KAJIAN PUSTAKA
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh Ibu Hamil
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Kuantitas dan kualitas akses terhadap pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap AKI. Menurut Model McGarthy dalam Saifudin (2005), akses terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh lokasi dan kondisi geografis, jenis pelayanan yang tersedia, kualitas pelayanan, transportasi, dan akses terhadap informasi.
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, sumber informasi dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan oleh ibu hamil telah banyak dilakukan penelitian baik di dalam maupun di luar negeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai adalah seperti, pengetahuan, sikap, akses pelayanan, jangkauan tempat pelayanan, dukungan dari keluarga.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sugiharty dan Lestary (2011), tentang faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu/polindes oleh ibu hamil, yang salah satunya dipengaruhi oleh akses terhadap pelayanan kesehatan yang dilihat dari segi jarak rumah dengan posyandu/polindes. Penelitian ini menemukan ibu yang jarak rumahnya ≤ 247 m mempunyai kecenderungan memanfaatkan posyandu/polindes 1,147 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang jarak ke posyandu/polindes > 247 m.
Penelitian lain juga mengatakan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi seseorang untuk dapat memberikan pilihan atau keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, seperti yang didukung oleh Bungsu (2001), bahwa ibu dengan pengetahuan kurang 94,81% akan memilih dukun bayi untuk menolong persalinannya, dibandingkan ibu dengan pengetahuan tinggi 5,19%. Sejalan juga menurut Nilasari (2013), tentang pemanfaatan tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibanding indikator yang diharapkan.
Hal ini disebabkan oleh faktor dari ibu yaitu pengetahuan dan sikap terhadap keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan. Menurut Juliwanto (2008), tidak jarang ibu hamil yang kritis meninggal sesampai di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya, dan tidak jarang juga sering terjadi kematian akibat pertolongan persalinan yang tidak ditangani oleh tenaga yang ahli dan berlatar belakang kesehatan seperti dukun bayi. Dalam upaya memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, walaupun pengetahuan dan sikap ibu baik, tetapi jika tidak ada dukungan dari keluarga maka pemanfaatan fasilitas kesehatan tidak tercapai seperti yang diharapkan.
Hasil penelitian di atas sejalan juga dengan yang dikatakan oleh More (2011), tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu hamil saat melahirkan di Nigeria, bahwa dari faktor jarak dari rumah ke puskesmas, sarana transportasi, biaya transportasi, pelayanan di fasilitas kesehatan, sikap petugas dan ketersediaan tenaga yang memberi pelayanan, faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor jarak dan biaya (ekonomi). Begitu pula yang dikemukakan oleh Aviyanti (2005), tentang
23
analisis minat ibu hamil ANC poliklinik kebidanan terhadap penggunaan pelayanan persalinan, mendapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi yang terkuat adalah sarana persalinan.
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Suami yang memberikan dukungan pada istri dalam pemeriksaan kehamilan, akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan antenatal, hal ini bahwa ibu yang memiliki dukungan suami akan lebih mau dan bersemangat untuk memanfaatkan pelayanan antenatal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nilasari (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu hamil memanfaatkan pelayanan antenatal, salah satunya karena faktor psikologis, dimana dukungan moral dari suami memiliki andil yang besar.
Hal tersebut sejalan juga dengan penelitian dari Burhaeny, faktor determinan pemanfaatan pelayanan antenatal, didapatkan dari 48 responden yang memanfaatkan pelayanan antenatal terdapat 67,4% responden yang mendapat dukungan dari keluarga, sedangkan dari 39 responden yang kurang memanfaatkan pelayanan antenatal terdapat 56,8 % yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Ini berarti masih ada hubungan yang erat antara dukungan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal. Selain dukungan keluarga, hal yang sangat berpengaruh juga adalah dukungan dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat baik tokoh formal
maupun tokoh informal, seperti yang didukung oleh Sopacua (2005), penurunan AKI dengan memakai metode pendekatan rembug (musyawarah) melalui strategi segitiga pengaman, yaitu dengan melibatkan tiga komponen penting bidan desa, pamong, dan ibu hamil dan keluarga. Dimana ketiga komponen ini saling bekerjasama dalam menangani semua ibu hamil yang ada dalam wilayah kerjanya, bidan melakukan pendataan pada semua ibu hamil yang ada, Pamong melakukan pengkajian apakah ibu hamil tersebut sudah masuk dalam anggota Tabulin atau belum dan memastikan semua persiapan untuk merujuk jika diperlukan dalam keadaan siap siaga, dari ibu hamil dan keluarga harus aktif untuk melaporkan keadaan ibu hamil tersebut setiap waktu.
Sebuah penelitian dari Astridya dan Pranata (2013), tentang analisis faktor pemanfaatan polindes menurut konsep model Anderson dengan menggunakan tehnik analisis uji chi-square dan regresi logistic multiple untuk memperoleh gambaran hubungan antara karakteristik, status sosial rumah tangga, dan kemudahan akses polindes terhadap pemanfaataan polindes. Uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara jarak tempuh, waktu tempuh, klasifikasi desa, pengeluaran per kapita, pekerjaan, pendidikan, dan umur kepala rumah tangga terhadap pemanfaatan Polindes. Penelitian ini diperkuat juga oleh Pelupessy (2013), tentang hambatan pemanfaatan pelayanan jaminan persalinan di Puskesmas Rijali Kota Ambon dengan metode penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi menunjukkan bahwa, konsep hambatan dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC), karena ibu
25
hamil mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang rendah untuk memeriksakan kehamilan (K1) setelah trimester pertama dan waktu pelayanan di Puskesmas yang terbatas (seminggu hanya dua kali). Konsep hambatan dalam pertolongan persalinan yaitu masih kurangnya informasi tentang manfaat Jaminan Persalinan sehingga ketika bersalin ibu hamil tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan di rumah sakit maupun di puskesmas.
