• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

2. Evaluasi Transaction Phase

Data yang terdapat pada variabel transaction phase terdiri dari beberapa aspek, diantaranya: tingkat ketercapaian materi, aktifitas saat proses pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan proses pembelajaran saat pelatihan. Data tingkat ketercapaian materi pelatihan diungkap melalui metode angket/kuesioner. Data aktifitas saat proses pelatihan, kehadiran peserta pelatihan, kehadiran instruktur pelatihan diungkap dengan metode angket dan dokumentasi. Data pelaksanaan pelatihan diungkap denga metode angket/kuesioner. Untuk data hambatan pada

66

pelaksanaan program pelatihan diperoleh dengan metode dokumentasi dan wawancara.

a. Tingkat Ketercapaian Materi

Aspek tingkat ketercapaian materi pelatihan digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketercapaian materi yang di ajarkan. Karena program pelatihan bidang kelistrikan ini terdiri dari 2 program keahlian, maka untuk kuesioner tingkat ketercapain materi digeneralisasi sehingga dapat digunakan untuk kedua program keahlian tersebut. Pada indikator tingkat ketercapaian materi pelatihan didapatkan hasil kuantitatif sebesar 82,14 %. Dalam hal ini apabila dikonversikan kedalam kategori tabel interpretasi kualitas jawaban responden adalah masuk dalam kategori baik.

Tingkat ketercapaian materi pelatihan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan program pelatihan. Apabila tingkat ketercapaian materi yang didapat rendah, maka secara otomatis tingkat keberhasilan program pelatihan juga rendah. Penyebab dari tingkat keberhasilan program pelatihan rendah dikarenakan materi pelatihan yang diberikan belum mencapai target sesuai yang tujuan awal yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada hasil penelitian ini, hasil yang didapatkan pada indikator ketercapaian materi cukup tinggi yaitu 82,14 %. Hal ini berarti tingkat ketercapaian materi sudah mendekati target yang ditentukan sebelumnya yaitu 100%.

b. Aktifitas Pelatihan

Aspek aktifitas pelatihan digunakan untuk mengukur seberapa aktif peserta pelatihan dalam mengikuti pembelajaran baik teori maupun praktik. Selain itu, aspek aktifitas pelatihan digunakan untuk mengetahui tingkat

67

kedisiplinan peserta dan instruktur dalam menjalankan program pelatihan. Aspek aktifitas pelatihan terdiri dari empat indikator yaitu, keaktifan peserta pelatihan, proses pelatihan, kehadiran peserta pelatihan dan kehadiran instruktur pelatihan. Data dari aspek ini diperoleh dengan menggunakan metode angket dan dokumentasi.

Untuk indikator keaktifan peserta pelatihan saat proses pelatihan/ pembelajaran berlangsung, data diperoleh dengan memberikan angket kepada instruktur mengenai aktifitas peserta pelatihan. Hasil kuantitatif dari indikator ini menunjukkan hasil dengan kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang didapatkan sebesar 85,94%. Hal-hal yang ditanyakan seputar indikator aktifitas pelatihan diantaranya adalah peserta keberanian menyatakan pendapat, rajin mengikuti pembelajaran, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dll.

Indikator yang kedua dari aspek aktifitas pelatihan yaitu proses pelatihan Data dari indikator ini diperoleh dengan menggunakan metode angket. Hasil kuantitatif dari indikator proses pelaksanaan pelatihan sebesar 89,58 %. Apabila dikonversikan ke dalam tabel interpreatasi jawaban responden masuk dalam kategori baik. Penelitian difokuskan pada tujuan dari setiap materi pelatihan diketahui oleh instruktur dan peserta, silabus dan materi pelatihan yang disampaikan instruktur, cara penyampaian materi, model dan metode pelatihan yang digunakan.

