• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Dalam pendidikan terjadi proses belajar mengajar yang sistematis, yang terdiri dari banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung dan berkesinambungan. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

Guru sebagai pengarah dan pembimbing, sedang siswa sebagai orang yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, maka guru bertugas melakukan suatu kegiatan yaitu penilaian atau evaluasi atas ketercapaian siswa dalam belajar. Selain memiliki kemampuan untuk menyusun bahan pelajaran dan keterampilan menyajikan bahan untuk mengkondisikan keaktifan belajar siswa, guru diharuskan memiliki kemampuan mengevaluasi ketercapaian belajar siswa, karena evaluasi merupakan salah satu komponen penting dari kegiatan belajar mengajar.

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation. Menurut Mehrens dan Lehmann yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan

informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.60 Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, evaluasi mengandung beberapa pengertian, diantaranya adalah :

a. Menurut Norman Gronlund, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan keputusan sampai sejauh mana tujuan dicapai oleh siswa.

b. Wrightstone dan kawan-kawan, evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai- nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.61

Selanjutnya, Roestiyah dalam bukunya Masalah-masalah Ilmu Keguruan yang kemudian dikutip oleh Slameto, mendeskripsikan pengertian evaluasi sebagai berikut :

a. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan.

b. Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam- dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

c. Dalam rangka pengembangan sistem instruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah direncanakan.

d. Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan.62

Seorang pendidik harus mengetahui sejauh mana keberhasilan pengajarannya tercapai dengan baik dan untuk memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar mengajar, dan untuk memperoleh keputusan tersebut maka diperlukanlah sebuah proses evaluasi dalam

60

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet Ke-12, h. 3.

61

Ibid., h. 3. 62

pembelajaran atau yang disebut juga dengan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Secara sistemik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen sistem pembelajaran yang mencakup komponen raw input, yakni perilaku awal (entry behavior) siswa, komponen input instrumental yakni kemampuan profesional guru atau tenaga kependidikan, komponen kurikulum (program studi, metode, media), komponen administratif (alat, waktu, dana); komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran; komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran.63

Dilihat dari fungsinya yaitu dapat memperbaiki program pengajaran, maka evaluasi pembelajaran dikategorikan ke dalam penilaian formatif atau evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.64

Menurut Anas Sudijono, evaluasi formatif ialah evaluasi yang dilaksankan ditengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan program pelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik .telah terbentuk. sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.65

63

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet ke-1, h. 171.

64

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), Cet Ke-3, h. 5.

65

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Edisi 1-6, h. 23.

Secara umum dalam bidang pendidikan, evaluasi bertujuan untuk : a. Memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana

tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

b. Mengukur dan menilai sampai di manakah efektifitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta.66

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evluasi dalam bidang pendidikan adalah :

a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.

b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.67

Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya suatu pendekatan, metode, atau teknik. Tujuan utama dilakukan evaluasi proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan informasi untuk keperluan pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran.

b. Mengidentifikasi bagian yang belum dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

c. Mencari alternatif tindak lanjut, diteruskan, diubah atau dihentikan.68 Dalam keadaan pengambilan keputusan proses pembelajaran, evaluasi sangat penting karena telah memberikan informasi mengenai keterlaksanaan proses belajar mengajar, sehingga dapat berfungsi sebagai pembantu dan

66 Ibid., h. 16. 67 Ibid., h. 17. 68

Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet Ke-1, h. 31-32.

pengontrol pelaksanaan proses belajar mengajar. Di samping itu, fungsi evaluasi proses adalah memberikan informasi tentang hasil yang dicapai, maupun kelemahan-kelemahan dan kebutuhan tehadap perbaikan program lebih lanjut yang selanjutnya informasi ini sebagai umpan balik (feedback) bagi guru dalam mengarahkan kembali penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan rencana dari rencana semula menuju tujuan yang akan dicapai.69 Dengan demikian, betapa penting fungsi evaluasi itu dalam proses belajar mengajar.

