• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih

Analisis ragam pengaruh varietas terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum dan keserempakan tumbuh menunjukkan bahwa varietas hanya memberikan pengaruh nyata terhadap keserempakan tumbuh (Tabel 8).

Tabel 8 Pengaruh varietas terhadap daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum dan keserempakan tumbuh

Perlakuan DB (%) IV (%) KCT (%/etmal) PTM (%) KST (%) Bima 3 95 a 90 a 23.13 a 98 a 86 a STJ-01 87 a 74 a 20.60 a 92 a 53 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%, DB = Daya berkecambah, IV = Indeks vigor, KCT = Kecepatan tumbuh, PTM = Potensi tumbuh maksimum, KST = Keserempakan tumbuh, KNK = Kecambah normal kuat, etmal = 24 jam. Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase KST benih varietas Bima 3 lebih tinggi dari STJ-01. Keserempakan tumbuh varietas Bima 3 (86%) lebih baik dari pada STJ-01 yang hanya mencapai 53 %. Hal ini mengindikasikan bahwa benih varietas Bima 3 memiliki vigor yang tinggi dibandingkan benih STJ-01. Menurut Sadjad et al. (1999), benih yang berkecambah kuat dan tumbuh serempak menunjukkan pertanaman yang seragam dengan vigor kekuatan tumbuh yang tinggi.

Persentase DB, IV, KCT dan PTM benih varietas Bima 3 juga lebih tinggi dibandingkan STJ-01 walupun tidak berbeda nyata (Tabel 8) menunjukkan bahwa vigor benih varietas Bima 3 lebih baik daripada benih STJ-01.

Pengujian Vigor Benih terhadap Kekeringan

Analisis ragam pengaruh varietas dan tekanan osmotik PEG 6000 terhadap variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh

33

maksimum, panjang akar dan bobot kering akar menunjukkan bahwa varietas hanya memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Tekanan osmotik PEG 6000 memberikan pengaruh nyata terhadap indeks vigor, panjang akar dan bobot kering akar (Tabel 10). Interaksi antara varietas dengan tekanan osmotik PEG 6000 hanya memberikan pengaruh nyata terhadap variabel DB dan KCT (Tabel 9).

Tabel 9 Pengaruh interaksi antara varietas dan tekanan osmotik PEG 6000 terhadap daya berkecambah dan kecepatan tumbuh

Varietas Tekanan osmotik PEG 6000 (bar)

0 -0.04 -0.06 -0.08 -0.1 ...DB (%)... Bima 3 98 a 94 ab 91 ab 60 d 4 e STJ-01 99 a 88 b 77 c 66 d 7 e ...KCT (%/etmal)... Bima 3 24.40 a 18.48 b 16.09 c 10.62 e 0.57 f STJ-01 24.43 a 17.31 bc 13.95 d 11.87 e 1.12 f Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama masing-masing

perlakuan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%, DB = Daya berkecambah, KCT = Kecepatan tumbuh, etmal = 24 jam.

Peningkatan tekanan osmotik PEG 6000 yang diberikan mengakibatkan penurunan persentase DB yang berbeda-beda pada masing-masing varietas (Tabel 9). Peningkatan tekanan osmotik PEG 6000 -0.04 bar sampai -0.06 bar menunjukkan adanya penurunan persentase DB benih varietas Bima 3 walaupun tidak nyata secara statistik. Hal berbeda terlihat pada STJ-01, peningkatan tekanan osmotik PEG 6000 -0.04 bar mengakibatkan penurunan persentase DB secara nyata.

Perbedaan nyata antara varietas hanya ditunjukkan oleh tekanan osmotik PEG 6000 -0.06 bar sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi perbedaan toleransi antar varietas jagung hibrida berdasarkan DB dan KCT. Persentase DB dan KCT benih jagung varietas Bima 3 lebih tinggi dibandingkan STJ-01 pada tekanan osmotik -0.06 menunjukkan bahwa benih jagung varietas Bima 3 lebih toleran terhadap kekeringan dibandingkan benih jagung STJ-01.

