Pada bab ini membahas tentang uji coba dari program yang telah berjalan dan melakukan evaluasi pada program tersebut.
BAB VI : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai Tugas Akhir yang disusun.
2.1 Diabetes Mellitius
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
2.1.1 Hor mon Insulin
Insulin adalah salah satu hormon didalam tubuh manusia yang dihasilkan atau diproduksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam kelenjar pangkreas. Insulin merupakan suatu polipeptida (protein). Dalam keadaan normal, jika kadar glukosa darah naik, kelenjar pangkreas akan mengeluarkan insulin dan masuk ke dalam aliran darah. Oleh darah insulin disalurkan ke reseptor hati sebesar 50 % ginjal 10-20%, sel darah, otot, jaringan lemak 30-40%. Apabila kadar insulin cukup atau fungsinya tidak terganggu, kelebihan gula dalam darah akan segera diubah dan disimpan untuk metabolisme tubuh.
Gula darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi energi dan akan merangsang sel beta pulau langernas untuk mengeluarkan insulin. Selama tidak ada insulin, gula darah tidak dapat masuk kedalam sel-sel jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak. Insulin merupakan kunci yang
membuka pintu sel jaringan, memasukkan gula ke dalam sel dan menutup pintu kembali. Di dalam sel, gula dibakar menjadi energi yang berguna untuk aktivitas.
2.1.2 Pen yebab Diabetes
Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal. atau terjadinya gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam darah, yaitu 60 – 120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/ dl pada dua jam sesudah makan ( orang normal) (Tjokropawiro, 2001).
Kekurangan insulin disebabkan terjadinya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pangkreas yang berfungsi menghasilkan insulin. ada beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus sebagai berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa sebagian besar diabetes mellitus memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. Penderita diabetes yang sudah dewasa, lebih dari 50 % berasal dari keluarga yang menderita diabetes mellitus. Maka diabetes mellitus cenderung diturunkan tidak ditularkan. Sesuai dengan ilmu genetika, bibit diabetes mellitus mengunakan simbol D untuk normal dan simbol d untuk resesif Diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut oleh kromosom seks.
b. Virus dan Bakteri
Virus yang menyebabkan diabetes mellitus adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini dapat
menyebabkan diabetes mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik pada sel beta yang mengakibatkan destruksi (perusakan sel) juga melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta.
c. Bahan Toksin atau Beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari sejenis jamur). Bahan toksik lain berasal dari cassava atau singkong yang merupakan sumber kalori utama kawasan tertentu. Singkong mengandung glikosida sianogenik yang dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek toksik terhadap jaringan tubuh. Sianida dapat menyebabkan kerusakan pangkreas yang akhirnya menimbulkan gejala diabetes mellitus jika disertai dengan kekurangan protein. Karenannya protein dibutuhkan dalam proses detoksikasi sianida.
d. Nutrisi
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan nutrisi, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan. Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan diabetes mellitus. Semakin lama dan berat obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan terjangkitnya Diabetes mellitus.
2.1.3 Gejala Diabetes
Gejala Diabetes mellitus sangat bervariasi dan baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaringan untuk penyakit selain diabetes mellitus. Umumnya adalah rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing terutama pada malam
hari (piliuria), dan sering lapar (polifagia), Berat badan naik, dapat disertai dengan rasa mual, muntah. Gejala akut (mendadak) pada penderita diabetes mellitus baru diketahui setelah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap Diabetes mellitus yang disebut gejala kronik atau menahun yang disertai dengan tanda-tanda yaitu (1) Kesemutan dan mati rasa (baal) yang diakibatkan neuropati, (2) kelainan ginekologi seperti0 keputihan yang diakibatkan adanya jamur candida, kelainan kulit seperti gatal dan bisul didaerah genital atau lipatan kulit seperti ketiak dan bawah payudara, (3) tubuh lemas dan mudah merasa lelah, (4) keluhan impotensi yang diderita kaum pria, (5) luka atau bisul yang tak kunjung sembuh, (6) katarak atau gangguan retreksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat hiperglikemia, (7) diabetes wanita hamil akan melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 4 kg.
2.1.4 Etiologi Dan Patofisiologi Diabetes Mellitus 2.1.4.1Etiologi Diabetes Mellitus
Pada diabetes mellitus, tubuh kekurangan insulin sehingga untuk pengaturan kadar gula darah menjadi tidak seimbang, meskipun kadar gula darah sudah tinggi, pemecahan protein dan lemak menjadi glukosa (glukoneogenesis) dihati tetap tidak bisa dihambat ( karena insulin kurang) sehingga kadar gula darah semakin meningkat. Akibatnya terjadi gejala - gejala khas diabetes mellitus, yaitu poliuria, polidipsi, polifagia.
