• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan/Profesi saat in

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

4.4.6. Evaluasi Model One-Step Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model strukturalparameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one step approach to SEM). One-step approach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik (Hair et al, 1995). Hasil estimasi dan fit model

one step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada Gambar dan Tabel Goodness of Fit, dibawah ini.

Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 3,405 ≤ 2,00 kurang baik

Probability 0,000 ≥ 0,05 kurang baik RMSEA 0,142 ≤ 0,08 kurang baik GFI 0,812 ≥ 0,90 kurang baik AGFI 0,728 ≥ 0,90 kurang baik TLI 0,085 ≥ 0,95 kurang baik CFI 0,251 ≥ 0,94 kurang baik

Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Berdasarkan uji Reliability Consistency Internal terdapat indikator tereliminasi sehingga model berubah sebagaimana terdapat dibawah ini.

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL

Hedonic Shopping Value, Fashion Invelvement, & Impulse Buying Model Specification : One Step Approach - Base Model

1 Hedonic Shoping Value X11 0,005 er_1 1 1 Fashion Involvement X12 er_2 1 X21 er_6 1 X13 er_3 1 X22 0,005 er_7 1 X23 er_8 1 Impulse Buying Y1 er_9 Y2 er_10 Y3 er_11 1 1 1 1 0,005 d_ib 1 Y4 1er_12 X14 er_4 1 X15 er_5 1

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 1,548 ≤ 2,00 baik

Probability 0,025 ≥ 0,05 baik RMSEA 0,068 ≤ 0,08 baik GFI 0,917 ≥ 0,90 baik AGFI 0,857 ≥ 0,90 kurang baik

TLI 0,632 ≥ 0,95 kurang baik CFI 0,738 ≥ 0,94 kurang baik

Dari hasil evaluasi terhadap model one step elimination model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah masih perlu dimodifikasi sebagaimana terdapat di bawah ini.

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL

Hedonic Shopping Value, Fashion Invelvement, & Impulse Buying Model Specification : One Step Approach - Elimination Model

1 Hedonic Shoping Value X11 er_1 1 1 Fashion Involvement X21 er_6 1 X13 er_3 1 X22 er_7 1 X23 er_8 1 Impulse Buying Y2 er_10 Y3 er_11 1 1 1 d_ib 1 Y4 1er_12 X14 er_4 1 X15 er_5 1

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 0,896 ≤ 2,00 baik Probability 0,622 ≥ 0,05 baik RMSEA 0,000 ≤ 0,08 baik GFI 0,961 ≥ 0,90 baik AGFI 0,923 ≥ 0,90 baik TLI 1,069 ≥ 0,95 baik CFI 1,000 ≥ 0,94 baik 4.4.7. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 8.018.413.086 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL

Hedonic Shopping Value, Fashion Invelvement, & Impulse Buying Model Specification : One Step Approach - Elimination Modification Model

1 Hedonic Shoping Value X11 er_1 1 1 Fashion Involvement X21 er_6 1 X13 er_3 1 X22 er_7 1 X23 er_8 1 Impulse Buying Y2 er_10 Y3 er_11 1 1 1 d_ib 1 Y4 1er_12 X14 er_4 1 X15 er_5 1

Tabel 4.13. Tabel Hasil Uji Kausalitas

Uji Hipotesis Kausalitas Regression Weights

Ustd Std

Prob. Faktor ï Faktor Estimate Estimate

Impulse_Buying ï Fashion_Involvement -0,033 -0,728 0,792 Impulse_Buying ï Hedonic_Shoping_Value 0,042 0,947 0,776 Batas Signifikansi ≤ 0,10

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :

a. Faktor Fashion Involvement berpengaruh positif terhadap Faktor Impulse Buying, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,792 > 0,10 [tidak signifikan (negatif).

b. Faktor Hedonic Shopping Value berpengaruh positif terhadap Faktor Impulse Buying, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,775 > 0,10 [tidak signifikan (positif).

4.5. Pembahasan

4.5.1. Pengaruh Hedonic Shopping Value terhadap Impulse Buying (Pembelian Impulse)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh Hedonic shopping Value terhadap Impulse Buying, diperoleh hasil bahwa Hedonic shopping Value tidak berpengaruh terhadap Impulse Buying.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Park et al (2006), yang dalam penelitiannya mengemukakan bahwa, ketika pengalaman berbelanja seseorang menjadi tujuan untuk memenuhi kepuasan

kebutuhan yang bersifat hedonism, maka produk yang dipilih untuk dibeli bukan berdasarkan rencana awal ketika menuju ke toko tersebut, melainkan karena impulse buying yang di sebabkan oleh pemenuhan kebutuhan yang bersifat hedonism atau sebab lain di luar alasan ekonomi seperti karena rasa senang dan fantasi.