Peningkatan level tekanan osmotik PEG 6000 menunjukkan penurunan secara nyata terhadap IV dan mengurangi PA. Penurunan IV dibawah 50% terjadi

padal level tekanan osmotik PEG 6000 -0.06 bar, bahkan benih mengalami kematian pada tekanan osmotik -0.1 bar. Hal ini berarti bahwa benih jagung varietas Bima 3 dan STJ-01 masih toleran terhadap kekeringan pada tekanan osmotik PEG 6000 -0.04 bar dengan IV sebesar 82.5% (Tabel 10).

Tabel 10 Pengaruh varietas dan tekanan osmotik PEG 6000 terhadap indeks vigor, potensi tumbuh maksimum, panjang akar dan bobot kering akar Perlakuan IV (%) PTM (%) PA (cm) BKA (g) Varietas Bima 3 45.4 a 97.2 a 9.41 a 0.026 a STJ-01 46.2 a 96.0 a 9.22 a 0.026 a Tekanan osmotik PEG 6000 (bar) -0 98.5 a 98.5 a 14.65 a 0.029 a -0.04 82.5 b 96.5 a 11.80 b 0.031 a -0.06 37 c 96.5 a 9.48 c 0.030 a -0.08 11 d 96.5 a 8.08 c 0.025 a -0.1 0 e 95 a 2.59 d 0.015 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%, IV = Indeks vigor, PTM = Potensi tumbuh maksimum, PA = Panjang akar, BKA = Bobot kering akar. Pengujian Vigor Benih terhadap Salinitas

Analisis ragam pengaruh varietas dan konsentrasi NaCl terhadap variabel tinggi bibit, jumlah daun hijau, panjang akar dan bobot kering akar menunjukkan bahwa varietas dan NaCl hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun hijau (Tabel 11).

Tabel 11 Pengaruh varietas dan NaCl terhadap tinggi bibit, jumlah daun hijau, panjang akar dan bobot kering akar pada umur tanaman 4 minggu

Perlakuan TB (cm) JD PA (cm) BKA (g) Varietas Bima 3 10.70 a 4.19 a 11.31 a 0.024 a STJ-01 10.14 a 3.42 b 11.30 a 0.019 a NaCl (ppm) 0 10.55 a 4.01 a 11.73 a 0.019 a 4000 10.28 a 3.60 b 10.89 a 0.024 a

Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama berbeda nyata pada uji DMRT

taraf 5%. TB = Tinggi bibit, JD = jumlah daun hijau, PA = Panjang akar, BKA = Bobot kering akar.

35

Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah daun hijau varietas Bima 3 lebih tinggi dibandingkan jumlah daun hijau STJ-01. Jumlah daun hijau Bima 3 dan STJ-01 pada perlakuan varietas masing-masing adalah 4.19 dan 3.42. Jumlah daun hijau pada perlakuan NaCl masing-masing adalah 4.01 dan 3.60. Hal ini menunjukkan bahwa benih jagung varietas Bima 3 lebih toleran terhadap salinitas dibandingkan dengan STJ-01.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Populasi tanaman tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman tetua Bima 3 dan STJ-01, tinggi letak tongkol tetua betina Bima 3 dan STJ-01, indeks luas daun tetua betina STJ-01, jumlah tongkol panen tetua betina Bima 3, bobot tongkol tanpa kelobot Bima 3 serta produktivitas benih Bima 3 dan STJ-1.

Rasio tetua berpengaruh terhadap produktivitas benih Bima 3 dan STJ-01. Produktivitas benih jagung varietas Bima 3 tertinggi diperoleh pada rasio tetua 1:5 yaitu 1.43 ton/ha dan produktivitas benih jagung STJ-01 tertinggi pada rasio tetua 1:4 yaitu 3 ton/ha.

