• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pembahasan

3. Faktor Biologi Tempat Perindukan Nyamuk

Lingkungan biologi di tempat perindukan nyamuk antara lain flora dan fauna, yang tumbuh dan saling mempengaruhi:

a. Pengaruh tumbuhan

Jenis tumbuhan seperti bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat melindungi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi larva dari serangan mahluk hidup lain (Gunawan, 2000).

b. Predator nyamuk (Hewan Pemangsa)

Hewan pemangsa yang umum memangsa larva nyamuk seperti ikan kepala timah (Panchax spp), gambusia, nila, dan mujair akan

mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut diletakkan di luar rumah, tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah (Cattle barrier) (Gunawan,2000).

Setiap spesies serangga sebagai bagian dari kompleks komunitas dapat diserang atau menyerang organisme lain. Jenis binatang yang menjadi musuh alami nyamuk sudah banyak diteliti, baik terhadap nyamuk dewasa maupun larva di air. Musuh-musuh alami tersebut bersama faktor-faktor lainnya berperan penting dalam mengatur keseimbangan untuk mencegah terjadi ledakan populasi nyamuk (Hadi dkk, 2009). Salah satunya adalah predator, predator merupakan hubungan antara pemangsa dan yang dimangsa. Hewan air yang berperan sebagai predator larva nyamuk terdiri dari :

Larva Culex fuscanus, Culex halifaxii dan Toxorhychities memangsa larva nyamuk lain seperti Anopheles. Bila larva Anopheles terlalu padat di satu tempat perindukan dapat terjadi kanibalisme, larva instar IV bisa memakan larva dari jenis yang sama atau larva Anopheles yang lain yang masih muda. Serangga air dari golongan Hemiptera adalah pemangsa larva nyamuk terutama instar III dan instar IV, dengan cara menusuk tubuh larva dengan moncong dan menghisap cairan tubuh larva (Hadi dkk, 2009), selain itu Gerris (anggang-anggang) memangsa larva nyamuk seperti juga nyamuk dewasanya (Depkes RI, 2004). b. Vertebrata

Anak katak dapat memangsa larva nyamuk terutama pada habitat yang kecil dengan air yang dangkal. Tetapi yang terpenting dari semua predator larva nyamuk adalah ikan pemakan larva (Hadi dkk, 2009).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitan dilaksanakan di Desa Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada akhir Desember 2013-Januari 2014.

a. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kondisi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran merupakan daerah yang dekat dengan pantai dan rawa. Lokasi penelitian adalah rawa yang terdapat di Desa Lempasing yang berada di sekitar pantai. Lokasi ini bila ditempuh dengan jalan darat dari kota Bandar Lampung ±1,5 jam dengan jarak 42 Km. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode observasi dengan tujuan untuk menentukan tempat perindukan nyamuk vektor malaria sebagai stasiun pengamatan yang berupa rawa pada ekosistem pantai di daerah endemis malaria, yaitu Desa Lempasing di Kecamatan Padang Cermin. Tempat perindukan vektor yang diamati terdiri dari tiga lokasi rawa. Tiga lokasi rawa yang diambil yaitu lokasi rawa pertama yang dekat dengan pantai (Gambar 3 a), lokasi rawa kedua yang berjarak ± 100 meter dari lokasi rawa pertama (Gambar 3 b), dan lokasi rawa ketiga berjarak ± 7,5 meter dari lokasi rawa kedua (Gambar 3 c). Pada lokasi rawa kedua dan ketiga sudah dimasukkan benih ikan dan dijadikan tempat memancing oleh warga sekitar. Kondisi tempat perindukan vektor malaria pada ketiga rawa dapat dilihat pada Gambar 3.

(Gambar 3. a) (Gambar 3. b) (Gambar 3. c) Gambar 3. Kondisi Tempat Perindukan Vektor Malaria: (3. a) Rawa ke-1, (3. b) Rawa ke-2, dan (3. c) Rawa ke-3.