Namun, berbeda dengan fakta yang terjadi. Dalam fakta dapat dilihat bahwa, mengambil keputusan pembelian dengan menempatkan kesenangan tidak mungkin seragam diantara konsumen. Menurut Mowen dan Minor (2002: 221- 223), umumnya istilah hedonisme (hedonism) merujuk pada perolehan kesenangan melalui perasaan. Akan tetapi, dalam konteks perilaku konsumen istilah ini lebih kompleks, yaitu perasaan yang dicari konsumen mungkin bukanlah kesenangan yang seragam. Penyebab, kesenangan yang tidak seragam. Karena, masing-masing konsumen punya pandangan berbeda. Tergantung selera jenis produk dan tujuan pembelian, harga jual produk, status pekerjaan dan tingkat pendapatan. Tetapi, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, konsumen yang potensial selalu memperhatikan keadaan ekonominya dalam mengambil keputusan pembelian. Awalnya, status pekerjaan dan tingkat pendapatan mempengaruhi pemilihan produk yang dibelinya atau dibelanjakan. Kemudian, faktor harga jual produk menjadi pertimbangan, sebelum memilih atau mengambil keputusan dalam mengkonsumsi suatu produk.

Meskipun, Matahari Department Store dikenal sebagai peritel handal untuk kategori mode pakaian dan barang-barang keperluan rumah tangga yang pada kesempatan dan waktu tertentu ditawarkan dengan berbagai promo dan

diskon. Apabila, konsumen yang potensial mengangap harga produk (mode pakaian dan barang-barang keperluan rumah tangga) diluar jangkauannya karena latar belakang pekerjaan dan pendapatannya. Sewajarnya, konsumen akan menunda pembelian dan mencari alternatif pilihan lain dalam mengkonsumsi suatu produk. Jadi, tidak harus bertindak seketika/tiba-tiba (impulse) dalam mengambil keputusan pembelian.

4.5.2. Pengaruh Fashion Involvement terhadap Impulse Buying (Pembelian Impulse)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh Fashion Involvement terhadap Impulse Buying, diperoleh hasil bahwa Fashion Involvement tidak berpengaruh terhadap Impulse Buying.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Han et al, (1991) dalam Park et al, (2006), yang dalam penelitiannya mengemukakan bahwa, Fashion yang berorientasi pembelian impulse mengacu pada kesadaran seseorang atau persepsi fashionability yang dikaitkan dengan suatu desain atau gaya inovatif. Artinya, fashion berorientasi pembelian impulse terjadi ketika konsumen termotivasi melihat produk mode baru (pakaian). Awal penelitian perilaku pembelian impuls yang terkonsentrasi pada tipologi pembelian impulse, memprediksi tentang pemahaman peran keterlibatan fashion-oriented.

Namun, berbeda dengan fakta yang terjadi. Dalam fakta dapat dilihat bahwa, pakaian merupakan produk yang selalu mengikuti trend masa kini (baru) dengan kualitas dan mereknya sangat beraneka ragam dilengkapi harga jual yang

bervariatif. Memaksa konsumen yang potensial dalam mengambil keputusan pembelian dengan sikap hati-hati dan penuh pertimbangan. Karena, melihat dari beberapa alasan. Diantaranya, sebelum membeli, pertama kali yang dilihat adalah sensitifitas terhadap harga (pakaian), kemudian kualitas produk (pakaian), dan barang kali masih setia dengan produk lama (pakaian). Meskipun, banyak alasan yang menghinggapi. Tetapi, pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam mendukung penampilan pribadi. Maka, tetap akan membeli dan mengikuti gaya hidup dengan perencanaan yang matang, melainkan tidak dengan seketika/tiba-tiba (impulse). Mengingat, daya beli terhadap kualitas. Artinya, masih menginkan kualitas tetapi dengan harga yang dapat dijangkau.

Matahari Department Store mampu menawarkan produk (pakaian) yang berkualitas dengan trend masa kini dari beragam merek (konsinyasi). Bahkan, berbagai promo dan kenikmatan diskon selalu digelar. Meskipun, itu menjadi daya tarik tersendiri dan daya pikat yang luar biasa bagi konsumen. Secara umum, untuk urusan harga masih ada perbedaan kemampuan dalam berbelanja mode pakaian.

BAB V

Dokumen terkait