Mutu benih jagung varietas Bima 3 lebih baik dibandingkan dengan STJ-01. Pertumbuhan kecambah benih varietas Bima 3 lebih serempak, lebih toleran terhadap kekeringan berdasarkan daya berkecambah dan kecepatan tumbuh pada tekanan osmotik -0.06 bar dan lebih toleran terhadap cekaman salinitas pada konsentrasi NaCl 4000 ppm berdasarkan jumlah daun hijau.

Saran

1. Hasil penelitian dapat dijadikan rekomendasi dalam produksi benih jagung hibrida varietas Bima 3 dan STJ-01.

2. Penelitian lebih komprehensif jika dilakukan pada musim dan agroekologi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Aflakpui GKS, Anchirinah VM, Asumadu H. 2005. Response of a quality protein maize hybrid to N supply and plant density in the forest zone of Ghana. Trop. Sci. 45:3–7.

Allard RW. 1999. History of plant population genetics [ulasan]. Ann Rev. Gen 33: 1-27.

Andrade FH, Calvino P, Cirilo A. Barbieri P. 2002. Yield Responses to Narrow Rows Depend on Increased Radiation Interception. Agron J 94:975-980. Barbieri PA, Rozas HRS, Andrade FH, Echeverria HE. 2000. Soil Management:

Row Spacing Effects at Different Levels of Nitrogen Availability in Maize. Agron J 92:283-288.

Bintoro MH. 1989. Toleransi tanaman jagung terhadap salinitas [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik . 2011. Statistik Indonesia. http://www.bps.go.id/exim-frame.php [8 November 2011].

[BPS Kabupaten Bone Bolango] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango. 2011. Bone Bolango dalam Angka 2011. Bone Bolango: BPS Kabupaten Bone Bolango.

[BPS Provinsi Gorontanlo] Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. 2011. Gorontalo dalam Angka 2011. Gorontalo: BPS Provinsi Gorontalo.

Burris JS. 2001.Adventitious pollen intrusion into hybrid maize seed production fields. Proceedings of 56th annual corn and sorghum research conference 2001. Washington DC: American Seed Trade Association Inc.

Conley SP, Steven WG, Dunn DD. 2005. Grain sorghum response to row spacing. plant density and planter skips.

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2007. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 76/Kpts/SR.120/2/2007 tentang Pelepasan Galur Jagung Hibrida ST Nei9008/Mr14 Sebagai Varietas Unggul dengan Nama Bima 3 Bantimurung. Jakarta: Departemen Pertanian.

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2008. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1500/Kpts/SR.120/10/2008 tentang Pelepasan Galur Jagung Hibrida G193/Mr14 Sebagai Varietas Unggul dengan Nama Bima 5 Bantimurung. Jakarta: Departemen Pertanian.

Fadhly AF, Saenong S, Arief R, Tabri F, Saenong S, Koes F. 2010. Perakitan Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida Berumur Sedang (90-100 hari, hasil benih F1>2 t/ha). Laporan Akhir Program Insentif Riset Terapan. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia. 67 hlm.

[FAO] Food Agricultural Organization. 2001. Crop Water Management-Maize. New York: Land and Water Development Division (www.fao.org).

Farnham DE. 2001. Row spacing, plant density, and hybrid effects on corn grain yield and moisture. Agron J 93:1049-1053.

Fischer KS, Palmer AFE. 1996. Jagung tropik. Di dalam: Tohari, penerjemah; Goldsworthy PR, Fischer NM, editor. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr. Terjemahan dari: The Physiology of Tropical Field Crops. 874 hlm.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchel RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Pr. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants. 428 hlm.

Gemechu K, Legesse W. 1999. A Guide for Maize Seed Producers. Addis Ababa: Ethiopian Agricultural Research Organization (EARO).

