• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.10 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Industri Maritim Kapal Rakyat

4.10.2 Faktor Eksternal

Identifikasi peluang dan ancaman dari lingkungan diluar sistem mampu mempengaruhi dan membawa perubahan pada IKM kapal rakyat Lamongan.

Peluang (O) Ancaman (T) - Pasar - Kompetitor - Regulasi - Sistem Perekonomian - Teknologi - Pelanggan/ Konsumen - Supplier Input Output Proses Lingkungan (segala hal diluar sistem/ internal IKM yang mampu mempengaruhi kondisi internal IKM kapal rakyat namun tidak dapat dipengaruhi perubahannya dari dalam sistem/ IKM kapal rakyat Lamongan)

Montebello, (2001)

97

1. Faktor Peluang Industri Maritim Kapal Rakyat Lamongan : Input :

a. Adanya program Laskara kapal rakyat Jatim yang punya misi menjadikan klaster kapal rakyat modern nasional berdasarkan Peraturan Presiden No.28 tahun 2008 dan Inisiasi Presiden No.5 tahun 2005. serta program INKA MINA (1.000 kapal untuk negeri).

b. Adanya kebijakan pembangunan jangka panjang daerah Lamongan menurut dokumen RPJPD 2005-2025 yang terkait dengan sasaran pokok sektor maritim untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM, percepatan investasi, penguatan infrastruktur industri, peningkatan daya saing industri, optimalisasi peran lembaga keuangan dan perbankan.

c. Banyaknya industri pendukung lain yang terkait dengan dunia perkapalan yang berlokasi di Jatim: industri cat, industri dempul, industri mesin dan elektrik (Hasil analisis faktor-faktor pendukung industri perkapalan).

Proses Operasional:

d. Peluang inovasi produk untuk memenuhi kebutuhan di berbagai aktivitas nelayan (perikanan), kapal dagang, kapal program pemerintah, sektor wisata, kapal penumpang, dan kapal patroli atau pertahanan dan keamanan/ pemerintah (Sekretaris Laskara Jatim & berdasarkan RTRW).

Output :

e. Letak geografis Lamongan di Jawa Timur yang berada di tengah-tengah bentangan pulau di Indonesia memungkinkan hasil industri kapal cepat dikenal dan lebih mudah dalam pemasaran, hal ini karena Jawa Timur merupakan salah satu pusat transit perdagangan antar pulau.

2. Faktor Ancaman Industri Maritim Kapal Rakyat Lamongan : Input :

a. Terbitnya peraturan menteri kelautan dan perikanan Republik Indonesia Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang larangan penggunaan alat tangkap ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah perikanan Negara Republik Indonesia membuat pesanan kapal rakyat menurun. b. Rendahnya pemodalan dan investasi di bidang maritim kapal rakyat

98

Lamongan (tidak ada support pendanaan/ pemodalan dari pemerintah) untuk mengembangkan kapal rakyat Lamongan.

Proses Operasional:

c. Terbukanya pasar bebas MEA semakin memuntut perbaikan dari segala aspek baik kualitas, legalitas usaha, serta inovasi produk kapal rakyat.

Output :

d. Kompetitor untuk produk kapal baik dalam daerah maupun luar daerah (Sumber anggota Laskara Jatim, dan daerah lain seperti Jawa Tengah). e. Sempitnya ruang gerak pemasaran (hanya dalam daerah) membuat

ekspansi pasar konsumen berjalan lambat.

Berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal diatas, berikut adalah rumusan alternatif keputusan variabel strategi kebijakan penguatan SIDa industri kapal rakyat Lamongan :

1. STRATEGI S-O (Strength – Opportunity)

a. Membentuk asosiasi pengrajin/ IKM kapal rakyat (klaster) sebagai anggota Laskara kapal rakyat Jatim untuk meningkatkan kerjasama antara IKM, pemerintah, perbankan, lembaga riset (akademisi) serta industri pendukung untuk mempercepat laju transfer knowledge dan informasi, perkembangan dan inovasi sektor maritim kapal rakyat Lamongan (S1, S2, O1, O2).

b. Memperluas pangsa pasar untuk konsumen kapal rakyat didalam maupun luar daerah/ pulau dengan memanfaatkan kemudahan akses informasi dan komunikasi yang mudah dan transparan dengan kerjasama pada konsumen luar daerah sebagai agen atau perantara pemasaran (S4, S6, O5).

c. Menciptakan kerjasama aktif dengan semua pihak yang berkepentingan (pusat dan daerah) untuk mempercepat aliran investasi/ memperlancar kemudahan pemodalan guna meningkatkan produksi kapal yang variatif untuk berbagai sektor kebutuhan (S3, S5, S7, O3, O4).