Dalam keseluruhan proses pendidikan, secara garis besar evaluasi berfungsi untuk :

a. Mengetahui kemajuan kemampuan belajar murid. Dalam evaluasi formatif, hasil dari evaluasi selanjutnya digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa.

b. Mengetahui status akademis seseorang siswa dalam kelasnya.

c. Mengetahui penguasaan, kekuatan dalam kelemahan seseorang siswa atas suatu unit pelajaran.

d. Mengetahui efisiensi metode mengajar yang digunakan guru. e. Menunjang pelaksanaan BK di sekolah.

f. Memberi laporan kepada siswa dan orang tua

g. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan promosi siswa.

h. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan pengurusan (streaming) i. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan perencanaan pendidikan,

serta memberi informasi kepada masyarakat yang memerlukan, dan j. Merupakan feedback bagi siswa, guru dan program pengajaran. k. Sebagai alat motivasi belajar mengajar

l. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.70

Bagi guru fungsi evaluasi perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar evaluasi yang diberikan benar-benar mengenai sasaran. Hal ini didasarkan

69

Ibid., h. 32. 70

karena hampir setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi untuk menilai keberhasilan belajar siswa serta program pengajaran.

2. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran

Prinsip diperlukan sebagai pemandu dalam kegiatan evaluasi. Oleh karena itu evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini :71

a. Prinsip Kontinuitas (terus menerus/ berkesinambungan)

Artinya bahwa evaluasi itu tidak hanya merupakan kegiatan ujian semester atau kenaikan saja, tetapi harus dilaksanakan secara terus menerus untuk mendapatkan kepastian terhadap sesuatu yang diukur dalam kegiatan belajar mengajar dan mendorong siswa untuk belajar mempersiapkan dirinya bagi kegiatan pendidikan selanjutnya.

c. Prinsip Comprehensive (keseluruhan)

Seluruh segi kepribadian murid, semua aspek tingkah laku, keterampilan, kerajinan adalah bagian-bagian yang ikut ditest, karena itu maka item-item test harus disusun sedemikian rupa sesuai dengan aspek tersebut (kognitif, afektif, psikomotorik).

d. Prinsip Objektivitas

Objektif di sini menyangkut bentuk dan penilaian hasil yaitu bahwa pada penilaian hasil tidak boleh memasukkan faktor-faktor subyektif, faktor perasaan, faktor hubungan antara pendidik dengan anak

71

Tayar Yusuf, dan Jurnalis Etek, Keragaman Teknik Evaluasi dan Metode Penerapan Jiwa Agama,(Jakarta: IND-HILL-CO, 1987, Cet Ke-1, hlm. 48-51.

didik. Evaluasi harus menggunakan alat pengukur yang baik evaluasi yang baik tentunya menggunakan alat pengukur yang baik pula, alat pengukur yang valid.

e. Evaluasi harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh kesungguhan itu akan kelihatan dari niat guru, minat yang diberikan dalam penyelenggaraan test, bahwa pelaksanaan evaluasi semata-mata untuk kemajuan si anak didik, dan juga kesungguhan itu diharapkan dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar itu, bukan sebaliknya.

3. Bentuk-bentuk dalam Evaluasi Pembelajaran

Pada daarnya instrument dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Yang termasuk kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes kemampuan akademik, sedangkan yang termasuk dalam kelompok non tes ialah skala sikap, skala penilaian, observasi, wawancara, angket dokumentasi dan sebagainya.

a. Tes

1) Pengertian

Secara umum tes diartika sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat kontendan meteri tertentu. Menurut Sudijono, tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betul-betul dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis

atau tingkah laku individu.72 Sedangkan menurut Norman, tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.73 2) Fungsi Tes

Menurut Anas Sudijono, secara umum ada dua fungsi tes antara lain:

a) Tes sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini ters berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

b) Tes sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar di sekolah. Sebab melalui tes akan dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan atau dicapai.74

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Djaali & Pudji Mulyono, fungsi tes dibagi menjadi tiga, antara lain:75

a) Alat untuk mengukur prestasi belajar siswa

Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa tes dimaksudkan untuk mengukru tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicaai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. Dalam kaitan ini tes digunakan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai,

72

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 91

73

Daryanto,Evaluasi Pendidikan,(Solo: Rineka Cipta, 2007), h. 196. 74

Anas Sudijono, Op. Cit., h. 67. 75

Djaali & Pudji Mulyono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2007), h.77.

dan seberapa banyak yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukakan untuk mencapainya.

b) Sebagai motivator dalam pembelajaran

Hampir semua ahli teori pembelajaran menekankan pentingnya umpan balik yang berupa nilai untuk meningkatkan intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul objekti dan sahih, baik secara internal maupun secara eksternal yang dapat dirasakan langsung oleh siswa yang diberi nilai melalui tes.,

c) Upaya perbaikan kulaitas pembelajaran

Dalam rangka meningkatkan kuaitas pembelajaran ada tiga jenis tes yang perlu dibahas, yaitu tes penempatan, diagnostik dan formatif.Menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan. Tes ini berfungsi untuk menentukan nilai yang menjadi lambing keberhasilan siswa setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam waktu tertentu.

