• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi lahan

Dalam dokumen penyusunan peta aez 2 (Halaman 46-53)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.7. Evaluasi lahan

Penilaian kualitas/ karakteristik lahan terhadap persyaratan tumbuh tanaman yang dinilai dipisahkan dalam tiga kelompok yaitu: (1) persyaratan tumbuh tanaman (crop requirements) yang merupakan karakteristik zone agroekologi; (2) persyaratan pengelolaan [ management pengelolaan (management requirements)] yang merupakan grup manajemen atau grup

perbaikan lahan; (3) persyaratan pengawetan (conservation requirements) yang merupakan grup konservasi dan lingkungan. Khusus bagi peruntukan pengembangan peternakan terdapat satu kriteria lainnya, yakni (4) persyaratan faktor kenyamanan (freshness) bagi kehidupan ternak.

Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditentukan komoditas apa yang akan dinilai disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penentuan komoditas tersebut mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi pada suatu sistem usahatani. Kondisi biofisik tersebut dipakai sebagai dasar penentuan kualitas dan karakteristik lahan dalam evaluasi lahan. Komoditas yang dinilai adalah usahatani tanaman pangan, hortikultura, tanaman tahunan. Tanaman pangan terdiri dari: padi sawah, jagung, dan sagu. Tanaman tahunan/ perkebunan dan hortikultura terdiri dari: karet, pisang, nenas, dan sayuran.

Hasil Kesesuaian lahan

Kesesuaian fisik merupakan evaluasi lahan yang didasarkan kondisi biofisik. Kualitas tanah (karakteristik tanah dan lingkungan) yang terdapat pada unit agroekologi dibandingkan (ditumpang tepatkan) dengan persyaratan tumbuh tanaman pada masing-masing komoditas tanaman. Penilaian kesesuaian lahan menggunakan Program SPKL 1.0.

Kelas kesesuaian lahan fisik masing-masing komoditas pada setiap unit agroekologi dikelompokan berdasarkan kelas dan subkelas. Klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai (N). Pada tingkat subkelas dicantumkan faktor pembatas/ penghambat bagi pertumbuhan tanaman, ditulis dengan simbol yang diletakkan setelah simbol kelas kesesuaian lahannya. Sebagai contoh: S2oa, yaitu lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas/ penghambat ketersediaan oksigen (drainase).

Kesesuaian lahan untuk tanaman pangan

Tanaman pangan dapat dikembangkan pada areal seluas 195.475 ha (45,91% ) yang merupakan lahan basah dan lahan kering. Padi sawah berpotensi untuk dikembangkan dengan kelas kesesuaian S2 pada lahan seluas 8.104 ha (1,90% ), S3 seluas 91.009 ha (21,37% ). Budidaya padi tadah hujan dapat dilakukan pada lahan seluas 94.590 ha (22,21% ) dengan kelas kesesuian S3.

Pengembangan padi sawah berpotensi dapat dilakukan 2 x setahun. Kendala untuk pengembangan padi sawah dan padi tadah hujan adalah daerah rawa yang sulit untuk didrainase dan kondisi kesuburan lahan yang relatif rendah. Lahan sawah ini dapat juga dibudidayakan palawija (jagung) pada musim kermarau atau tanam kedua.

Pengembangan umbi-umbian dapat dilakukan pada lahan basah dan lahan kering seluas 195.475 ha (45,91% ) terdiri dari lahan cukup sesuai dan lahan sesuai marjinal. Kendala dalam pengembangan umbi-umbian pada lahan yang tidak sesuai sebagian besar karena lahan sering tergenang dan kondisi kesuburan tanah yang relatif rendah.

Kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan

Tanaman perkebunan yang dominan dikembangkan di kabupaten Mukomuko adalah kelapa sawit, karet, dan kakao. Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk kelompok tanaman perkebunan lahan yang sesuai untuk dikembangkan seluas 206.310 ha (48,458% ). Kelas kesesuaian komoditas ini terdiri dari lahan cukup sesuai, dan lahan sesuai marjinal. Kendala dalam pengembangan kakao pada lahan yang tidak sesuai sebagian besar karena lahan sering tergenang dan lereng terjal (> 25% ). Pengembangan ketiga komoditas ini memiliki kelas kesesuain yang relatif sama pada satiap satuan lahan sehingga perlu pengaturan untuk daerah-daerah sentra pengembangan.