2. STRATEGI W-O (Weakness - Opportunity)

a. Meningkatkan daya kreativitas dan inovasi teknologi dengan berbagai pelatihan dan kerjasama kelompok usaha IKM (klaster) Laskara untuk

99

mempercepat transfer knowledge bagi generasi pengrajin yang baru dalam menciptakan kreasi produk kapal sesuai kebutuhan pasar yang beragam agar ketrampilan tidak punah (W1, W2, W4, W6, O2,O4).

b. Membangun kerjasama dengan aktor triple helix yang ditunjuk untuk mengatasi keterbatasan/ lambatnya inovasi teknologi, informasi, maupun produksi untuk mempercepat perluasan pangsa pasar dan pemasaran produk kapal (W3, W5, W7, O1, O3, O5).

3. STRATEGI S-T (Strength - Threat)

a. Meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan ketrampilan pengrajin kapal dan kualitas hasil kapal (desain/ model kapal) sesuai kebutuhan konsumen (S1, S5, S6, S7, T1, T4).

b. Meningkatkan dan memperluas jaringan informasi dan komunikasi ke berbagai daerah pesisir untuk mendukung percepatan distribusi dan expansi pasar konsumen menuju tantangan MEA yang sudah mulai berjalan (S2, S3, S4, T2, T3, T5).

4. STRATEGI W-T (Weakness – Threat)

a. Mendorong jiwa kompetensi dan kepemimpinan untuk terus berkembang dan mempercepat inovasi dan mendukung perkembangan teknologi dengan memanfaatkan isu MEA yang sedang berlangsung lewat sosialisasi terpadu maupun pelatihan dan workshop oleh pemerintah selaku pengambil kebijakan agar lebih siap bersaing dengan daerah lain (W1, W2, W4, W5, T3, T4).

b. Koordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga riset untuk memperbaiki strandar dan inovasi produk dengan sesama anggota klaster kapal rakyat dari daerah lain sesama anggota laskara Jatim yang lebih unggul (W3, W6, W7, T1, T2, T5).

100

Tabel 4.21 Matriks SWOT Strategi Penguatan dan Pengembangan IKM Kapal Rakyat Lamongan

S1

Knowledge tentang keahlian/ daya kreativitas

kemampuan pengrajin kapal yang tidak dimiliki sembarangan orang

W1Daya kreativitas/ inovasi (jiwa kompetisi dan kepemimpinan) yang dimiliki para pengrajin kapal di ktiap kelompok usaha/ IKM masih tergolong rendah

S2 Memiliki jaringan kerja yang solid berbasis gotong royong kekeluargaan dalam kelompok usaha

W2

Transfer knowledge pada pekerja/ orang baru menjadi sulit dan butuh waktu lama karena

sifat knowledge yang diperoleh secar turun temurun dan bersifat autodidak (tidak terdokumentasi)

S3Material/ bahan baku utama pembuatan kapal masih bisa terpenuhi dengan cukup baik W3

Penyediaan bahan baku, peralatan dan teknologi serta modal masih dilakukan secara personal masing-masing pelaku IKM

S4Akses infromasi dan komunikasi antar anggota dalam kelompok usaha berjalan dengan mudah dan transparan W4

Tingkat kecanggihan dari kontribusi teknologi dan inovasinya masih tergolong cukup rendah/ sederhana (semi modern)

S5Kemampuan produksi sesuai keinginan konsumen dan

deadline yang disepakati W5

Terbatasnya informasi karena rendahnya penyimpanan informasi (masih manual dan seadannya belum terkumpul dan terdokumentasi/ tacit knowledge )

S6Kemampuan menjalin kerjasama baik dengan supplier

dan konsumen W6

Belum memiliki asosiasi/ naungan kelompok pengrajin (klaster) sehingga belum terbentuk kerjasama dengan stakeholder potensial (pemerintah, akademisi, industri pendukung dan sejenis serta masyarakat)

S7Mampu memproduksi kapal jenis ijon-ijon dan perahu

dengan tingkat kesalahan yang cukup kecil W7 Belum memiliki standarisasi kualitas produk dalam pembuatan produk kapal rakyat

O1Adanya kebijakan pembangunan jangka panjang daerah terkait sasaran pokok sektor maritim (RPJPD 2005-2025)

O2Adanya program Laskara kapal rakyat Jatim untuk menjadikan klaster kapal rakyat modern nasional termasuk Lamongan

O3Banyaknya industri pendukung terkait perkapalan (industri kayu, cat, dempul, mesin dan elektrik)

O4

Peluang variasi produk untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan kapal (aktivitas perikanan/ nelayan, kapal dagang, kapal wisata, kapal penumpang, kapal patroli/ keamanan dan pertahanan pemerintah)

O5

Letak geografis yang berada di tengah-tengah bentangan pulau di Indonesia memungkinkan hasil industri kapal rakyat cepat dikenal bahkan lebih mudah dalam pemasaran.