Indikator kehadiran peserta pelatihan dan kehadiran instruktur diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi. Hasil kuantitatif yang diperoleh dari data dokumen presensi/daftar hadir peserta yang terdaftar sebagai subyek penelitian menunjukkan tingkat kehadiran sebesar 100%. Terlihat dari lembar

68

presensi peserta pelatihan bahwa partisipasi berupa kehadiran peserta aktif mengikuti proses pelatihan dalam kategori baik apabila dikonversikan dalam tabel interpretasi jawaban responden. Untuk hasil kuantitatif yang diperoleh dari data dokumen presensi/daftar hadir instruktur menunjukkan tingkat kehadiran sebesar 100%. Apabila dikonversikan ke dalam tabel interpreatasi jawaban responden masuk dalam kategori baik. Instruktur pelatihan selalu hadir sesuai jadwal yang ditetapkan oleh penyelenggara program pelatihan. Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil dari indikator kehadiran peserta dan instruktur masuk dalam kategori baik.

Kehadiran instruktur dan peserta pelatihan merupakan hal yang sangat penting demi tercapainya keberhasilan program. Instruktur dan peserta pelatihan merupakan komponen penting untuk pencapaian kompetensi. Fungsi dari instruktur diantaranya untuk membantu merencanakan proses belajar, membimbing peserta, membantu memahami konsep dan praktik, mengorganisir kegiatan belajar, dll. Antar peserta pelatihan juga merupakan komponen penting dalam program pelatihan. Mereka dapat mendiskusikan proses belajar, membangun semangat kerja tim (kelompok), meningkatkan pengalaman belajar, dll.

c. Pelaksanaan Pelatihan

Pada aspek pelaksanaan pelatihan terdapat 6 indikator yang tercantum dalam angket peserta. Keenam indikator tersebut adalah kejelasan tujuan materi pelatihan, pemberian materi pelatihan oleh instruktur, metode pelatihan yang digunakan, pengetahuan pendidik/instruktur, interaksi antar personal dan materi ujian akhir. Data dari indikator tersebut diperoleh dengan menggunakan metode

69

angket/kuesioner. Hasil dari data tersebut diolah dan dianalisis untuk kemudian didapatkan hasil persentase yang dapat dikonversikan dalam tabel interpretasi kualitas jawaban responden.

Indikator yang pertama, yaitu kejelasan tujuan materi pelatihan. Data yang didapatkan diperoleh menggunakan metode angket. Hasil kuantitatif yang diperoleh sebesar 84,64 %. Apabila dicocokkan dengan tabel interpretasi kualitas jawaban responden, maka indikator kejelasan tujuan materi pelatihan berada dalam kategori baik. Pada indikator ini menitikberatkan dua hal yaitu instruktur menjelaskan tujuan dari setiap materi pelatihan dan menjelaskan silabus dan materi pelatihan yang akan disampaikan dan dipelajari. Dari hasil angket yang dibagikan kepada peserta dan instruktur pelatihan menjelaskan bahwa kejelasan tujuan dari materi pelatihan telah diketahui dan dipahami oleh instruktur dan peserta pelatihan.

Indikator yang kedua adalah pemberian materi pelatihan dengan menggunakan metode angket. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dengan hasil sebesar 78,33 %. Apabila dicocokkan dengan tabel interpretasi kualitas jawaban responden, maka indikator pemberian/penyampaian materi pelatihan berada dalam kategori baik. Poin-poin yang diteliti pada indikator ini adalah bagaimana cara instruktur memberikan contoh-contoh sederhana pada saat penyampaian materi, bagaimana instruktur membantu peserta bila kesulitan dalam menerima materi, dan porsi antara pembelajaran teori dan praktik. Cara penyampaian materi oleh instruktur juga dianggap menarik dan mudah dimengerti oleh peserta pelatihan. Pada indikator pemberian/penyampaian materi pelatihan instruktur pada hakikatnya berperan aktif dan memahami

70

karakter maupun kemampuan dari peserta pelatihan. Penguasaan materi pelatihan merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh instruktur sebagai penyampai materi pelatihan.