3) Jenis tes

Ada beberapa jenis tes yang sering digunakan dalam proses pendidikan, yaitu:

a) Tes penempatan

Tes yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar setiap siswa yang mengikutin kegiatan pembelajaran di kelas atau pada jenjang pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan

pembelajaran secara efektif, karena dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Contohnya tes bakat, tes kecerdasan dan tes minat. b) Tes Diagnostik

Tes diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dan menetapkan cara mengatassi kesulitan belajat tersebut. Dengan demikian jelas ada kaitan yang erat antara tes penempatan dan diagnostic. Bahkan dapat dikatakan keduanya saling melengkapi dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang pendidikan tertentu.

c) Tes Formatif

Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Kulaitas pembelajaran dikelas ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses intern) dalam diri setiap siswa sebagai subjek belajar sekaligus peserta didik.

d) Tes Sumatif

Hasil tes sumatif berguna untuk (a) menentukan kedudukan atau ranking masing-masing siswa dalam kelompoknya (b) menentukan dapat atau tidaknya siswa melanjutkan program pembelajaran berikutnya, dan (c) menginformasikan kemajuan siswa untuk disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua, sekolah,

masyarakat, dan lapangan kerja. Jika tes sumatif dilaksanakan pada setiap akhir semester, maka setiap akhir jenjang pendidikan dilaksanakan tes akhir atau biasa disebut evaluasi belajar tahap akhir.76 4) Bentuk Tes

Untuk melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar, seorang guru dapat menggunakan dua mecam tes, yakni tes yang telah distandarkan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test).Achievement test yang biasa dilakukan oleh guru dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni tes lisan (oral tes) dan tes tertulis (writen tes). Tes tertulis dapat dibagi atas tes essay dan tes objektif atau disebut juga short-answer test.77

a) Tes Lisan

Tes lisan merupakan sekumpulan item pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara terencana, diberikan oleh seorang guru kepada para siswanya tanpa melalui media tulis. Pada kondisi tertentu, seperti jumlah siswa kecil (kelompok siswa yang praktek laboratorium) atau sebagian siswa yang memerlukan tes remidi, maka tes lisan dapat digunakan secara efektif. Tes lisan ini sebaiknya berfungsi sebagai tes pelengkap, setelah tes utama dalam bentuk tertulis dilakukan.

76

Djaali & Pudji Mulyono, Op. Cit., h. 83 77

b) Tes Essay

Secara ontology tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing- masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaaban siswa melui uraian-urain kata yang merefleksikan kemampuan berfikir siswa.78

Menurut Sukardi (2008: 96) untuk meningkatkan mutu pertanyaan esai sebagai alat pengukur hasil belajar yang komplek, memerlukan dua hal penting yang perlu diperhatikan oleh para evaluator. Kedua hal penting tersebut, yaitu: (a) bagaimana mengkonstruksi pertanyaan esai yang mengukur perilaku yang direncanakan, dan (b) bagaiman menskor jawaban yang diperoleh dari siswa.

Berikut adalah cara-cara dalam menyusun tes esai yang dimaksud yaitu :

a) Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan esai pada materi pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif. Ada beberapa faktor penting dalam proses belajar mengajar,yang hanya bisa diungkap oleh tes esai.

b) Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalamanhasil

78

belajar. Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes esai perlu tetap mengukur penilaian tujuan intruksional.

c) Item-item pertanyaan tes esai sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga para siswa dapat menjawab dengan tidak ragu-ragu

d) Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berfikir, menulis dan menungankan ide sesuai dengan waktu yang disediakan.

e) Ketika mengonstruksi sejumlah pertanyaan esai, para guru hendaknya menghindari penggunaan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya terletak pada kalimat instruksi

pengerjaan padaa aawal tes, misalnya “pilih empat soal dari lima pertanyaaan yang tersedia”.

Menurut Sri Esti W.D., juga mengemukakan bahwa ada beberapa petunjuk atau saran untuk menyusun tes isian seperti dibawah ini:

a) Kita hendaknya tidak mengutip kalimat atau pernyataan dalam buku teks atau buku catatan.

b) Bagian yang kosong hendaknya hanya dapat diisi dengan satu jawaban yang benar

c) Bagian yang dikosongkan terdiri dari satu kata kunci, atau kata pokok bukan sembarang kata

d) Kalimat harus sederhana dan jelas sehingga lebih mudah dimengerti

e) Bagian yang kosong ditaruh diakhir kalimat, misalnya menteri keuangan yang bertugas sekarang adalah.79

79

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 229.

c) Tes Objektif

Merupakan tes yang cara pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif yang dilakukan dengan cara mencocokkan kunci jawaban dengan hasil jawaban testi. hal ini memungkinkan testi untuk menjawab banyak pertanyaan dalam waktu yang relatif singkat.