Pengamatan langsung dilakukan dengan mengukur dan mengamati beberapa faktor ekologi di tempat perindukan vektor malaria pada lokasi penelitian satu kali setiap minggunya pada waktu pagi, siang, dan sore hari selama tiga

jenis tumbuhan air, hewan yang terdapat di sekitar perindukan, dan kepadatan larva.

C. Cara Kerja

1. Penentuan tempat perindukan vektor

Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui tempat perindukan vektor malaria di rawa yang ditandai dengan adanya larva nyamuk.

2. Pengamatan faktor-faktor ekologi

Faktor-faktor ekologi pada tempat perindukan nyamuk yang diukur dan diamati, antara lain berupa faktor fisik, kimia, dan biologi. Pengukuran faktor fisik dan kimia dilakukan pada tiga lokasi rawa, satu kali setiap minggunya pada waktu pagi, siang, dan sore hari selama tiga minggu dengan pengulangan sebanyak tiga kali.

a. Suhu air

Suhu air diukur dengan menggunakan thermometer air raksa, yaitu dengan cara mencelupkan bagian ujung yang terdapat bintik perak ke dalam air rawa, ditunggu 5 menit hingga angka menunjukkan angka konstan (Mulyanto, 1992).

b. Kedalaman air

Pengukuran kedalaman air dilakukan dengan cara memasukkan kayu kedalam air sampai dasar, kemudian ditandai sampai batas

kedalamannya dan diukur kedalamannya dengan menggunakan meteran (Mulyanto, 1992).

c. Derajat keasaman (pH air)

Pengukuran pH air menggunakan pH stick. Bagian ujung kertas pH stick dimasukkan ke dalam air, ditunggu sampai terjadi perubahan warna kemudian dicocokkan dengan pH standar. Warna yang sama menunjukkan pH air tersebut (Mulyanto, 1992).

d. Kadar oksigen terlarut

Pengukuran kadar oksigen dilakukan dengan menggunakan DO meter, yaitu dengan cara memasukkan probe ke dalam air sampel lalu di diamkan. Setelah itu nilai skala dapat dilihat pada pencatat DO meter sampai angka menunjukkan angka konstan (Mulyanto, 1992).

e. Salinitas air

Pengukuran salinitas air dengan menggunakan refraktometer, yaitu dengan cara mengambil satu tetes air sampel dan diteteskan pada kaca refraktometer setelah itu ditutup. Skala dibaca lewat lubang pengintai dan alat diarahkan ke sumber cahaya matahari (Mulyanto, 1992).

Jenis tumbuhan air diamati dan didata di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Lampung dan juga didokumentasikan. b. Kepadatan larva nyamuk

Dengan menggunakan cidukan plastik yang berukuran 250 ml, larva nyamuk diambil dari genangan air. Setelah itu dituangkan kedalam plastik untuk dihitung kepadatannya dan diidentifikasi. Setiap titik sampel dari 3 lokasi rawa diambil 3 kali ulangan. Larva nyamuk yang diperoleh dari tiap titik dihitung dengan menggunakan rumus yang dipergunakan Depkes RI (1999):

Kepadatan larva : Jumlah larva yang didapat (ekor/250ml) Jumlah cidukan

c. Jenis-jenis ikan dan hewan lain yang sehabitat dengan daerah perindukan nyamuk

Hewan predator potensial yang ada di lokasi penelitian diamati dan diidentifikasi di laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Lampung dan juga didokumentasikan.

D. Analisis data

Data yang berupa faktor ekologi (fisik, kimia,dan biologi) akan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan gambar untuk menggambarkan kondisi ekologis tempat perindukan larva nyamuk di Desa Lempasing Padang Cermin. Untuk mengetahui hubungan antara faktor abiotik terhadap kepadatan larva, data diambil dengan korelasi Pearson program SPSS for Windows version 17.0.

Dokumen terkait