• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor dan Kendala Pelaksanaan Kemerdekaan Pers

Dalam dokumen 501469.Jurnal_8 Ancaman 2013. (Halaman 66-72)

Melindungi Kemerdekaan Pers

E. Faktor dan Kendala Pelaksanaan Kemerdekaan Pers

Pelaksanaan kemerdekaan pers hingga sekarang kenyataannya masih b a n y a k m e n g h a d a p i k e n d a l a . Pergulatan pers dengan sebuah rezim seolah telah usai. Pada masa reformasi, p e r s s e p e n u h n y a b e r g u l a t d e n g a n pasar yang semakin membuat jaya kelompok-kelompok media yang sudah mapan secara ekonomis di masa Orde Baru. Permasalahan pers Indonesia tidak bisa dilepaskan dari berbagai kendala yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kemerdekaan pers.

1 2 A d e A r m a n d o . K e m e rd e k a a n P e r s B u k a n K e m e rd e k a a n A b s o l u t . M a k a l a h p a d a S e m i n a r P e m b a n g u n a n H u k u m N a s o n a l V I I I Te m a P e n e g a k a n H u k u m D a l a m E r a P e m b a n g u n a n Berkelanjutan, Diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, Denpasar, 14 – 18 Juli 2000, hlm.1.

Pada kenyataannya, selama ini ter- d a p a t h a l - h a l y a n g d a p a t mendistorsi kemerdekaan pers yaitu m e l a l u i p e r a t u r a n , b i ro k r a s i , k r i m i n a l i s a s i p e r s , d a n j a j a r a n p e r u s a h a a n p e r s.1 3 D i s t o r s i a t a s kemerdekaan pers selama ini yang bersumber dari insan pers atau praktisi pers terjadi sebagai akibat tidak dilak- sanakannya tugas-tugas jurnalistik sesuai dengan norma etik dan norma hukum. Secara internal jajaran pers itu sendiri dapat mendistorsi kemerdekaan pers.

Berdasarkan kajian-kajian hukum pers yang dilaksanakan penulis di D e w a n P e r s d a n U n i v e r s i t a s Padjadjaran, fator-faktor penghambat dan kendala pelaksanaan kemerdekaan pers adalah bersumber pada internal pers dan faktor eksternal sosial yang melingkupinya.14 Internal pers yang dimaksud terbagi dalam dua golongan15 yaitu wartawan the good guys versus t h e b a d g u y s. G o l o n g a n p e r t a m a adalah wartawan dan pers the good g u y s y a k n i w a r t a w a n y a n g m a s i h bertugas dan komit sesuai dengan sejarah dan tradisi pers Indonesia, serta berpihak kepada kaum tertindas dan membela golongan yang dizalimi. Golongan kedua, wartawan dan pers

the bad guys adalah wartawan yang

tidak bertanggung jawab dan tidak menunjukkan keberpihakan kepada pihak yang tertindas dan yang dizalimi, merusak independensi dan kredibilitas pers sehingga menghambat pelaksana- an kemerdekaan pers.

Dari uraian tersebut, dapat diduga b a h w a p e n g h a m b a t p e l a k s a n a a n kemerdekaan pers sejatinya bersumber pada golongan kedua yaitu wartawan d a n p e r s t h e b a d g u y s y a n g t i d a k bertanggung jawab dengan kriteria m e n g a b a i k a n n a s i b k o r b a n y a n g d i z a l i m i d a n t i d a k i n d e p e n d e n . Sementara pelaksana kemerdekaan p e r s y a n g b a i k d i m a s a d e p a n d i h a r a p k a n d a p a t d i e m b a n o l e h golongan pertama, wartawan dan pers

t h e g o o d g u y s y a n g m a s i h a k t i f membela kaum tertindas. Hasil kajian l a i n y a n g d i l a k u k a n o l e h p e n u l i s menunjukkan bahwa berbagai kendala yang dapat menghambat kemerdekaan pers adalah faktor sosiokultural atau lazim disebut sosiologis, psikologis, p o l i t i k h u k u m ( p o l k u m ) , d a n p e r - undang-undangan, yaitu:

P e r t a m a, f a k t o r s o s i o l o g i s1 6 m e n c a k u p a n e k a e t n i k , p e r b e d a a n norma sosial, dan kurang mampu ber- bahasa Indonesia. Faktor semantik, p e n d i d i k a n b e l u m m e r a t a . K e d u a ,

faktor psikologis disebut hambatan

13. R.H. Siregar, Setengah Abad Pergulatan Etika Pers, Dewan Kehormatan PWI, Januari 2005, hlm 1 5 1 - 1 5 9 .

14. Naungan Harahap, Penelitian Disertasi pada Dewan Pers, Jakarta, 15 November 2011. 15. Sabam Leo Batubara. Op cit.hlm.86.

