• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Terhadap Perilaku Masyarakat

Dalam dokumen 212185929 Evaluasi Kinerja Sistem Draina (Halaman 55-61)

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Evaluasi 1 Evaluasi Terhadap Kapasitas Saluran

4. Evaluasi Terhadap Perilaku Masyarakat

Dari 3 evaluasi sebelumnya, yang menjadi inti permasalahan yang lebih menjadi pemicu terjadinya luapan dan genangan pada saluran drainase adalah sampah dan sedimentasi. Dapat dikemukanan hal ini disebabkan oleh perilaku masyarakat sekitar yang juga sebagai pengguna dari saluran drainase tersebut. Kurangnya perhatian dan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah dari hasil rumah tangga yang menjadi masalah utama. Perilaku yang dengan

56 sengaja membuang sampah di samping saluran bahkan di dalam badan saluran yang tidak dapat dikontrol oleh pihak kebersihan. Semestinya masyarakat Kota harus lebih paham dalam menjaga kebersihan guna kelestarian lingkungan bukan menjadikan saluran sebagai ‘tempat sampah’ yang paling mudah dan praktis untuk dijangkau.

Para pemilik bangunan rumah toko sebagai tempat usaha mereka, yang tidak mengindahkan kebersihan saluran, ketika membangun plat pelintas sebagai akses mobilisasi ke usaha mereka tidak melakukan pembersihan kembali pada saluran di bawah plat pelintas ataupun saat pelaksanaan konstruksi bangunan rumah toko membiarkan sisa-sisa bahan bangunan berserakan di dalam saluran yang akan menghambat aliran air.

Hal ini diperparah dengan tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan masih acuh tak acuh dengan masalah yang di hadapi. Membiarkan luapan dan genangan di sekitar rumah dan usaha mereka terus terjadi tanpa rasa kesadaran menjaga lingkungan dan mencoba mengatasi masalah tersebut dengan sikap gotong-royong, padahal yang terjadi adalah luapan air tersebut mencemari lingkungan mereka sendiri.

D. Rekomendasi

Penerapan aspek hidraulik yang benar dan aspek non struktural adalah penanganan dasar masalah drainase yang harus diperhatikan oleh pihak terkait dan masyarakat sekitar pengguna saluran. Kedua aspek tersebut mencakup penanganan secara keseluran jika dilaksanakan sesuai dengan pedoman-pedoman yang ada mulai dari kriteria hidrologi, hidraulika, struktur, pelaksanaan pembangunan sesuai spesifikasi, pelaksanaan operasional dan pemeliharaan yang sesuai dengan kriteria sistem drainase perkotaan serta pemantapan perundang- undangan, organisasi pengelola dan penyediaan dana yang mencukupi untuk menunjang kegiatan tersebut.

Secara khusus pada kondisi kapasitas saluran yang tidak mampu menampung dan mengalirkan air seperti pada kelompok saluran Kn6 (Lampiran VII), yang perlu dilakukan adalah dengan memperluas dimensi saluran (A) yang

57 lebih besar daripada dimensi saluran sebelumnya dikarenakan saluran Kn6 ini adalah saluran penerima akhir yang menerima debit paling besar diantara saluran lainnya atau dengan cara lain dengan lebih menghaluskan dasar dan dinding saluran agar kecepatan air lebih tinggi karena pada bagian tersebut kemiringan saluran lebih kecil (Lampiran VIII untuk dimensi rencana).

Mengingat yang menjadi inti permasalahan atas sistem drainase ruas Jalan Basuki Rahmat yaitu sampah maka direkomendasikan untuk menggunakan trash rack (saringan sampah). Trash rack ini akan berguna untuk menjaga kebersihan saluran dengan sistem menyaring sampah-sampah atau puing-puing agar tidak masuk ke dalam bangunan selanjutnya. Trash Rack diletakkan pada posisi melintang di bangunan. menahan sampah dengan menggunakan jaring-jaring besi yang dipasang di titik-titik tertentu yang dianggap mudah sebagai tempat pengontrolan dan sebelum gorong-gorong.

Gambar 5.2 Penggunaan Trash Rack

Pembuatan bangunan terjun juga dapat dijadikan solusi untuk mengurangi kecepatan aliran pada bagian yang curam (saluran Kn3, Kn5, Kr3 dan Kr4), bangunan terjun ini juga dapat mengurangi tingkat pengendapan sedimen pada saluran. i i L Muka Air Dasar Saluran A A n n h2 h1 b d2 d1 L h1 H h1

58 Gambar 5.3 Layout Bangunan Terjun Pada Saluran Drainase

Untuk saluran drainase dengan sistem tertutup (seperti saluran drainase baru di Jl. Basuki Rahmat) pada lubang kontrol sebaiknya menggunakan besi jaring pada bagian penutup yang dapat dibuka dengan cara diangkat agar lubang kontrol tidak menjadi tempat masuknya sampah, namun air hujan akan tetap bisa masuk dan masih bisa dilewati seperti penggunaan plat pelintas.

