BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Environment Graphic Design
2.1.1 Exhibition Design
Exhibition Design atau desain eksibisi merupakan salah satu aspek utama yang
menjadi cakupan dari Environmental Graphic Design atau desain lingkungan. Exhibition
Design selalu identik dengan sebuah pameran, dan sebagian besar identik dengan public spaces seperti museum, karena museum memiliki banyak konten yang dipamerkan
didalamnya. Secara harfiah, desain eksibisi merupakan desain sebuah ruangan dimana sang desainer berusaha sedemikian rupa untuk menata sebuah ruang agar memiliki kesan tersendiri. Penataan ruang tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu kesatuan yang dapat menjadikan interaksi pengunjung menjadi lebih lebih terencana. Interaksi dapat berupa pengunjung dengan pengunjung, pengunjung dengan subjek eksibisi, ataupun pengunjung dengan seorang kurator. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan sebuah Exhibition Design, masing-masing aspek akan dijelaskan secara rinci.
1. Menggunakan ruang untuk menambah impact dari objek pameran.
Cara ini merupakan cara sederhana yang paling sering ditemui saat menata sebuah Exhibition Design. Cara tersebut mengacu kepada alur pengunjung untuk menentukan tata letak sebuah ruangan. Penempatan ruang yang berbeda dapat menciptakan visual tertentu, serta menyiratkan hubungan tertentu antara objek, menjelaskan hubungan tambahan antar objek, atau menciptakan hubungan referensi silang antar sebuah objek.
2. Menggunakan objek untuk menciptakan ruang.
Berbeda dengan cara pertama, cara ini yaitu memanfaatkan objek yang ada untuk meningkatkan kualitas arsitektural sebuah ruangan. Cara ini dapat menentukan ketepatan untuk alur pengunjung di sebuah museum. Misalnya, sebuah patung koleksi diletakkan sedemikian rupa sehingga pengunjung harus melambat saat melewatinya atau bahkan pengunjung berputar terlebih dahulu agar dapat melihatnya. Dapat dikatakan bahwa keputusan tatanan koleksi-koleksi pada museum tidak selalu berdasarkan fungsi dari koleksi tersebut, melainkan dapat juga muncul dari integrasi koleksi tersebut yang tersusun secara unik.
3. Ruang dan objek memiliki fungsi tersendiri dalam penataan layout ruangan.
Cara ketiga ini yaitu adalah objek dan ruang tidak saling berhubungan dilihat dari segi fungsional. Sebuah ruang pameran tidak memiliki kegunaan yang spesifik dalam penataan sebuah objek koleksi, dan penataan objek koleksi tidak bergantung pada ruang tersebut. Contoh penerapan cara ketiga ini dapat ditemui misalnya pada beberapa museum seni terkenal yang terdapat di benua Amerika, seperti Museum Tate Modern di Inggris, dan Museum Pompidou di Prancis.3
Selain tiga cara diatas, terdapat beberapa metode lainnya yang perlu diterapkan dalam sebuah Exhibition Design. Menurut Pam Locker dalam karya bukunya yang berjudul “Basics Interior Design 02: Exhibition Design”, terdapat 6 langkah dalam merancang sebuah Exhibition Design, yaitu adalah analysis, idea, development, proposal,
detail, dan installation. Langkah-langkah tersebut setidaknya dilakukan secara berurutan
sehingga mendapatkan hasil konsep yang sesuai dengan subjek rancangan desain eksibisi. Desain eksibisi yang baik adalah ketika eksibisi tersebut berlangsung dapat memenuhi kebutuhan dari pengunjung yang menjadi segmen sasaran eksibisi tersebut.
Gambar 2. 2 Contoh penerapan Exhibition Design pada sebuah museum
(Sumber : www.graphicthoughtfacility.com)
3
Secara garis besar, faktor penting dalam merancang sebuah desain eksibisi adalah melalui pendekatan yang dilakukan oleh perancang untuk membangun hubungan antara pengunjung dengan objek. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa bagaimana cara pengunjung tersebut untuk mengamati sebuah koleksi tertentu sehingga perancang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pengunjung sebuah museum.
Museum merupakan tempat yang dipenuhi berbagai macam koleksi yang dilengkapi dengan dokumentasi yang yang berbentuk sebuah narasi. Jenis dokumentasi (label koleksi) dapat berupa berbagai macam seperti : teks narasi, video, foto, dan sebagainya. Dokumentasi tersebut merupakan hal yang sangat krusial bagi sebuah museum untuk dapat menjelaskan koleksinya. Ada 3 konsep pameran untuk menyajikan sebuah desain eksibisi, yaitu :
1. Immersion (Penyatuan atau pencelupan)
Eksibisi dalam museum harus dapat menyatukan pengunjung dengan koleksinya. Caranya adalah dengan menjadikan museum sebagai panggung teater dimana pengunjung dapat merasakan atmosfer yang dibawa oleh museum tersebut.