Kaw asan konservasi

Kawasan ini mempunyai kelerengan > 40% , dan lahan-lahan dengan kondisi tanah yang sangat rapuh (fragile), sehingga dengan mempertimbangkan kondisi sumberdaya lahan dan fungsinya perlu dilakukan usaha konservasi untuk menjaga kelestariannya. Keberadaan kawasan konservasi secara tidak langsung menunjang terjaminnya fungsi lindung dan pengendalian fungsi budidaya agar memperhatikan asas konservasi hidro-orologi. Kawasan seperti ini harus tetap dipertahankan dengan menjaga keberadaan (eksistensi) vegetasi alami. Kawasan lindung di Kabupaten Mukomuko mencakup wilayah yang cukup luas terutama di daerah pegunungan. Penyebarannya seluas 166.079,15 ha atau 35,56% dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)

Pew ilayahan komoditas pertanian

Penyusunan peta pewilayahan komoditas pertanian skala 1: 50.000 merupakan penjabaran lebih lanjut dari zona agroekologi skala 1: 100.000, berisi hasil penilaian kesesuaian lahan komoditas unggulan. Penilaian kualitas/ karakteristik lahan terhadap persyaratan tumbuh tanaman yang dinilai dipisahkan dalam tiga kelompok yaitu: (1) persyaratan tumbuh tanaman (crop requirements) yang merupakan karakteristik zone agroekologi; (2) persyaratan pengelolaan (management requirements) yang merupakan grup perbaikan lahan; (3) persyaratan pengawetan (conservation requirements) yang merupakan grup konservasi dan lingkungan. Sebagai wadah penilaian hasil kesesuaian lahan diperlukan Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Types-LUTs).

Penentuan LUTs mempertimbangkan kondisi bio-fisik dan sosio-ekonomi pada suatu sistem usahatani. LUTs yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem usahatani berbasis tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tanaman pangan terdiri dari: padi, sagu, jagung, kedelai, umbi-umbian, dan kacang tanah. Tanaman hortikultura terdiri dari pisang, jeruk, dan sayuran. Tanaman tahunan/ perkebunan berupa kakao, kopi, kelapa, kelapa sawit, dan karet.

Pewilayahan komoditas pertanian unggulan diperoleh dari hasil evaluasi lahan, prioritas komoditas unggulan daerah, dan nilai kelayakan usahatani masing-masing komoditas. Penentuannya menggunakan program Modul Pewilayahan Komoditas (MPK) (Bachri et al., 2002) yang hasilnya sesuai dengan rangking kelayakan yang ditentukan sebanyak-banyaknya 10 macam komoditas.

Dalam pewilayahan komoditas pertanian, lahan dibagi menjadi beberapa zona pengembangan pertanian yang didasarkan pada kondisi biofisik lahan dengan mempertimbangkan kelestarian sumberdaya lahan/ lingkungan, nilai kompetitif dan komperatif suatu tanaman. Zona I V dengan kelerengan 0-8% , diprioritaskan untuk pengembangan pertanian berbasis tanaman pangan. Zona I I I dengan kelerengan 8-15% , merupakan sistem pengembangan wanatani dengan mengkombinasikan antara tanaman tahunan dengan tanaman pangan. Zona I I dengan kelerengan 15-40% , diprioritaskan untuk pengembangan pertanian berbasis tanaman tahunan/ perkebunan. Zona I , merupakan zona yang diperuntukan sebagai kawasan konservasi, mengingat kondisi biofisik lahan

kurang mendukung, apabila dipaksakan maka akan terjadi degradasi lahan dan menggangu kelestarian sumberdaya lahan.

Pew ilayahan komoditas pertanian Kabupaten Mukomuko

Berdasarkan hasil MPK, Kabupaten Mukomuko, dikelompokan menjadi 12 satuan pewilayahan komoditas. Rincian pewilayahan komoditas pertanian tersebut disajikan pada Tabel 12. Penyebaran pewilayahan komoditas pertanian Distrik I door disajikan pada Gambar 12.

Sistem budidaya pertanian di Distrik I door adalah budidaya lahan basah dan budidaya lahan kering, mencakup areal seluas 91.839 ha (38,70% ) termasuk dalam zona I V, I I I , dan I I . Komoditas pertanian yang disarankan berupa komoditas tanaman pangan, tanaman tahunan/ perkebunan, dan hortikultura. Pembudidayaan komoditas dapat secara tumpangsari atau monokultur. Pengembangan sistem budidaya pertanian dirinci menjadi: Pertanian bebasis tanaman pangan, pertanian berbasis tanaman perkebunan dan kehutanan.