Godoi REZ de. 2008. Hybrid maize seed production. Seed News Magazine September/Oktober-year12 (5). [terhubung berkala]. http://www.seednews. br./ingles/seed/125/print_artigo125_ing.html [13 Juli 2011].

Gokeman S, Sener O, Sakin MA. 2001. Response of popcorn (Zea mays everta) to nitrogen rates and plant densities. Turkish J. Agric. (25): 15–23.

Gomez KA, Gomez AA. 2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi ke-2. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari : Statistical Procedures for Agricultural Research.

Gonzalo M,Vyn TJ, Holland JB, Mclntyre LM. 2006. Mapping density response in maize: A direct approach for testing genotype and treatment interactions. Genetics 173 (1): 331-348.

Hakim N, Lubis AM, Pulung MA, Nyakpa MY, Amrah MG, Hong GB. 1987. Pupuk dan Pemupukan. Palembang: BKS-PTN-Barat/WUAE Project. Ilyas S. 2006. Seed treatments using matriconditioning to improve vegetable seed

quality [ulas balik]. Bul Agron. 34(2):124-132.

Ilyas S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih : Teori dan Hasil-Hasil Penelitian. Bogor: IPB Pr. 138 hal.

Koshawatana C, Chaiyarach K, Surkaew C, Soommatr A, Chamkrachang W. 2002. Study on technology of hybrid maize seed production v optimum harvesting time for seed production of Nakhon Sawan 72. Di dalam: Annual Report 2002. Bangkok: Nakhon Sawan Field Crops Research Center. Department of Agriculture. Ministry of Agriculture and Copperatives. hlm135-136. Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta:

Raja Grafindo Persada. 218 hlm.

Lafarge TA, Hammer GL. 2002. Tillering in grain sorghum over a wide range of population densities: modeling dynamics of tiller density. Ann Bot 90:99– 110.

Lazarde I. 2011. 8 November 2011. Swasembada pangan kekurangan benih. [Koran Online] http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/11/ lswkd-swasembada-pangan-kekurangan-benih [9 November 2011].

41

Liu W, Tollenaar M, Stewart G, Deen W. 2004. Within-row plat spacing variability does not effect corn yield. Agron J 96:275-280.

Ma BL, Dwyer LM, Costa C. 2003. Row spacing and fertilizer nitrogen effects on plant growth and grain yield of maize. Can J Pl Sci 83:241–247.

Maddonni GA, Cirilo AG, Otegui ME. 2006. Row width and maize grain yield. Agron J 98:1532-1543.

Michel BE, Kaufmann MR. 1973. The osmotic potential of polyethylene glycol 6000. Plant Physiol 51: 914-916.

Muhadjir F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Di dalam: Subandi, Syam M, Widjono A, editor. Jagung. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. hlm 33-35.

Mugnisjah WQ, Setiawan A. 1990. Pengantar Produksi Benih. Jakarta: Rajawali Pr. hlm 419.

Paliwal RL. 2000. Tropical maize morphology. Di dalam: Tropical Maize : Improvement and Production. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations. hlm 13-20.

Pearce RB, Mock JJ, Bailey TB. 1975. Rapid method for estimating leaf area per plant in maize. Crop Sci. 15:691-694.

Pederson P, Lauer JG. 2003. Corn and soybean response to rotation sequence. row spacing and tillage system. Agron J 95:965-971.

Pioneer. 2009. Petition for the Determination of Nonregulated Status for Maize 32138 SPT Maintainer Used in the Pioneer Seed Production Technology (SPT) Process. Submitted by N. Weber.Registration Manager. Johnston: Pioneer Hi-Bred International Inc.

Poehlman JM, Sleeper DA. 1995. Breeding Field Crops. Ed ke-4. Iowa State Univ Pr.

