitu keluarga tidak mengetahui tentang keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatannya) yaitu keluarga tidak mengetahui tentang cara mengatasi pada saat nyeri kepala terjadi, tindakan yang dilakukan hanya dengan tidur, minum obat sakit kepala di warung jika  belum sembuh serta bertambah parah baru diperiksakan kepuskesmas dan  pencegahan pada hipotensi salah satunya seperti Ny.S belum mengurangi

18

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian dan catatan medis klien, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005).

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan maka penulis mengambil masalah keperawatan nyeri akut pada Ny.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.S dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Menurut Suprajitno (2004), perumusan diagnosa keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosa keperawatan meliputi masalah (Problem), penyebab (Etiologi) dan atau tanda (Sign). Masalah (Problem, P)  adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga. Dari masalah (Problem)  masalah yang timbul tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia menurut maslow yaitu kenyamanan dan keselamtan. Masalah yang muncul pada pasien yaitu pemenuhan kebutuhan rasa nyaman tidak terpenuhi karena nyeri akut. Perumusan diagnosa keperawatan dari masalah (Problem) kemudian dihubungkan dengan penyebab (Etiologi) yaitu suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota

19

keluarga memelihara lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit karena didapat dari data subyektif pasien mengeluh nyeri kepala bagian belakang dengan skala 4, nyeri terus menerus dan bertambah saat berdiri, nyeri seperti dipukul-pukul. Dengan data obyektif tampak lemas dan pucat dengan tekanan darah 90/60 mmHg dan harus segera ditangani untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan klien yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Penulis mengangkat  problem  nyeri karena merupakan masalah  prioritas dan aktual. Masalah (problem) yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga, hal ini didasarkan pada teori hirarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia. Menurut Maslow kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang memerlukan penanganan dengan segera agar tidak mengganggu kebutuhan yang lainnya (Perry & Potter, 2005).

 Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( International  Association for Study of Pain) nyeri yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan (Nanda, 2009-2011).

20

Berdasarkan etiologi yang muncul pada diagnosa keperawatan yaitu ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit, karena keluarga tidak mampu merawat keluarga saat mengalami nyeri kepala dan tidak mengerti cara pencegahannya. Dengan hal tersebut sesuai dengan teori tentang etiologi dalam diagnosa keperawatan keluarga yaitu menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga memelihara lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Masalah keperawatan yang muncul terdapat prioritas masalah, cara menentukan prioritas masalah tersebut dengan menggunakan skoring. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978) yaitu menentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat. Kemudian skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan  bobot, selanjutnya jumlah kan skor untuk semua kriteria (Suprajitno, 2004).

Berdasarkan hasil skoring yang sudah dihitung didapatkan prioritas masalah dengan kriteria masalah yaitu aktual dengan nilai satu, kriteria selanjutnya kemungkinan masalah dapat diubah sebagian dengan nilai satu, kemudian kriteria kemungkinan masalah dapat dicegah yaitu cukup dengan nilai dua per tiga dan kriteria yang terakhir menonjolnya masalah yaitu masalah dirasakan dan harus segera ditangani dengan nilai satu. Dari empat kriteria dapat disimpulkan dengan jumlah skoring tiga dua per tiga.

21

3. Intervensi

Merupakan rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan NIC ( Nursing  Intervension Clasification) dan NOC ( Nursing Outcome Clasification).

Penulis menyusun kriteria hasil berdasarkan SMART, S (spesific) dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda yaitu harus menggunakan kata-kata yang singkat dan jelas,  M (measurabel)  dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien yaitu dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau,  A (achievable) dimana tujuan harus dapat dicapai yaitu dengan batas waktu dan komponen waktu dibagi menjadi dua antara lain jangka panjang yaitu dapat dicapai dalam waktu yang lama biasanya lebih dari satu minggu atau satu bulan dan ditujukan pada unsur masalah (problem) dalam diagnosa keperawatan. Kemudian jangka pendek yaitu dicapai dalam waktu singkat biasanya kurang dari satu minggu dan ditujukan pada unsur etiologi aatau tanda dan gejala dalam diagnosa keperawatan aktual maupun resiko. R (reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008).

Tujuan umum yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kali dua kunjungan diharapkan nyeri akut berkurang dari skala 4 menjadi skala 2, tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg,

22

ekspresi wajah tampak rileks. Sedangkan tujuan khusus setelah dilakukan  penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipotensi yang penulis harapkan keluarga Ny.S mengetahui penyebab penyakit hipotensi, mengerti cara mengatasi nyeri pada penyakit hipotensi dan mengetahui tentang cara  perawatan pada penyakit hipotensi.