T1Terbitnya peraturan menteri kelautan dan perikanan Republik Indonesia No. 2/PERMEN-KP/2015 membuat pesanan kapal rakyat menurun T2Rendahnya investasi/ pemodalan dibidang maritim kapal rakyat Lamongan untuk

mengembangkan industri kapal rakyat

T3

Terbukanya pasar bebas MEA semakin menuntut perbaikan segala aspek baik standarisasi kualitas produk kapal, legalitas, serta inovasi diberbagai aspek (produk, teknologi, proses).

T4 Adanya kompetitor untuk produk kapal baik dalam daerah maupun luar daerah

T5Sempitnya ruang pemasaran yang diperebutkan (hanya seputar wilayah Lamongan) membuat expansi pasar konsumen kapal berjalan lambat

S9. Koordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga riset untuk meperbaiki strandar dan inovasi

produk dengan sesama anggota klaster kapal rakyat dari daerah lain sesama anggota laskara Jatim yang lebih unggul (W3, W6, W7, T1, T2, T5).

S8. Mendorong jiwa kompetensi dan kepemimpinan untuk terus berkembang dan mempercepat

inovasi dan mendukung perkembangan teknologi dengan memanfaatkan isu MEA yang sedang berlangsung lewat sosialisasi terpadu maupun pelatihan dan workshop oleh pemerintah selaku pengambil kebijakan agar lebih siap bersaing dengan daerah lain (W1, W2, W4, W5, T3, T4).

Opportunity (O) Strength (S) Weakness (W) Threat (T) STRETEGI S-O STRETEGI S-T STRETEGI W-O STRETEGI W-T S1. Membentuk asosiasi pengrajin/ IKM kapal rakyat

(klaster) sebagai anggota Laskara kapal rakyat Jatim untuk meningkatkan kerjasama antara IKM, pemerintah, perbankan,

lemabag riset (akademisi) serta industri pendukung) untuk mempercepat laju transfer knowledge dan informasi, perkembangan dan inovasi sektor maritim kapal rakyat

Lamongan (S1, S2, O1, O2)

S4. Meningkatkan daya kreativitas dan inovasi teknologi dengan berbagai pelatihan dan kerjasama

kelompok usaha IKM (Klaster) Laskara untuk mempercepat transfer knowledge bagi generasi pengrajin yang baru dalam menciptakan kreasi produk kapal sesuai kebutuhan pasar yang beragam

agar ketrampilan tidak punah (W1, W2, W4, W6, O2,O4).

S5. Membangun kerjasama dengan stakeholder potensial (aktor triple helix ) yang ditunjuk untuk

mengatasi keterbatasan/ lambatnya inovasi teknologi, informasi, maupun produksi untuk mempercepat perluasan pangsa pasar dan pemasaran produk kapal (W3, W5, W7, O1, O3, O5).

S3. Menciptakan kerjasama aktif dengan semua pihak yang

berkepentingan (pusat dan daerah) untuk mempercepat aliran investasi/ memperlancar kemudahan pemodalan guna meningkatkan produksi kapal yang variatif untuk berbagai

sektor kebutuhan (S3, S5, S7, O3, O4).

S2. Memperluas pangsa pasar untuk konsumen kapal rakyat

baik disekitar Lamongan maupun luar daerah/ pulau dengan memanfaatkan kemudahan akses informasi dan komunikasi yang mudah dan transparan dengan kerjasama pada konsumen

luar daerah sebagai agen atau perantara pemasaran (S4, S6, O5).

S7. Meningkatkan dan memperluas jaringan informasi dan

komunikasi keberbagaio daerah pesisir untuk mendukung percepatan distribusi dan expansi pasar konsumen menuju tantangan MEA yang sudah mulai berjalan (S2, S3, S4, T2,

T3, T5).

S6. Meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan

ketrampilan pengrajin kapal dan kualitas hasil kapal (desain/ model kapal) sesuai kebutuhan konsumen (S1, S5, S6, S7,

T1, T4).

Eksternal Internal

101