Ancaman Perundang-undangan terhadap Kebebasan Pers

psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur dari kegiatan psikis manusia. Hambatan dalam pe- laksanaan pers yang termasuk dalam hambatan psikologis adalah:17 perbeda- an kepentingan (interest), prasangka (prejudice), stereotip (stereotype), dan motivasi (motivation). Ketiga, faktor polkum dan distorsi pers. Selain melalui peraturan, terbukti dalam praktik dis- torsi atas kemerdekaan pers bisa juga dilakukan oleh birokrasi. Seperti dike- tahui, pada zaman Orde Baru dikenal apa yang disebut “budaya telepon”.

K e e m p a t, f a k t o r p e r u n d a n g - undangan, Sebab, masih ada sejumlah ketentuan UU yang dapat dikualifikasi- kan mengancam kemerdekaan pers, a n t a r a l a i n U U t e n t a n g P e r s e r o a n Terbatas, UU Perlindungan Konsumen, UU Hak Cipta, dan sejumlah pasal dalam KUHPidana yang bisa menyeret wartawan masuk penjara. Bahkan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran t e r m a s u k k a t e g o r i m e n g a n c a m kemerdekaan pers karena terdapat sejumlah ketentuan yang memberi peluang kepada birokrasi kembali ikut campur tangan mengatur media siaran, seperti mengeluarkan rekomendasi izin frekuensi. Dari berbagai kenyataan itu, k i t a b i s a m e n g a t a k a n , s e k a l i p u n konstitusi dan UU Pers sudah lebih

menjamin kemerdekaan pers, masih saja dimungkinkan distorsi terhadap kemerdekaan pers melalui peraturan perundang-undangan.18

E v a l u a s i t e r h a d a p d i s t o r s i perundang-undangan pers tersebut perlu dikaji apakah undang-undang dimaksud sudah memasukkan pertim- b a n g a n k e a d i l a n . H a l i n i m e n j a d i penting karena keadilan adalah unsur penting dalam membuat suatu undang- undang pers yang membumi. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa suatu sistem hukum positif tidak bisa tidak, harus berdasarkan keadilan. Walau arti atau makna keadilan itu bisa berbeda-beda dari satu sistem nilai ke sistem yang lain, tetapi suatu sistem h u k u m t a k d a p a t b e r t a h a n l a m a a p a b i l a t i d a k d i ra sa k a n a d i l o l e h masyarakat yang diatur oleh hukum itu.”19 Untuk itu, Mochtar mengatakan perlu dibedakan antara fungsi hukum dan tujuan hukum. “Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) di dalam masyarakat”. Berarti hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.20

Konsepsi hukum sebagai sarana pembangunan yang kemudian dikenal sebagai Teori Pembangunan atau Teori

17. Ibid

18. R.H. Siregar. Efektivitas Peran Pers Dalam Menunjang Pemajuan dan Perlindungan HAM. Makalah Pada Seminar Kemenkum HAM 2009. hlm.4.

19. Ibid , hlm.52 20. Ibid

Pembaruan Hukum pada pokoknya m e n g a n d u n g t i g a p r i n s i p d a s a r.