Pampolino M, Witt C, Pasuquin JM, Sinohin PJ. 2009. Nutrient Manager for Hybrid Maize (version 1.0). A software for formulating fertilizer guidelines for tropical hybrid maize. Malaysia: International Plant Nutrition Institute. Purwanto S. 2007. Perkembangan produksi dan kebijakan dalam produksi jagung.

Di dalam: Sumarno. Suyamto. Widjono A. Hermanto. Kasim H. editor. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. hlm 459.

Qadir A. 1994. Studi penentuan nilai viabilitas benih kedelai dengan menggunakan peubah yang layak [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sadjad S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia. 145 hal.

Sadjad S, Murniati E, Ilyas S. 1999. Parameter pengujian vigor benih dari komparatif ke simulatif. Jakarta: Grasindo. 185 hal.

Sangoi L, Gracietti MA, Rampazzo C, Bianchetti P. 2002. Response of Brazilian maizehybrids from different ears to changes in plantdensity. Field Crops Res.(79): 39-51.

Sitaniapessy PM. 1985. Pengaruh jarak tanam dan besarnya populasi tanaman terhadap absorbsi radiasi surya dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sharifi RS, Sedghi M, Gholipouri A. 2009.Effect of population density on yield and yield attributes of maize hybrids. Res J of Biol Sci 4(4): 75-379.

Shapiro CA, Wortmann CS. 2006. Corn response to nitrogen rate. row spacing and plant density in Eastern Nebraska. Agron J 98:429-535.

Sharma OP. 2002. Plant Taxonomy. New Delhi: Tata McGRaw Hill. Stoskops N. 1981. Understanding Crop Production. Virgina: Reston Pub.

Virginia. Hlm 97 – 109.

Subandi, Syam M, Widjono A. 1988. Jagung. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. 423 hal.

Subekti NA, Syafruddin, Effendi R, Sunarti S. 2007. Morfologi tanaman dan fase pertumbuhan jagung. Di dalam: Sumarno. Suyamto. Widjono A. Hermanto. Kasim H. editor. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. hlm 17-18.

Sudjana A, Rifin A, Sudjadi AM. 1991. Jagung. Bul Tek Pertanian 3:2-19.

Sutoro Y, Sulaeman, Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Di dalam: Subandi, Syam M, Widjono A, editor. Jagung. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. hlm 49-59.

Suwarno WB. 2008. Perakitan varietas jagung hibrida. http://willy.situshijau.co.id tanggal 20 April 2008 [23 Maret 2011].

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. 348 hlm.

Takdir A, Sunarti S, Mejaya MJ. 2007. Pembentukan varietas jagung hibrida. Di dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. hlm 75.

Thomison P. 2002. Cultural Practices for Optimizing Maize Seed Yields & Quality. Seed Production Seminar Oct. 15 and 16. 2002. Pontificia Universidad Catolica de Chile. Ohio: Horticulture and Crop Science. Ohio State University.

Tollenaar M, Lee EA. 2002. Yield potential. yield stability and stress tolerance in maize. Field Crops Res. 75:161–169.

Upadyayula N, Silva HS da, Bohn MO, Rocheford TR. 2005. Genetic and QTL analysis of maize tassel and ear inflorescence architecture .Theor Appl Genet. DOI 10.1007/s00122-005-0133-x.

43

Von Qualen RH, Yakpayiba P,. von Qualen SK. 1993. Low plant population constraint on maize production in the East Mamprusi district. Third workshop on improving farming systems in the interior savanna zone of Ghana. Ghana: Nyankpala.

Westgate ME, Forcella F, Reicosky DC, Somsen J. 1997. Rapid canopy closure for maize production in the Northern U.S. Corn Belt: Radiation-use efficiency and grain yield. Field Crops Res. 49:249-258.

Xue J, Liang Z, Ma G, Lu H, Ren J. 2002. Population physiological indices on density-tolerance of maize in different plant type. Ying Yong Sheng Tai Xue Bao 13(1):55-59.