2. Themes (Tema)
Konsep yang kedua ini dilakukan dengan membagi topik utama menjadi beberapa tema. Karena topik utama sebuah eksibisi terkadang terlalu luas dan apa yang disampaikan melebihi apa yang dapat diterima oleh pengunjung dalam waktu kunjungan yang singkat. Perancang desain eksibisi harus dapat mengidentifikasi titik penting pengunjung dan membangun eksibisi berdasarkan tema tersebut.
3. Layering (Informasi bertingkat)
Konsep yang ketiga adalah dengan cara membuat informasi bertingkat. Dalam sebuah pameran, pengunjung tidak harus membaca semua label informasi untuk mengetahui topik utama yang disajikan. Pengunjung mempunyai kebebasan untuk menggali informasi pameran tersebut sedetail yang diinginkannya. Jika informasi dibuat secara tidak bertingkat, hal tersebut juga dapat menimbulkan kebosanan bagi pengunjung pameran.
Sedangkan menurut Pam Locker, ada beberapa teknik dalam penyampaian pesan melalui desain eksibisi, yaitu diantaranya adalah dengan cara teknik sinematik, teatrikal, interaktif, dan display.4
1. Cinematic Technique
Teknik sinematik biasanya menggunakan alat peraga multimedia sebagai pengaplikasiannya. Karena dengan menggunakan alat multimedia, sebuah pameran dapat menyampaikan pesan kultur dan komersial secara bersamaan. Meggunakan bentuk audio visual dan proyeksi lebih efisien dan fleksibel dalam menceritakan tema pada sebuah eksibisi. Proyeksi, sounds effect, dan mobile
technologies merupakan beberapa cara yang digunakan sesuai dengan
perkembangan teknologi terbaru.
Gambar 2. 3 Contoh penerapan Cinematic Technique pada museum BWM
(Sumber : www.pinterest.com)
2. Theatrical Technique
Teknik teatrikal merupakan teknik desain eksibisi yang memisahkan ruang lainnya dengan set desain eksibisi yang sudah dibuat. Seperti sebuah desain ruangan yang memainkan unsur tinggi ruangan, ketebalan, lebar, warna, sound, tekstur, surface, dan lighting yang dapat menimbulkan atmosfer dan karakter dari eksibisi tersebut sehingga dapat menceritakan sebuah tema kepada pengunjung.
4
Gambar 2. 4 Contoh penerapan Theatrical Technique pada Garage Museum’s
(Sumber : www.pinterest.com)
3. Interactive Technique
Desain eksibisi menggunakan teknik interaktif memiliki mekanisme yang cukup rumit dalam menjelaskan informasi yang diangkatnya. Pengunjung harus dapat berinteraksi dengan pemberi informasi agar dapat mendapatkan informasi tersebut secara menyeluruh. Contoh interaktif yang bisa dilakukan adalah dengan cara bermain dengan informasi tersebut atau menggunakan digital interaksi.
Gambar 2. 5 Contoh penerapan Interactive Technique pada Grammy Museum
4. Display
Teknik display ini biasanya untuk objek atau koleksi yang memiliki nilai spesial atau berkondisi mudah rusak atau pecah. Teknik ini biasa digunakan sebagai pameran komersial maupun pameran kultural. Teknik display ini dapat menggunakan beberapa cara, yaitu dengan memberikan material seperti bahan vitrin kaca atau pedestal yang dapat digabungkan dengan permainan lighting.
Gambar 2. 6 Contoh penerapan Display pada Cranbrook Art Museum
(Sumber : www.editoratlarge.com)
Selain itu dalam sebuah desain eksibisi juga harus dilengkapi dengan sistem grafis sebagai unsur pendukung, yang memiliki satu kesatuan dalam segi tipografi, supergrafis, label, navigasi (signage), dan elemen grafis lainnya. Pada segi tipografi, jenis font yang digunakan harus memiliki tingkat readability yang tinggi agar dapat memudahkan pengunjung untuk memahami konten dari sebuah koleksi. Pada segi supergrafis harus sesuai dengan konsep utama sehingga dapat terlihat harmonis.5
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa museum Majapahit yang memiliki koleksi-koleksi kuno sebaiknya ditampilkan dalam sebuah desain eksibisi yang bersifat seperti yang dijelaskan diatas. Hal tersebut bertujuan agar museum Majapahit lebih menonjolkan atmosfer kerajaan Majapahit dan penyajian kontennya terlihat lebih modern serta dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.
5