Data indikator metode pelatihan yang digunakan diperoleh dengan menggunakan metode angket. Hasil kuantitatif yang diperoleh sebesar 82,86 %. Apabila dikonversikan dengan tabel interpretasi kualitas jawaban responden, maka indikator metode pelatihan yang digunakan masuk dalam kategori baik. Dalam sebuah pelatihan, metode pelatihan merupakan komponen yang penting demi terlaksananya tujuan pelatihan. Metode pelatihan/pembelajaran ada berbagai macam, seperti yang telah dijelaskan pada bab 2. Menurut hasil kuesioner menunjukkan bahwa metode yang digunakan lebih metode demonstrasi dan praktik langsung dengan sedikit teori. Dengan metode pelatihan yang tepat, diharapkan tujuan dari program pelatihan dapat tercapai.

Indikator selanjutnya adalah pengetahuan instruktur pelatihan, interaksi antar personal dan materi ujian akhir pelatihan. Data yang didapatkan dari ketiga indikator tersebut menggunakan motode angket. Hasil kuantitatif yang didapat dari indikator pengetahuan instruktur sebesar 86,43 %. Hasil kuantitatif indikator interaksi antar personal diperoleh sebesar 84,29 % dan untuk materi ujian akhir sebesar 82,14 %. Dari ketiga indikator tersebut apabila dikonversikan dengan tabel interpretasi kualitas jawaban responden, maka indikator metode pelatihan yang digunakan masuk dalam kategori baik yang berada pada rentang 75 – 100 %. Ketiga indikator tersebut mengacu pada pengetahuan dan penguasaan instruktur mengenai materi dan bidang pelatihan yang diampunya. Interaksi antar peserta juga merupakan hal pokok dalam pembelajaran. Dengan adanya

71

interaksi antar peserta pelatihan, maka akan terjadi saling tukar pikiran dan pendapat mengenai materi pelatihan yang diberikan. Diskusi mengenai materi pembelajaran juga akan terjadi apabila ada interaksi antar peserta pelatihan. Pada indikator kesesuaian materi ujian akhir dengan materi pelatihan yang diberikan sebelumnya pada dasarnya tidak ada. Hal ini bisa menyebabkan bias pada indikator ini. Pada kenyataannya ujian akhir atau evaluasi akhir berupa uji kompetensi tidak dilakukan. Penilaian tingkat kompetensi peserta dilakukan pada saat peserta sudah menguasai/menyelesaikan setiap materi pelatihan yang diberikan oleh instruktur.

d. Proses Pembelajaran Pelatihan

Pada aspek proses pembelajaran pelatihan hanya terdapat satu indikator yaitu hambatan pada pelaksanaan program pelatihan. Indikator ini digunakan untuk mengetahui apa saja hambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan program pelatihan. Data indikator ini diperoleh dengan menggunakan metode wawancara. Hasil dari indikator hambatan pada pelaksanaan program pelatihan menunjukkan hasil dalam kategori baik. Menurut hasil wawancara yang dilaksanakan peneliti dengan Kepala UPT BLK Kabupaten Sleman, hambatan yang terjadi pada pelaksanaan progam pelatihan adalah beberapa program kejuruan kurang peminatnya. Akibatnya target minimal untuk menjaring calon peserta tidak memenuhi. Lokasi BLK yang berada di pinggiran kota berpengaruh pada minimnya informasi masyarakat tentang keberadaan BLK itu sendiri. Namun, dengan lokasi yang jauh dari pusat keramaian menjadikan BLK Kabupaten Sleman sebagai tempat yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan pelatihan. Peserta pelatihan bisa lebih berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan

72

pelatihan karena tidak terganggu suara bising yang biasanya terdapat di pusat keramaian kota.

Pada program keahlian bidang kelistrikan sendiri yang terdiri dari Teknik Pendingin dan Tata Udara (Refrigerasi Domestik) dan Teknik Gulung Dinamo sudah mendapatkan apresiasi yang tinggi di masyarakat. Hal iini terbukti dari banyaknya peminat pada kedua bidang keahlian ini yang dapat dilihat dari daftar hadir seleksi dan rekruitmen calon peserta pelatihan.

Dokumen terkait