Zhang J, Dong S, Wang K, Hu C, Liu P. 2006. Effects of shading on the growth development and grain yield of summer maize. Ying Yong Sheng Tai Xue Bao. 17(4):657-662.

47

Lampiran 2 Tata letak tetua jantan dan betina 75 cm ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ (A) 60 cm ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ (B) 70 cm ♂ ♂ ♂♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂♂♂ ♂ ♂ ♂♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂♂♂ ♂ ♂ ♂♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂♂♂ ♂ ♂ ♂♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂♂♂ ♂♂♂♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂♂♂♂ 20 cm (C) Keterangan :

♂ = tetua jantan (A) : Rasio tetua 1 : 4

♀ = tetua betina Populasi 66 667 tanaman/ha

(B) : Rasio tetua 1 : 5

Populasi 83 333 tanaman/ha

(C) : Rasio tetua 2 : 6 (baris ganda tetua jantan)

Populasi 90 000 tanaman/ha 20 cm

20 cm

49

Lampiran 3 Data iklim lokasi penelitian

Parameter Bulan

Mei Juni Juli Agustus September

Curah hujan - Jumlah (mm) 55 45 276 32 0 - Hari hujan 7 5 20 5 1 Suhu udara (oC) - Rata-rata 27.4 26.8 26.8 27.5 27.5 - Maksimum 32.5 31.5 32.7 33.8 33.8 - Minimum 23.3 23.0 22.6 22.6 22.6 Kelembaban udara (%) 83.6 84.5 79.2 77.6 77.9 Penyinaran matahari (%) 72.0 60.0 54.0 88.8 90.0 Sumber : Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo Tahun 2012

Lampiran 4 Hasil analisis tanah lokasi penelitian

Parameter

Desa Dutohe Desa Ulanta Hasil analisis Status dalam tanah*) Hasil analisis Status dalam tanah*) Tekstur (%) - Pasir 9 Lempung liat berdebu**) 50 Lempung**) - Debu 56 36 - Liat 35 14 pH - H2O 5.7 Agak masam 5.8 Agak masam - KCl 4.4 4.7 Bahan Organik (%) - C-organik 0.61 Sangat rendah 0.91 Sangat rendah - N-total 0.06 Sangat rendah 0.09 Sangat rendah - C/N 10 Rendah 10 Rendah P2O5 - HCl 25% (mg/100 g ) 89 Sangat tinggi 46 Tinggi

- Bray 1 (ppm) 10.6 Rendah 5.2 Sangat

rendah

K2O

- HCl 25% (mg/100 g ) 19 Rendah 35 Sedang

- Morgan (ppm) 98 143

Nilai tukar kation (cmolc/kg)

- Ca 8.53 Sedang -

- Mg 2.33 Tinggi -

- K 0.19 Rendah -

- Na 0.22 Rendah -

Kapasitas Tukar Kation

(cmolc/kg) 10.92 Rendah 11.89 Rendah Kation bebas (%) >100 - Kemasaman (cmolc/kg) - Al3+ 0.00 0.00 - H+ 0.09 0.06

Sumber : Balai Penelitian Tanah Tahun 2012

*) Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 dalam Hardjowigeno 2010 **) USDA

51

Lampiran 5 Deskripsi galur Mr14 Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 76/Kpts/SR.120/2/2007 Tanggal : 7 Pebruari 2007

DESKRIPSI GALUR Mr14

Asal : Populasi Suwan 3

Golongan : Galur murni

Umur : Dalam

: 50 % keluar polen ±56 hari : 50 % keluar rambut ±57 hari : Masak fisiologis ± 105 hari Tinggi tanaman : 170 cm

Keseragaman : Sangat seragam

Batang : Besar dan kokoh

Warna daun : Hijau tua Jumlah daun : 12 – 14 helai Bentuk kanopi daun : Tegak dan lebar Bentuk malai : Kompak

