• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Krim

2.4.7. Evaluasi Mutu Sediaan Krim

Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati.Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik.Kedua, setiap pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard dan spesifikasi yang telah ada.

1. Organoleptis

Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.

2. Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g: 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.

3. Evaluasi daya sebar

Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur).

4. Evaluasi penentuan ukuran droplet

Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan-tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

5. Uji aseptabilitas sediaan.

Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria.Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.

2.5. Gel

2.5.1. Definisi Sediaan Gel

Gel merupakan sediaan semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara setengah padat atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Ditjen POM, 1995). Menurut Niazi (2004), gel merupakan suatu sistem semipadat di mana fase dibatasi oleh jaringan tiga dimensi, antara matriks yang saling terkait dan bersilangan.

Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1989). Gel menggunakan makromolekul yang terdispersi ke seluruh cairan sampai terbentuk massa kental yang homogen,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta massa seperti ini disebut sebagai gel satu fase. Massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka dikelompok-kelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering disebut sebagai magma atau susu. Gel magma dianggap sebagai dispersi koloid oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid (Anwar, 2012).

Gel adalah pembawa yang digunakan dengan tujuan pemberian obat pada bagian mukosa, misalnya mata, hidung, vagina, dan pemberian melalui rektum (Anwar, 2012).

2.5.2. Basis Gel dan Faktor yang Mempengaruhi (Anwar, 2012)

Gel sering digunakan dalam penghantaran obat yang mengandung polimer yang dapat menjerap sejumlah air yang dikenal dengan hidrogel. Penyerapan cairan berlangsung melalui pengembangan.Hal ini diikuti dengan peningkatan volume dan membesarnya tekanan (tekanan pembengkakan sampai 100 Mpa, 103 at), dan peristiwa tersebut berkaitan erat dengan dihasilkannya panas positif. Koloid linier yang digunakan untuk membentuk gel dapat mengembang tanpa batas, artinya kondisi gel dapat diubah menjadi sol dengan penambahan pelarut yang lebih banyak. Dengan demikian jumlah air yang digunakan untuk pengembangan sangat menentukan sifat rheology sediaan yang terbentuk.

Komposisi sediaan gel umumnya terdiri dari komponen bahan yang dapat mengembang dengan adanya air, humektan, dan pengawet, terkadang diperlukan bahan yang dapat meningkatkan penetrasi bahan berkhasiat.

Gel tautan-silang (cross-link) secara kimia

Pada sistem ini, pemisahan fase makroskopik dicegah dengan adanya tautan-silang, dan semakin tinggi densitas/massa jenis dari senyawa penaut-silang, maka semakin kecil kontraksi polimer dengan pelarut, dan gel yang terbentuk semakin kuat.Kekuatan gel dapat diukur dengan Texture analyzer.

Surfaktan ionik dapat terikat dengan polimer nonionik, sehingga cara yang efektif untuk memasukkan muatan ke dalam gel polimer nonionik adalah dengan menambahkan surfaktan ionik. Karena muatan tersebut bergantung pada ikatan kooperatif dari surfaktan pada rantai backbone polimer, maka pengembangan dari gel bergantung pada parameter yang mengendalikan ikatan pada surfaktan. Saat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta panjang rantai alkil pada surfaktan meningkat, afinitas ikatan pada polimer pun akan meningkat, sehingga secara efektif meningkatkan „densitas muatan polimer‟. Derajat pengembangan secara langsung mempengaruhi pelepasan senyawa yang bergabung dalam gel cross-linked. Sehingga dengan meningkatkan pengembangan, difusi dari senyawa yang tergabung meningkat.

Gel yang terbentuk oleh polimer polisakarida

Gel polisakarida bersifat temperature-reversible, terbentuk pada konsentrasi polimer yang realtif rendah umumnya dari turunan selulosa, struktur gel dapat dibentuk pada konsentrasi antara 2-6%. Gel polisakarida dapat dibentuk dengan memodifikasi ikatan selang secara kimia, yang dipengaruhi oleh pH.