Dengan ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan  pasien. Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri menggunakan metode

PQRST ( Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time).  Provoking incident   yaitu apakah ada peristiwa yang menjadi faktor  penyebab nyeri. Quality of Pain yaitu seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien, misalnya: apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk. Region yaitu dimana lokasi nyeri yang harus ditunjukkan dengan tepat oleh pasien. Severity of Pain  yaitu seberapa jauh nyeri yang dirasakan pasien (Muttaqin, 2008).

Pengkajian nyeri dengan menggunakan skala nyeri Numerik. Misalnya tidak nyeri mempunyai nilai 0, kemudian nyeri ringan dengan nilai 1 sampai 3, nyeri sedang dengan nilai 4 sampai 6, sedangkan nyeri berat dengan nilai 7 sampai 9, kemudian yang terakhir yaitu nyeri tak tertahankan dengan 10. Kemudian perawat membantu pasien untuk memilih secara subyektif tingkat skala nyeri yang dirasakan pasien. Time  yaitu berapa lama nyeri

23

 berlangsung, kapan, apakah ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri (Tamsuri, 2006).

Pertama pantau karakteristik nyeri dengan mengunakan metode PQRST ( Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time), dengan rasional untuk mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan.

Intervensi kedua monitor tanda vital, dengan rasional memberikan gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler. Memonitor tanda vital untuk memberikan gambaran lengkap mengenai kardiovaskuler. Memonitor tanda vital yaitu suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh dan digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah (Hidayat, 2005).

Intervensi ketiga ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, dengan rasional melepaskan tegangan emosional dan otot. Relaksasi nafas dalam dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Mengajarkan teknik relaksasi untuk melepaskan tegangan emosional dan otot. Teknik relaksasi sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan  bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dalam menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi tarik nafas sambil hitung satu dua dalam hirup kemudian

24

hembuskan lewat mulut secara perlahan hitung satu dua sambil merilekskan  pada otot dan bagian yang terasa nyeri (Tamsuri, 2006).

Intervensi ke empat berikan penyuluhan kesehatan tentang cara  perawatan pada penyakit hipotensi rasional agar keluarga mengetahui dan dapat mencegah terjadi hipotensi kembali. Waston (1985), menekankan  bahwa penyuluhan menyediakan informasi bagi klien dan dengan demikian membantu mereka mengatasi perubahan hidup dan kejadian kejadian dalam hidup secara lebih efektif. Membantu keluarga anggota keluarga merasa memilki perasaan kontrol dan mengurangi stress. Striger dan Lipson (1985), menyebutkan empat tujuan dari penyuluhan kesehatan yaitu pertama memberikan informasi sehingga klien mampu membuat keputusan yang tepat dalam hubungannya dengan kesehatan dan sakit, kedua membantu klien mengantisipasi secara efektif dalam perawatan maupun penyembuhan, ketiga membantu klien beradaptasi terhadap realita penyakit dan  pengobatannya, keempat membantu klien agar mengalami rasa puas dengan

usaha usaha mereka sendiri yang menunjang perbaikan kesehatan (Friedman, 1998).

4. Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan

25

keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan (Potter dan Perry, 2005).

Dalam melakukan tindakan keperawatan selama dua hari penulis tidak mempunyai hambatan, semua rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan yaitu mengkaji karakteristik nyeri pasien, kemudian mengukur tanda tanda vital, selanjutnya mengajarkan keluarga teknik relaksasi nafas dalam, dan yang terakhir yaitu memberikan penyuluhan kesehatan pada keluarga Tn.S tentang perawatan pada penyakit hipotensi.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2005).

Penulis mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi, penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning ) yaitu Subyektif merupakan data keluhan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Obyektif adalah data berdasarkan pengukuran atau observasi langsung pada  pasien. Analisis (Assesment) merupakan interpretasi dari data subyekyif dan data obyektif dan  Planing   yaitu keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan (Rohmah dan Walid, 2012).

Evaluasi keperawatan pada tanggal 24 April 2013 jam 14.00 yang diperoleh penulis setelah melakukan implementasi keperawatan selama dua

26

kali kunjungan kerumah yaitu dengan diagnosa nyeri akut pada Ny.S  berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.S dalam merawat anggota keluarga yang sakit hipotensi di dapatkan data subyektif Ny.S mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang, skala nyeri 2 ,nyeri terasa hanya saat berubah posisi dari duduk kemudian berdiri, nyeri seperti senut senut dan penglihatan sedikit kabur hanya kira kira 15 detik kemudian hilang, nyeri terasa di bagian kepala atas. Kemudian Ny.S sudah mengetahui cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam serta dapat melakukannya dibantu dengan keluarga dan sudah mengetahui perawatan  pada penyakit hipotensi yaitu dengan cara mengurangi mengkonsumsi buah melon, pola makan yang benar, istirahat cukup, minum air putih yang  banyak dan respon obyektif didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg dan ekspresi wajah Ny.S tampak rileks. Dari data subyektif dan data obyektif dapat dianalisa dengan hasil masalah nyeri akut teratasi dan intervensi kunjungan rumah di hentikan.

B. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Saat dilakukan pengkajian pada Ny.S pasien mengeluh nyeri kepala  bagian belakang dengan skala 4, nyeri terus menerus dan bertambah saat berdiri, nyeri seperti dipukul-pukul. Ny .S tampak lemas dan pucat dengan tekanan darah 90/60 mmHg. Keluarga Tn.S tidak mengetahui tentang merawat anggota keluarga yang sakit.

27

 b. Diagnosa keperawatan kelurga pada keluarga Tn.S yang muncul yaitu nyeri akut pada Ny.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.S dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

c. Intervensi atau rencana keperawatan untuk mengatasi nyeri yaitu pantau karakteristik nyeri PQRST ( Provoking incident, Quality of Pain,  Region, Severity of Pain, Time) dengan rasional tindakan untuk mengukur nyeri yang dirasakan. Monitor tanda vital dengan rasional tindakan mengetahui keadaan umum pasien. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional tindakan untuk mengurangi nyeri. Intervensi yang terakhir berikan penyuluhan kesehatan tentang  perawatan pada keluarga dengan penderita hipotensi dengan rasional tindakan untuk menambah pengetahuan tetang penyakit hipotensi dan  perawatannya.

d. Tindakan yang dilakukan yaitu memantau karakteristik nyeri PQRST (Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time) , memonitor tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan pada penderita hipotensi.

e. Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning ), didapatkan data subyektif  Ny.S mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang, skala nyeri 2 ,nyeri

terasa hanya saat berubah posisi dari duduk kemudian berdiri, nyeri seperti senut senut dan penglihatan sedikit kabur hanya kira kira 15

28

detik kemudian hilang, nyeri terasa di bagian kepala atas. Kemudian  Ny.S sudah mengetahui cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam serta dapat melakukannya dibantu dengan keluarga dan sudah mengetahui perawatan pada penyakit hipotensi yaitu dengan cara mengurangi mengkonsumsi buah melon, pola makan yang benar, istirahat cukup, minum air putih yang banyak dengan respon obyektif didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg dan ekspresi wajah Ny.S tampak rileks. Dari data subyektif dan data obyektif dapat dianalisa dengan hasil masalah nyeri akut teratasi dan intervensi kunjungan rumah di hentikan.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang diharapkan bermanfaat antara lain:

a. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan puskesmas.

 b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui  praktek klinik dan pembuatan laporan.

29

c. Bagi keluarga

Untuk selalu memperhatikan kesehatan anggota keluarga terutama dalam merawat anggota yang sakit perlu lebih diperhatikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anas, Tamsuri. 2006.  Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Editor, Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC.

Chris, Brooker. 2008.  Ensiklopedia Keperawatan. Alih Bahasa: Andry Hartono. Brahm U. [et al]; Editor Edisi Bahasa Indonesia. Estu Tiar. Jakarta: EGC. Hidayat A, Aziz Alimul. Musrifatul Uliyah. 2005. Buku Saku Praktikum; Kebutuhan

 Dasar Manusia. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Mariani, Elis. 2007.  Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya) Jus Semangka (Citrullus Vulgaris) Jus Melon (cucumis Melo) Terhadap  Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik .

http://www.eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 25 Mei 2013. Pukul 12.45 WIB.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

 Nursalam. 2008.  Proses dan Dokumentasi keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, Anne Griffin, DKK. 2005.  Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar . Alih Bahasa: Didah Rosidah. Editor Bahasa Indonesia: Monica Ester. Ed.5. Jakarta: EGC.

Potter, Patricia A. Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:  Konsep, Proses dan Praktik . Alih Bahasa: Renata Komalasari. [et al]; Editor Edisi Bahasa Indonesia. Monica Ester. Devi Yulianti. Intan Parulian.-Ed.4.vol 1-Jakarta: EGC.

Potter, Patricia A. Anne Griffin Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:  Konsep, Proses dan Praktik . Alih Bahasa: Renata Komalasari. [et al]; Editor Edisi Bahasa Indonesia. Monica Ester. Devi Yulianti. Intan Parulian.-Ed.4.vol 2-Jakarta: EGC.

Pukesmas Gondangejo Karanganyar. 2013.  Prevalensi penyakit dipuskesmas

Dalam dokumen hipotensi (Halaman 24-41)

Dokumen terkait