Khusus diabetes yang banyak dijumpai adalah NIDDM, yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin. Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel ß pangkreas masih
dapat mengkompensasi sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat memenuhi criteria diabetes mellitus. Adanya kelainan dasar pada NIDDM adalah resistensi insulin, kenaikan produksi insulin dihati, sekresi insulin yang kurang. (Waspadji 1999).
2.1.4.2Patofisiologi Diabetes Mellitus
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan menganti sel yang rusak, juga badan memerlukan energi supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Pada manusia berasal dari bahan bakar yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan) protein (asam amino) dan lemak (asam lemak). untuk berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu kedalam sel supaya dapat diolah.
Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit yang hasilnya timbul energi yang disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme ini insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang keluarkan oleh sel beta di pangkeas.
Pada penderita Diabetes mellitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukosa meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru (glukoneogenesis) dan yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat kemudian akan terjadi proses pembentukan keton (ketoasidosis), terjadinya ketoasidosis dalam urin akan menyebabkan ketonuria dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun menyebabkan asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan pengunaan glukosa oleh sel menjadi turun sehingga kadar gula didalam plasma meningkat (hiperglikemia) apabila hiperglikemianya menurun parah dan melebihi ambang ginjal maka akan terjadi glukosuria yang menyebabkan diuresius osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria), timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria mengakibatkan kalori negatif yg menimbulkan rasa lapar yang tinggi.
Pada pengunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah. Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga suplai makanan dan 02 ke perifer menjadi berkurang yang akan menyebabkan luka tidak sembuh – sembuh. Karena suplai makanan dan 02 tidak adekuat maka akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadi gangren (ulkus).
Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran darah retina menurun sehingga suplai makanan dan 02 ke retina berkurang. Akibatnya pandangan menjadi kabur.
2.1.5 Komplikasi Pada Diabetes a) Komplikasi akut
Meliputi ketoasidosis diabetic (DKA), koma nion ketosis hiperosmolar ( koma hiperglikemia) merupakan tanda gawat darurat yang bisa terjadi pada perjalanan penyakit diabetes melitus.yang biasa terjadi pada diabetes mellitus tipe I (IDDM) yang dipercepat dengan suatu penyakit akut misalnya penyakit infeksi trauma, gangguan kardiovaskuler, stress, emosi dan penghentian insulin.
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan penurunan glukosa darah dan gejala dapat berupa gelisah sampai berat berupa koma, kejang dengan penyebab antara lain (1) Makan kurang dari aturan yang ditentukan, (2) Berat badan turun, (3) Sesudah olahraga, (4) Makan obat dengan sifat yang sama. Pencegahannya pada penderita dengan insulin harus sesuai dosis, jangan terlalu dalam saat penyuntikan, dan kurangi dosis insulin saat perubahan makan kurang, olahraga, melahirkan sesudah operasi.
b) Komplikasi Kronis
Komplikasi yang bersifat menahun pada umumnya terjadi pada penderita yang mengidap penyakit diabetes mellitus selama 5 – 10 tahun. Menurut Waspaji (1994) komplikasi mikrovaskuler yang merupakan komplikasi khas dari diabetes mellitus lebih disebabkan hiperglikemia yang tidak terkontrol.
Komplikasi makrovaskuler pada penderita diabetes mellitus yang tidak terlontrol menyebabkan hipertrigleseridemia (kadar trigleserida yang normal) dan perubahan kadar kholesterol darah secara kualitatif. (pranadji, Marianto, dan Subandriyo, 1996).
2.1.6 Kr iter ia Pengendalian Diabetes
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian diabetes yang baik. Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah dan A1C mencapai kadar yang diharapkan. Kriteria keberhasilan pengendalian diabetes dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian Diabetes
Par ameter Kadar Ideal Yang Dihar apkan
Glukosa Urine Negatif
Glukosa Sewaktu 70 – 110 mg/dl
Glukosa 2 Jam PP 110 – 140 mg/dl
Test Toleransi Glukosa (TTG) 140 – 180 mg/dl
HbA1c < 7 %
3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.
Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa.
Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
2.2 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Manusia merupakan bagian dari alam karena hidupnya yang tidak terlepas dari alam. Proses kehidupan manusia merupakan unsur yang semakin lama semakin mendominasi unsur-unsur lainnya di alam. Hal ini disebabkan karena manusia dibekali kemampuan-kemampuan untuk bisa berkembang. Segala proses yang terjadi di sekelilingnya dan dalam dirinya dirasakan dan diamatinya dengan menggunakan semua indera yang dimilikinya, dipikirkannya lalu ia berbuat dan bertindak.