Pertama, hukum bukan hanya kaidah/

norma tetapi juga merupakan gejala s o s i a l s e h i n g g a h u k u m a d a l a h p e n c e r m i n a n d a r i n i l a i - n i l a i y a n g berlaku dalam masyarakat. Kedua, h u k u m s e b a g a i s a r a n a p e m b a r u a n m a s y a r a k a t s e h i n g g a b i l a s e m u l a hukum memelihara dan mempertahan- kan sesuatu yang sudah ada, dalam pemikiran ini hukum menciptakan masyarakat yang dikehendaki melalui fungsi membantu perubahan dalam masyarakat. Ketiga, dalam penera- pannya, perubahan hukum dilakukan berdasarkan skala prioritas mulai dari hal-hal yang bersifat netral, pribadi dan spiritual, yang disesuaikan dengan tingkat kesiapan masyarakat.21

Keadilan Pancasila harus menjadi acuan dalam melindungi kemerdekaan pers. Pemberian perlindungan bagi pers dan kemerdekaan pers dalam suatu a t u r a n k h u s u s d a n t e r s e n d i r i ( s u i generis) memang perlu segera dilak- sanakan agar karya-karya intelektual m a s y a r a k a t d a n b a n g s a I n d o n e s i a mendapat kepastian hukum. Hal terse- but merupakan suatu upaya pembaruan h u k u m y a n g s u d a h a d a s a a t i n i . Perlindungan hukum terhadap kemer- dekaan pers dilakukan melalui penga- turan yang bersifat sui generis harus memperhatikan tiga aspek filosofis, yuridis, dan sosiologis yaitu; pertama,

peraturan tersebut harus memenuhi s y a r a t f i l o s o f i s a r t i n y a h a r u s berdasarkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia.

K e d u a, p e r a t u r a n s u i g e n e r i s tersebut harus memenuhi syarat yuridis artinya peraturan tersebut harus dibuat oleh pemerintah bersama masyarakat p e r s - D e w a n P e r s d e n g a n D e w a n P e r w a k i l a n R a k y a t s e b a g a i representasi rakyat. Para pihak itu h a r u s s e j a l a n d a l a m m e n e n t u k a n kebijakan terkait dengan pengetahuan jurnalistik dan ekspresi pers nasional. Salah satu kritik penting lemahnya UU P e r s y a k n i t e r l e t a k p a d a n a s k a h a k a d e m i k k e t i k a p a d a t a h a p a n p e n y u s u n a n l e g a l d ra f t i n g k u r a n g m e n d a p a t m a s u k a n d a r i k a l a n g a n komunitas pers yang lebih pakar di bidang pers, sehingga muatan produk p e r u n d a n g - u n d a n g a n d i m a k s u d d i tingkat implementrasi menjadi tidak jelas.

K e t i g a , p e r a t u r a n s u i g e n e r i s tersebut harus memperhatikan syarat sosiologis artinya peraturan tersebut dibuat karena adanya kebutuhan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Melindungi Kemerdekaan Pers menjadi penting dan manfaatnya s a n g a t b e s a r u n t u k m e n e g a k k a n keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencer- daskan kehidupan bangsa. Untuk itu,

Ancaman Perundang-undangan terhadap Kebebasan Pers

penulis berpendapat, di negara-negara modern seperti Indonesia, kemerde- kaan pers merupakan sarana trisula y a n g d a p a t d i m a n f a a t k a n u n t u k menegakkan hukum kebenaran dan keadilan, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan bangsa.

Sebenarnya pers nasional sudah menganut asas keadilan, demokrasi, dan supremasi hukum sesuai Pasal 2 UU No. 40 Tahun 1999. Begitu juga asas “bebas dan bertanggung jawab” menjadi salah satu jiwa dari peraturan “kemerdekaan pers” di Indonesia yang melandasi UU Pers. Pengertian yang s a m a t e n t a n g a s a s k e a d i a n d a n kepastian hukum juga ditemukan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Ta h u n 2 0 0 2 t e n t a n g P e n y i a r a n . Demikian pula Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) pada Pasal 3 d i j e l a s k a n p e m a n f a a t a n T I d a n t r a n s a k s i e l e k t r o n i k d i l a k s a n a k a n berdasarkan asas kepastian hukum y a n g d i a n u t d a l a m U U I T E . A s a s lainnya yang terkandung dalam UU itu adalah asas manfaat, sikap kehati- h a t i a n , i t i k a d b a i k , d a n n e t r a l i t a s teknologi. Prinsip keadilan, berarti pers dalam memberitakan atau menyiarkan s e s u a t u m e n g e t e n g a h k a n r a s a keadilan yang ada di masyarakat.