Warna glume : Hijau

Warna anther : Krem

Produksi tepung sari : Sangat banyak

Warna Rambut : Krem

Perakaran : Sangat baik

Tinggi tongkol : ±85 cm

Ukuran tongkol : Besar dan panjang ±19 cm

Penutupan kelobot : Menutup tongkol dengan sempurna (±99 %)

Warna biji : Kuning

Tipe biji : Mutiara (Flint)

Rata-rata hasil : 1.50 ton / ha pipilan kering pada kadar air 10 % Potensi hasil : 2.50 ton /ha pipilan kering pada kadar air 10 %) Ketahanan terhadap hama

dan penyakit : Agak toleran terhadap penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)

Lampiran 6 Deskripsi galur Nei9008 Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 76/Kpts/SR.120/2/2007 Tanggal : 7 Pebruari 2007

DESKRIPSI GALUR Nei9008

Asal : Introduksi dari Departemen Pertanian Thailand

Golongan : Galur murni

Umur : Dalam

: 50 % keluar polen ±53 hari : 50 % keluar rambut ±54 hari : Masak fisiologis ±100 hari Tinggi tanaman : ±140 cm

Keseragaman : Sangat seragam

Batang : Kokoh dan tegak

Warna batang : Hijau sedikit keuangan

Warna daun : Hijau

Jumlah daun : 12 – 14 helai

Bentuk kanopi daun : Tegak dan agak lebar Bentuk malai : Kompak

Warna glume : Hijau

Warna anther : Krem

Produk tepung sari : Sangat banyak

Warna Rambut : Merah

Perakaran : Baik

Tinggi letak tongkol : ±45 cm

Ukuran tongkol : Agak besar dan panjang ±18 cm

Penutupan kelobot : Menutup tongkol dengan sempurna (±99 %)

Baris biji : Lurus

Jumlah baris biji per tongkol : ± 12 baris

Warna biji : Kuning

Tipe biji : Mutiara (Flint)

Rata-rata hasil : 1.60 ton/ha pipilan kering pada kadar air 10% Potensi Hasil : 2.80 ton/ha pipilan kering pada kadar air 10% Ketahanan terhadap hama

dan penyakit : Toleran terhadap penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)

53

Lampiran 7 Deskripsi varietas Bima 5 Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1500/Kpts/SR.120/10/2008 Tanggal : 31 Oktober 2008

DESKRIPSI VARIETAS BIMA 5

Asal : G180/Mr14, G193 dikembangkan dari populasi P5/GM25 Mr14. Nei 9008 dikembangkan dari populasi Suwan 3

Golongan : Hibrida silang tunggal (single cross)

Umur : Dalam

50% keluar pollen ±60 hari 50% keluar rambut ±58 hari Masak fisiologis ±103 hari Tinggi tanaman : ±204 cm

Keragaman tanaman : Seragam

Batang : Sedang dan tegak

Warna batang : Hijau Bentuk malai : Kompak

Warna glume : Krem

Warna anthera : Krem Warna rambut : Krem Perakaran : Sangat baik

UkuranTongkol : Besar dan panjang (±18,2 cm) Bentuk tongkol : Silindris

Kedudukan tongkol : ±115 cm

Tipe biji : Setengah mutiara (Semi flint)

Baris biji : Lurus

Warna biji : Jingga

Jumlah baris/tongkol : 12 – 14 baris Bobot 1000 biji : ±270 g

Rata-rata hasil : 9.3 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 11.4 t/ha pipilan kering Kandungan karbohidrat : 59.07%

Kandungan protein : 11.09% Kandungan lemak : 4.13%

Keunggulan : Potensi hasil tinggi, tongkol seragam, penutupan klobot baik dan stay green

Ketahanan : Agak peka penyakit bulai, tahan karat dan bercak daun

Daerah adaptasi : Adaptasi luas

Pemulia : Andi Takdir M., R. Neny Iriany M., M. Azrai, Muzdalifah, Sigit Budi Santoso, Sri Sunarti