Dalam menghadapi segala proses yang terjadi di sekelilingnya dan di dalam dirinya, hampir setiap saat manusia membuat atau mengambil keputusan dan melaksanakannya. Hal ini dilandasi dengan asumsi bahwa segala tindakan dilakukan secara sadar merupakan pencerminan hasil proses pengambilan keputusan dalam pikirannya, sehingga sebenarnya manusia sudah sangat terbiasa dalam membuat keputusan. Menurut Mangkusubroto dan Tresnadi, jika keputusan yang diambil tersebut perlu dipertanggungjawabkan kepada orang lain atau prosesnya memerlukan pengertian pihak lain, maka perlu untuk diungkapkan sasaran yang akan dicapai (Suryadi dan Ramdhani, 1998).
2.2.1 Penger tian Sistem Pendukung Keputusan
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support Systems
(DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott
Morton dengan istilah Management Decision Systems. Morton mendefinisikan DSS sebagai “Sistem Berbasis Komputer Interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak terstruktur”.
Menurut Alter, DSS merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.
DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang. DSS yang seperti itu disebut aplikasi DSS. Aplikasi DSS digunakan dalam pengambilan keputusan. Aplikasi DSS menggunakan CBIS (Computer Based Information Systems) yang fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur.
Aplikasi DSS menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. DSS lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia.
2.2.2 Nilai Guna dan Kar akter istik Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya SPK ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi Manajemen Terkomputerisasi (Computerized Manajement Information
Systems), yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan
pemakainya. Sifat interaktif ini dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan, seperti prosedur,
kebijakan, teknik analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat fleksibel (Suryadi dan Ramdhani, 1998).
Menurut Turban (2005), tujuan dari DSS adalah sebagai berikut:
1. Membantu dalam pengambilan keputusan atas masalah yang terstruktur.
2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil lebih daripada perbaikan efisiensinya.
4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah. 5. Peningkatan produktivitas.
6. Dukungan kualitas. 7. Berdaya saing.
8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemprosesan dan penyimpanan. Ciri-ciri SPK yang dirumuskan oleh Kusrini (2007) adalah sebagai berikut: 1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur. 2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data. 3. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
Beberapa karakteristik yang membedakan sistem pendukung keputusan dengan sistem informasi lain adalah sebagai berikut:
1. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk membantu pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur atau tidak terstruktur dengan menambahkan kebijaksanaan manusia dan informasi komputerisasi. 2. Proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan mengkombinasikan
penggunaan model-model analisis dengan teknik pemasukkan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari atau pemeriksa informasi.
3. Sistem pendukung keputusan dapat digunakan atau dioperasikan dengan mudah oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer yang tinggi. Pendekatan yang digunakan biasanya model interaktif.
4. Sistem pendukung keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga mudah disesuaikan dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi dan kebutuhan pengguna. Sistem Pendukung Keputusan memberikan manfaat atau keuntungan bagi pemakainya. Keuntungan yang dimaksud di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Sistem pendukung keputusan memperluas kemampuan pengambil keputusan
dalam memproses data/informasi bagi pemakainya.
2. Sistem pendukung keputusan membantu pengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
3. Sistem pendukung keputusan dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.
4. Walaupun suatu sistem pendukung keputusan, mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya. Hal
ini dikarenakan sistem pendukung keputusan mampu menyajikan berbagai alternatif.
Pada saat ini sistem pendukung keputusan telah banyak diterapkan dalam berbagai bidang seperti kedokteran, komputer, ekonomi dan lain-lain. Contoh dalam bidang kedokteran adalah sistem pendukung keputusan penanganan kesehatan balita. Penanganan kesehatan balita merupakan salah satu hal yang patut dijadikan perhatian lebih, sehingga dapat mengurangi resiko tidak optimalnya penanganan kesehatan balita pada instansi yang terkait. Sistem pendukung keputusan penanganan kesehatan balita sangat tepat diterapkan untuk penanganan masalah yang membutuhkan penyelesaian mandiri dari komputer untuk pemrosesan data balita dengan perhitungan yang cepat dan akurat. Dengan menggunakan penalaran logika fuzzy Mamdani dalam pemprosesan data input dan output, serta informasi pendukung berupa grafik sangat mendukung dalam pengambilan keputusan penanganan kesehatan balita di suatu wilayah (Ayuningtiyas et al, 2007).
2.2.3 Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan
SPK dapat terdiri dari tiga subsistem utama yang menentukan kapabilitas teknis SPK (Suryadi dan Ramdhani, 1998) yaitu sebagai berikut:
1. Subsistem Manajemen Database (Database Management Subsystem). 2. Subsistem Manajemen Basis Model (Model Base Management Subsystem). 3. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog (Dialog Generation and
2.2.3.1 Subsistem Manajemen Database
Ada beberapa perbedaan antara database untuk SPK dan Non-SPK. Pertama, sumber data untuk SPK lebih kaya dari pada non-SPK dimana data harus berasal dari luar dan dari dalam karena proses pengambilan keputusan.