Pertanian berbasis tanaman pangan

Pertanian berbasis tanaman pangan adalah budidaya pertanian pada lahan-lahan yang sesuai untuk tanaman pangan dan daya dukung lahan tersebut adalah untuk pengembangan tanaman pangan, walaupun komoditas non pangan seperti perkebunan apabila dibudidayakan pada lahan tersebut akan memberikan keragaan tumbuh dan produksi yang sangat baik. Sistem budidaya pertanian lahan basah adalah budidaya pertanian yang dilakukan pada lahan-lahan yang secara alami mempunyai drainase buruk. Tanaman pangan yang dapat dibudidayakan adalah padi, padi tadah hujan. Lahan ini dapat juga dimanfaatkan untuk budidaya palawija dan sayuran terutama pada musim kemarau apabila dilakukan pengelolaan air. Pengelolaan air dapat dilakukan dengan membuat saluran drainase dan atau guludan sebagai media tumbuh palawija dan sayuran dengan tujuan untuk menjaga kondisi kompleks perakaran tidak terjenuhi air.

Berdasarkan kondisi drainasenya, lahan basah yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan lahan adalah subzona I V/ Dfse yaitu lahan basah yang mempunyai kondisi drainase terhambat dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan dan hortikultura, dengan komoditas yang disarankan adalah: padi, jagung dan sayuran (kacang panjang, terung, sawi, tomat dan cabe).

Tabel 5. Rincian pewilayahan komoditas pertanian Kabupaten Mukomuko Zona Sistem Pertanian/ Alternatif Komoditas Pertanian Luas

Ha %

Pertanian Lahan Basah

V/ Dfs Padi, jagung, ubi-ubian, sayuran 7,819.25 1.84

I V/ Dfs Padi, jagung, ubi-ubian, sayuran 56,522.29 13.27

I I I / Dfs Padi, jagung, ubi-ubian, sayuran 270.57 0.06

I I / Dfs Padi, jagung, ubi-ubian, sayuran 228.80 0.05

Pertanian Lahan Kering, tanaman pangan dan hortikultura

I I I / Dfu Jagung, padi, umbi-umbian, pisang 59,255.66 13.92

Pertanian Lahan Kering, tanaman tahunan/ perkebunan

V/ Dei Kelapa sawit, karet, kakao, padi, jagung 3,343.27 0.79

I V/ Dei Kelapa sawit, karet, kakao, padi, jagung 26,534.27 6.23

I I I / Dei Kelapa sawit, karet, kakao, kopi 31,855.09 7.48

I I / Dei Kelapa sawit, karet, kakao, kopi 75,381.48 17.70

I / Dei Kelapa sawit, karet, kakao, kopi 193.60 0.05

Kehutanan

I / Dej Durian, sengon, jati 4,077.34 0.96

X1 Daerah terjal 9,088.40 2.13

X3 Badan air 3,277.07 0.77

HL Hutan Lindung 147,967.15 34.75

J u m l a h 425,814 100

Sistem pertanian lahan kering adalah budidaya pertanian yang dilakukan pada lahan-lahan yang mempunyai drainase tanah baik. Pertanian lahan kering secara zonasi nya termasuk dalam zona I V, I I I , dan I I . Komoditas pertanian yang disarankan berupa komoditas t anaman pangan, tanaman tahunan/ perkebunan, dan hortikultura. Pembudidayaan komoditas dapat secara tumpangsari atau monokultur.

Pertanian berbasis tanaman perkebunan adalah budidaya atau usahatani yang dilakukan pada lahan-lahan yang sesuai untuk komoditas perkebunan dengan komoditas utama adalah komoditas perkebunan. Pembudidayaan komoditas dapat secara tumpangsari atau monokultur. Komoditas non perkebunan yang diusahakan pada lahan tersebut baik secara terpisah maupun yang ditumpangsarikan hanya sebagai komplemen dari sistem usahatani perkebunan. Pertanian berbasis tanaman perkebunan di Kabpaten Mukomuko terdiri dari sistem wanatani (tanaman perkebunan dan tanaman pangan) dan

monokultur (tanaman perkebunan). Tanaman tahunan yang dapat disusahakan adalah kelapa sawit, karet, kakao dan kopi.

Dalam dokumen penyusunan peta aez 2 (Halaman 46-53)

Dokumen terkait