Teknisi : Sampara, Arifuddin, Fransikus Misi, Stepanus Misi, Usman,Yosepina, M. Rasyid Ridho

Penguji : Awaluddin Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe, Surtikanti, Syahrir Pakki, Said Kontong

Lampiran 8 Deskripsi varietas Bima 3 Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 76/Kpts/SR.120/2/2007 Tanggal : 7 Pebruari 2007

DESKRIPSI VARIETAS BIMA 3

Asal : Nei9008/Mr14, Nei9008 dikembangkan dari galur introduksi Departemen Pertanian Thailand

Golongan : Hibrida silang tunggal (single cross)

Umur : Dalam

50% keluar polen ±55 hari 50% keluar rambut ±56 hari Masak fisiologis ±100 hari Tinggi tanaman : ±200 cm

Keragaman tanaman : Seragam

Batang : Sedang dan tegak

Warna batang : Hijau sedikit ungu Jumlah daun : 12-14 helai

Bentuk malai : Kompak

Warna glume : Krem

Warna anthera : Krem

Warna rambut : Krem

Perakaran : Sangat baik Tinggi letak tongkol : ±98 cm

Ukuran Tongkol : Besar dan panjang (±21 cm) Bentuk tongkol : Silindris

Kelobot : Menutup dengan baik

Tipe biji : Setengah mutiara (Semi flint)

Baris biji : Lurus

Warna biji : Jingga

Jumlah baris/tongkol : 12 – 14 baris Bobot 1000 biji : ±359 g

Rata-rata hasil : 8.27 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 10.00 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai,

Daerah sebaran/adaptasi : Beradaptasi baik pada lahan subur dan lahan sub optimal, populasi dapat mencapai 70 000 tan/ha (jarak tanam 70 cm x 20 cm, 1 butir per lubang)

Peneliti : Made Jana Mejana, R. Neny Iriany M., Andi Takdir M., Muzdalifah Isnaini, Achmad Muliadi dan Marsum M. Dahlan

Penguji : Amin Nur, Awaluddin Hipi, Sri Sunarti, Sigit Budi Santoso, Said Kontong, A. Haris Talanca, Wasmo Wakman, Johanis Tandiabang, Evert Y. Hosang, Nurtirtayani dan Amrizal Nasar.

Teknisi : Sampara, Arifuddin, Fransikus Misi, Stepanus Misi, Wisnu Undoyo dan Ulfah Aliawati

55

Lampiran 9 Analisis ragam pengaruh rasio tetua dan populasi tanaman terhadap daya tumbuh tetua jantan Bima 3

Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr>F KK (%) Rasio 2 70.8370296 35.4185148 1.25 0.3221 5.54 Ulangan(Rasio) 6 333.9662000 55.6610333 1.96 0.1514 Populasi 2 73.6344963 36.8172481 1.30 0.3093 Rasio x Populasi 4 53.4037037 13.3509259 0.47 0.7570 Galat 12 340.8877333 28.4073111 Total 26 872.7291630

Lampiran 10 Analisis ragam pengaruh rasio tetua dan populasi tanaman terhadap daya tumbuh tetua betina Bima 3

Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr>F KK (%) Rasio 2 69.8604667 34.9302333 2.75 0.1040 3.64 Ulangan(rasio) 6 74.1424667 12.3570778 0.97 0.4834 Populasi 2 54.8013556 27.4006778 2.16 0.1584 Rasio x Populasi 4 163.5585778 40.8896444 3.22 0.0518 Galat 12 152.4614000 12.7051167 Total 26 514.8242667

Lampiran 11 Analisis ragam pengaruh rasio tetua dan populasi tanaman terhadap umur berbunga tetua jantan Bima 3

Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr>F KK (%) Rasio 2 0.07407407 0.03703704 0.04 0.9593 1.48

Dokumen terkait