Perbedaan lain adalah proses pengambilan dan ekstraksi data dari sumber data yang sangat besar. SPK membutuhkan proses ekstraksi dan DBMS yang dalam pengelolaannya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat.
Dalam hal ini, kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen database dapat diringkas, sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan dan ekstraksi data.
2. Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan mudah.
3. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.
4. Kemampuan untuk menangani data secara personel sehingga pemakai dapat mencoba berbagai alternatif pertimbangan personel.
5. Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data.
2.2.3.2 Subsistem Manajemen Basis Model
Salah satu keunggulan SPK adalah kemampuan untuk mengintegrasikan akses data dan model-model keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan model-model keputusan ke dalam sistem informasi yang menggunakan database
sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi di antara model-model. Karakteristik ini menyatukan kekuatan pencarian dan pelaporan data.
Salah satu persoalan yang berkaitan dengan model adalah bahwa penyusunan model seringkali terikat pada struktur model yang mengasumsikan adanya masukan yang benar dan cara keluaran yang tepat. Sementara itu, model cenderung tidak mencukupi karena adanya kesulitan dalam mengembangkan model yang terintegrasi untuk menangani sekumpulan keputusan yang saling bergantungan. Cara untuk menangani persoalan ini dengan menggunakan koleksi berbagai model yang terpisah, dimana setiap model digunakan untuk menangani bagian yang berbeda dari masalah yang dihadapi. Komunikasi antara berbagai model digunakan untuk menangani bagian yang berbeda dari masalah tersebut. Komunikasi antara berbagai model yang saling berhubungan diserahkan kepada pengambil keputusan sebagai proses intelektual dan manual.
Salah satu pandangan yang lebih optimistis, berharap untuk bisa menambahkan model-model ke dalam sistem informasi dengan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi di antara mereka.
Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan mudah. 2. Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan. 3. Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog
dan manajemen database (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog, menghubungkan, dan mengakses model).
2.2.3.3 Subsistem Per angkat Lunak Penyelenggar a Dialog
Fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK timbul dari kemampuan interaksi antara sistem dan pemakai, yang dinamakan subsistem dialog. Bennet mendefinisikan pemakai, terminal, dan sistem perangkat lunak sebagai komponen-komponen dari sistem dialog sehingga subsistem dialog terbagi menjadi tiga bagian sebagai berikut: 1. Bahasa aksi, meliputi apa yang dapat digunakan oleh pemakai dalam
berkomunikasi dengan sistem. Hal ini meliputi pemilihan-pemilihan seperti papan ketik (keyboard), panel-panel sentuh, joystick, perintah suara dan sebagainya. 2. Bahasa tampilan dan presentasi, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai.
Bahasa tampilan meliputi pilihan-pilihan seperti printer, tampilan layar, grafik, warna, plotter, keluaran suara, dan sebagainya.
3. Basis pengetahuan, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai agar pemakaian sistem bisa efektif. Basis pengetahuan bisa berada dalam pikiran pemakai, pada kartu referensi atau petunjuk, dalam buku manual, dan sebagainya. Kombinasi dari kemampuan-kemampuan di atas terdiri dari apa yang disebut gaya dialog misalnya pendekatan tanya jawab, bahasa perintah, menu-menu, dan mengisi tempat kosong.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog pemakai atau sistem meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi dialog, bahkan jika mungkin untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai. 2. Kemampuan untuk mengakomodasikan tindakan pemakai dengan berbagai
peralatan masukan.
3. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format dan peralatan keluaran.
4. Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui basis pengetahuan pemakai.
2.3 Latar Belaka ng Decision Tree
Di dalam kehidupan manusia sehari-hari, manusia selalu dihadapkan oleh berbagai macam masalah dari berbagai macam bidang. Masalah-masalah ini yang dihadapi oleh manusia tingkat kesulitan dan kompleksitasnya sangat bervariasi, mulai dari yang teramat sederhana dengan sedikit faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut dan perlu diperhitungkan sampai dengan yang sangat rumit dengan banyak sekali faktor-faktor turut serta berkaitan dengan masalah tersebut dan perlu untuk diperhitungkan. Untuk menghadapi masalah-masalah ini, manusia mulai mengembangkan sebuah sistem yang dapat membantu manusia agar dapat dengan mudah mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Adapun pohon keputusan ini adalah sebuah jawaban akan sebuah sistem yang manusia kembangkan untuk membantu mencari dan membuat keputusan untuk masalah-masalah tersebut dan dengan memperhitungkan berbagai macam factor