Ada beberapa jenis tes objektif, yaitu : a) Tes Objektif Pilihan Ganda

Item tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak digunakan oleh para guru. Tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi. Item tes pilihan ganda memiliki semua persyaratan sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi ojektivitas, reliabilitas, dan daya pembeda anatara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal.80 b) Tes Objektif Banar Salah

Item tes benar-salah dibedakan menjadi dua macam bentuk yaitu, item tes bentuk regular atau tidak dimodifikasi dan item tes bentuk modifikasi. Dibidang pendidikan umum maupun kejuruan, item tes benar salah yang tidak dimodifikasi atau regular banyak digunakan oleh para guru. Salah satu alasannya adalah bahwa item tes benar salah jenis regular dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai tehnik untuk mengawali dimulainya diskusi yang hangat, menarik dan bermakna. Item tes betul salah apabila dicermati secara intensif , akan membawa peserta didik kedalam diskusi isu-isu pembelajaran yang bergeser sedikit menjadi

problem solving.81

c) Tes Objektif Menjodohkan

Item tes menjodohkan sering juga disebut matching test item.

Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes objektif. Secara fisik , bentuk item tes menjodohkan, terdiri atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pernyataan yang disebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau fakta yang disebut juga daftar respon atau jawaban.82

80

Sukardi, Op. Cit., h. 121 81

Ibid. 82

b. Non Tes 1) Pengertian

Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidupdan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individumaupun secara kelompok.

Berikut adalah beberapa intrumen non tes yang sering dgunakan dalam evaluasi dibidang pendidikan.

2) Jenis-jenis Tehnik Non Tes

Beberapa alat ukur yang hendak diuraikan padabagian ini adalah observasi, angket, wawancara, daftar cek dan skala nilai/rating scale.

a) Observasi

Secara garis besar terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi, yaitu pengertian secara semmpit dan luas. Dalam arti sempit, observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap apa yang diteliti, Dalam arti luas observasi meliputi pengamatan yang dilakukan secara langsungmaupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti.83

Menurut Susilo Surya dan Natawidjaja dalam Susilo Rahardjo & Gudnanto, membedakan observasi menjadi observasi partisipatif, observasi sistematis, dan observasi experimental.

1) Observasi partisipatif, ialah observasi dimana orang yang mengobservasi (pengamat, observer) benar-benar turut serta

83

mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau objek yang diamati.

2) Observasi sistematis, ialah observasi dimana sebelumnya telah diatur struktur yang berisikan faktor-faktor yang telah diataur berdasarkan kategori masalah nyang hendak diobservasi. Pada observasi sistematis ini sebelumnya pengamat menyusun kisi-kisi yang memuat faktor-faktor yang akan diobservasi beserta kategori masalahnya.

3) Obsevasi eksperiental, ialah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif dan secara sistematis, untuk mengetahui perubahan- perubahan atau gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.84

b) Angket

Ign Masidjo menyatakan bahwa angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.85 Sedangkan Susilo Rahardjo & Gudnanto mengemukakan angket atau

kuesioner adalah merupakan suatu tehnik atau cara memehami siswa dengan mengadakan komunikasi tertulis, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh resonden secara tertulis juga.86

Pada pokoknya angket dibagi menjadi dua, berdasarkan cara menjawab pertanyaan dan bagaimana jawaban diberikan. Ditinjau dari cara menjawab pertanyaannya angket dapat dibagi dua,yaitu angket terbuka dan tertutup.87 Sedangkan menurut Susilo Rahardjo & Gudnanto

84

Ibid., h. 88 85

Ign Masidjo,Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah,(Yogjakarta: Kanisius,2005), h. 70.

86

Susilo Rahardjo & Gudnanto, Op. Cit., h. 92. 87

dilihat dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi tiga yaitu angket terbuka, angket tertutup dan angket terbuka tertutup.88

1) Angket terbuka, ialah angket yang menggunakan pertanyaan- pertanyaan terbuka. Responden diberikan jawaban sebebas-bebasnya untuk menjawab pertanyaan-pertnyaan yang disediakan.

2) Angket tertutup, ialah angket yang menggunakan pertnyaan-

Dokumen terkait