Gambar 5.4 Sketsa Besi Jaring Pelintas pada Lubang Kontrol

Hal berikutnya untuk menjaga agar prasarana drainase selalu berfungsi dengan baik selama mungkin, maka yang terpenting adalah kegiatan pemeliharaan. Yang termudah pemeliharaan saluran drainase yang dapat dilakukan adalah mengangkat sampah dan mencabut serta membuang tumbuh- tumbuhan pengganggu disekitar dan di dalam saluran secara rutin langsung oleh warga sekitar. Pemerintah kota juga wajib mencanangkan pemeliharaan secara rutin dan berkala agar operasional dari sistem drainase ini tetap terjaga.

Peran serta masyarakat dilakukan dengan pendekatan partisipasif dengan melibatkan seluruh masyarakat yang ada dalam pembangunan sistem drainase. Di samping itu peraturan yang menjangkau perilaku masyarakat harus berjalan dengan baik serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memelihara sistem drainase, meningkatkan rasa memiliki dan meningkatkan sifat peduli terhadap lingkungan. Untuk itu mulai sekarang segala kebijakan publik harus melibatkan masyarakat baik itu yang berupa pembangunan fisik maupun non fisik, sejak awal munculnya ide pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya.

Lubang Kontrol Besi Jaring Pelintas

Tuas Pengangkat Trotoar

59 BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil peninjauan lapangan dan evaluasi terhadap beberapa aspek dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Saluran drainase ruas Jalan Basuki Rahmat merupakan jenis drainase buatan yang berfungsi mengalirkan air buangan dan air hujan secara bercampur (multi purpose – sistem tercampur), konstruksi saluran terbuka permanen dengan pasangan batu dan menganut pola jaringan sistem siku. Permasalahan pada saluran drainase adalah dimensi saluran tidak lagi seragam, mulut saluran lebih tinggi dari tanah/jalan, vegetasi liar di samping dan di dalam saluran, kurangnya inlet, sampah dan sedimen yang menumpuk. 2. Debit air hujan dan buangan yang masuk ke dalam saluran (Qtr) pada

saluran kanan dan kiri berturut-turut adalah 0,7444 m3/detik dan 0,5267 m3/detik. Kapasitas saluran eksisting rata-rata (Qe) berturut-turut adalah 0,6854 m3/detik dan 0,9345 m3/detik. Untuk saluran kanan, kapasitas saluran tidak lagi mampu melayani/mencukupi debit air yang masuk.

(Qe = 0,6854 m3/detik < Qtr = 0,7444 m3/detik)

3. Penanganan atas masalah yang terjadi yaitu dengan menerapkan aspek hidraulik dan aspek non struktural dengan benar, memperbesar kapasitas saluran, masalah sampah dapat diatasi dengan menggunakan trash rack, penumpukan sedimen serta penggerusan akibat kecepatan yang tinggi dapat dikurangi dengan pembuatan bangunan terjun, menjaga keberlangsungan operasional sistem drainase dengan melakukan kegiatan pemeliharaan secara rutin dan berkala oleh semua pihak yang terlibat langsung dengan drainase.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai masukan agar dapat mengoptimalkan sistem drainase adalah :

60 1. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk selalu memelihara dan membersihkan saluran dari sampah dan tumbuhan liar yang menghambat aliran air

2. Pada pengerjaan pembuatan saluran drainase harus selalu berpedoman pada peraturan-peraturan pelaksanaan, sesuai spesifikasi teknis dan memantapkan organisasi pengelola.

61 DAFTAR PUSTAKA

Chow, Ven Te, 1985, Hidrolika Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta.

Hasmar, Halim H,A, 2011, Drainasi Terapan, UII Press, Yogyakarta.

Indriasari, Deasy, 2006, Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase Primer Uwempevoli di Kota Parigi, Universitas Tadulako, Palu.

Kementrian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Cipta Karya, 2011, Diseminasi dan Sosialiasi Keteknikan Bidang PLP Materi Bidang Drainase, Kementrian PU, Jakarta.

Muttaqin, Adi Yusuf, 2006, Kinerja Sistem Drainase yang Berkelanjutan Berbasis Partisipasi Masyarakat, Universitas Dipenegoro, Semarang.

Rato, 2007, Jenis Drainase dan Permasalahannya, www.wordpress.org. http://rathocivil02.wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase. Akses : 13 September 2012.

S.N., 1997, Drainase Perkotaan, Gunadarma.

Soemarto, C.D., 1995, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta.

Subarkah, Imam, 1980, Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung.

Sugiharto, 1987, Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, Universitas Indonesia, Jakarta.

Sutapa, I Wayan, Abd. Wahid, Joy Fredi Batti, 1999, Rekayasa Hidrologi, Universitas Tadulako, Palu.

Dalam dokumen 212185929 Evaluasi Kinerja Sistem Draina (Halaman 55-61)

Dokumen terkait