Pembentuk Gel Alami

Pembentuk gel alami yang umum digunakan adalah xanthan gum, gellan gum, pectin, dan gelatin. Xanthan gum dan gellan gum adalah polisakarida dengan berat molekul besar yang diperoleh dari fermentasi menggunakan mikroba. Larutan xanthan gum memliliki viskositas yang tinggi pada tekanan geser (shear rate) yang rendah yang dapat menjaga partikel padat tetap tersuspensi dan mencegah emulsi mengalami koalesens. Gellan gum adalah pembentuk gel, efektif pada penggunaan dengan jumlah yang sedikit, membentuk gel yang padat pada konsentrasi rendah.

Bahan tambahan lain 1. Humektan

Humektan digunakan sebagai pelembap pada kulit.Dengan penambahan humektan dapat meminimalkan kehilangan air dan menyisakan lapisan film yang tidak membentuk kerak, dengan kata lain humektan berperan sebagai pelembap pada kulit. Contoh aditif yang dapat ditambahkan untuk membantu menahan air meliputi:

a. Gliserol dalam konsentrasi > 30%.

b. Propilen glikol dalam konsentrasi sekitar 15%.

c. Sorbitol dalam konsentrasi 3-15 (Marriot, John F., et al., 2010). 2. Chelating agent

Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Pengawet

Gel memiliki kandungan air lebih tinggi dari salep atau pasta dan ini membuat mereka rentan terhadap kontaminasi mikroba. Pengunaan pengawet biasanya disesuaikan dengan gelling agent yang digunakan, sesuai dengan tabel berikut (Marriot, John F., et al., 2010):

Tabel 2.1 Pengawet Sediaan Gel

Choice of Preservative to be Used in Gel

Preservative Gelling Agent

Benzalkonium chloride (0,01% w/v) Hypromellose Methylcellulose

Benzoic acid (0,2%) Alginates

Pectin (provided the products is acidic in nature)

Chlorhexidine acetate (0,02%) Polyvinyl alcohols Chlorocresol (0,1-0,1%) Alginates

Pectin (provided the products is acidic in nature)

Methyl/propyl hydroxybenzoates (0,02-0,3%)

Activity is increased if used in combination.

Propylene glycol (10%) has been shown to potentiate the antimicrobial activity Carbomer Carmellose sodium Hypromellose Pectin Sodium alginate Tragacanth Phenylmercuric nitrate (0,001%) Methylcellulose

[Sumber: Marriot, John F., et al., 2010] 4. Enhancer (peningkat penetrasi)

Enhancer adalah senyawa yang digunakan untuk meningkatkan jumlah dan jenis zat aktif yang dapat masuk menembus stratum korneum dari kulit.

Enhancer untuk sediaan setengah padat harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Bersifat inert secara farmakologis terhadap tubuh, baik lokal maupun sistemik.

b. Tidak mengiritasi ataupun menyebabkan alergi.

c. Harus bekerja dengan cepat dan memiliki onset yang dapat diperkirakan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta e. Saat enhancer tidak ada lagi di kulit, sifat barrier kulit harus segera

kembali normal secara sempurna.

f. Harus bekerja hanya satu arah, yaitu hanya membuat obat dapat masuk, tidak membuat senyawa di dalam kulit keluar.

g. Harus kompatible dengan zat aktif dan zat lain dalam sediaan dan meningkatkan kelarutan zat aktif dalam formulasinya.

h. Harus dapat diterima secara kosmetologis, tidak berbau dan tidak berwarna.

Enhancer (peningkat penetrasi) berinteraksi dengan intrasel dari lapisan kulit melalui berbagai cara, seperti fluidisasi, polarisasi, pemisahan fase, atau ekstraksi lipid. Selain itu juga membentuk vakuola di dalam korneosit, dan mendenaturasi keratin.

Contoh peningkat penetrasi adalah air, alkohol, lemak alkohol, glikol, dan surfaktan.

Dokumen terkait