D a l a m k u r u n w a k t u 2 0 t a h u n m e n d a t a n g a s p e k k e l e m b a g a a n

kemerdekaan pers/media massa akan m e n j a d i m a s a l a h d a n t a n t a n g a n t e r b e r a t p e m b a n g u n a n n a s i o n a l , terutama dalam menghadapi proses konsolidasi demokrasi. Dalam Undang- Undang RPJP 2005-2025 ditegaskan peran media massa yang bebas sangat menentukan dalam proses menemukan, mencegah, memublikasikan berbagai bentuk penyelewengan kekuasaan dan korupsi. Keseluruhan upaya tersebut berada dalam konteks menempatkan peranan pers sebagai salah satu pilar d a n p e r k e m b a n g a n d e m o k r a s i . ”2 2 Menurut RPJP peningkatan peranan komunikasi dan informasi, ditekankan pada pencerdasan masyarakat. Dalam upaya memberikan pendidikan politik d a n m e n c e r d a s k a n b a n g s a , m e d i a massa dapat melakukannya dengan cara23 antara lain, a). mewujudkan kebebasan pers yang lebih mapan, t e r l e m b a g a s e r t a m e n j a m i n h a k masyarakat luas untuk berpendapat dan mengontrol jalannya penyelengga- raan negara secara cerdas dan demo- kratis, b). mewujudkan pemerataan informasi yang lebih besar dengan mendorong munculnya media-media massa daerah yang independen, c). meningkatkan lembaga independen di bidang komunikasi dan informasi untuk lebih mendukung proses pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik dan perwujudan kebebasan pers yang lebih mapan.

22. Ibid, hlm. 114

F. Penutup

Tujuan Kemerdekaan Pers yang sehat dan berkeadilan dalam jangka panjang dapat diwujudkan melalui peningkatan fungsi dan peran pers, seperti dalam memenuhi kebutuhan informasi publik, mencerdaskan publik dan kontrol sosial. Hukum kemerdeka- an pers adalah sarana hukum bagi pers untuk mewujudkan tujuan kemerdeaan p e r s . A g a r d a p a t m e n j a l a n k a n f u n g s i n y a s e c a r a o p t i m a l , p e r s membutuhkan ruang kebebasan dan j a m i n a n k e m e r d e k a a n p e r s d a r i p e m e r i n t a h b e r d a s a r k a n u n d a n g - u n d a n g . S e h a r u s n y a p e l a k s a n a a n kemerdekaan pers tersebut perlu dijaga dan dipertahankan sesuai konstitusi, jangan sampai terancam atau dihambat baik oleh internal pers yang tidak bertanggung jawab maupun faktor eksternal sosiokultural. Semua pihak harus menyadari bahwa kemerdekaan p e r s d i I n d o n e s i a b e r s u m b e r d a r i kedaulatan rakyat untuk kemudian

d i l a k s a n a k a n o l e h p e r s g u n a kepentingan publik. Karena itu insan p e r s d a n p e m e r i n t a h b e r t a n g g u n g j a w a b t e r h a d a p p e l a k s a n a a n kemerdekaan pers.

Disarankan materi revisi Undang- Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers24 perlu melalui proses naskah a k a d e m i k , l e g a l d r a f t i n g , y a n g k o m p r e h e n s i f d e n g a n m e k a n i s m e melibatkan pemerintah, akademisi hukum dan komunikasi, praktisi pers- Dewan Pers, dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga undang-undang baru y a n g a k a n d i h a s i l k a n l e b i h j e l a s , l e n g k a p , d a n t e r p e r i n c i s e p e r t i p e n e r a p a n k e m e r d e k a a n p e r s , p e m b e r d a y a a n p e n g a w a s a n o l e h D e w a n P e r s d a n m e d i a w a t c h, kejelasan mengenai jenis sanksi, harus ada aturan hukum positif perdata, p i d a n a , d a n a d m i n i s t r a s i s e r t a mekanisme hukum acara formil mana yang dipakai dalam menyelesaikan delik pers.

24. Wina Armada Sukardi, Keutamaan di Balik Kontroversi, Op.cit, hlm. 219-227.

***

Dr. Naungan Harahap, SH., MH adalah wartawan senior harian Pikiran Rakyat, Advokat dan pengurus PWI Pusat

Ancaman Perundang-undangan terhadap Kebebasan Pers

Dalam dokumen 501469.Jurnal_8 Ancaman 2013. (Halaman 66-72)

Dokumen terkait