Upaya pencarian pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan gambaran perilaku pola pemanfaatan pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang dapat menggambarkan tingkat pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan di puskesmas dapat dilihat dengan menggunakan beberapa indikator, antara lain beberapa kunjungan per hari buka puskesmas dan frekuensi kunjungan puskesmas (BPS, 2007)
Hal ini berarti dengan meningkatnya kunjungan puskesmas disebabkan adanya kesadaran individu dan masyarakat itu sendiri untuk mencapai serta mendapatkan pelayanan kesehatan dari fasilitas kesehatan yang pemerintah siapkan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu, jarak, biaya, pengetahuan, fasilitas, kelancaran hubungan antara dokter dengan klien, kualitas pelayanan dan konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Hanlon, pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh: (a) Tersedianya sumber daya, (b) Pendapatan keluarga, (c) Jarak tempat tinggal dari pusat pelayanan, (d) Persepsi sehat dari penerima dan pemberi pelayanan.
Dari hasil-hasil penelitian dan beberapa pendapat diatas menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, baik berasal dari diri individu itu sendiri (ibu hamil) maupun dari luar diri individu tersebut. Perilaku seseorang sangat tergantung pada apa yang diterima dan dialaminya dalam lingkungan tempat tinggalnya. Dan dari variabel-variabel yang sudah dilakukan peneltian ini sangat mendukung masyarakat (ibu hamil) untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan terutama untuk melakukan persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dalam pelaksanaan program Revolusi KIA banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan program tersebut. Tujuan program pemerintah ini adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir dengan stategi melahirkan di fasilitas persalinan yang memadai. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai sehubungan dengan Revolusi KIA tersebut perlu dilakukan kajian-kajian. 2.4 Teori-Teori yang Mendukung Perilaku Pemanfaatan Fasilitas Persalinan
Teori Green (1994), kesehatan individu dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor dari luar perilaku. Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor yang meliputi faktor predisposisi mencakup pengetahuan, persepsi, sikap, keyakinan, tradisi, norma sosial dan sebagainya, faktor pemungkin atau pendukung adalah tersedianya sarana dan prasarana, obat-obatan dan kemudahan dalam mencapai pelayanan kesehatan dan faktor penguat yaitu sikap dan
27
perilaku petugas kesehatan, keluarga, tokoh masyarakat yang berpengaruh di lingkungan masyarakat tersebut.
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Bila dikaitkan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai sehubungan dengan Revolusi KIA, maka pengetahuan yang dimaksud adalah sejauh mana ibu hamil mengetahui program Revolusi KIA. Sedangkan sikap adalah tanggapan masyarakat khususnya ibu hamil tentang Revolusi KIA dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai. Kepercayaan merupakan tahap selanjutnya dari perilaku, jika persepsi, pengetahuan dan sikap sudah diwujudkan dalam bentuk kepercayaan maka biasanya perilaku sangat sulit untuk berubah. Sedangkan tradisi yang dimaksud adalah apakah ada tradisi yang ada di masyarakat lebih memungkinkan seseorang berperilaku tidak sehat. Nilai-nilai dan norma sosial budaya dalam hal ini dapat berupa sejauh mana aktivitas atau kebiasaan masyarakat dalam perawatan kehamilan serta kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor pemungkin disini berupa sarana dan prasarana kesehatan, obat-obatan dan akses pelayanan kesehatan. Sarana dan prasarana kesehatan meliputi fasilitas kesehatan. Obat-obatan meliputi persediaan obat-obatan yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, sedangkan akses pelayanan berupa biaya, jarak ke fasilitas kesehatan dan hambatan yang ditemukan.
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors )
Faktor Penguat disini meliputi perilaku atau sikap petugas kesehatan, perilaku guru, dukungan keluarga, sumber informasi dan tokoh masyarakat. Sikap petugas kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting, sementara dukungan keluarga juga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan perilaku.
Lawrence Green juga mengatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya.
Teori lain yang berkaitan dengan teori Lawrence Green, yaitu tentang Perilaku Pemanfaatan Pelayanan. Menurut Aswar (2005), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner dalam Saifudin (2005), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
29
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Anderson (1995) yang, menjelaskan bahwa ada beberapa model kepercayaan kesehatan dimana ketika setiap individu memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung tiga kategori utama diantaranya:
1. Karakteristik Predisposisi (Presdiposing Characteristics)
Karateristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda- beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri–ciri individu yang digolongkan kedalam tiga kelompok yaitu (a) Ciri–ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur. (b) Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras dan sebagainya. (c) Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
Selanjutnya Anderson percaya bahwa: (1) Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karateristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. (2) Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan. (3) Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Karateristik pendukung (enabling characteristics). Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak
akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan konsumen untuk membayar. Karakteristik kebutuhan (need characteristics). Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud didalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) dibagi dalam dua kategori yaitu perceived need dan evaluated need.
WHO mengemukakan beberapa faktor perilaku yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, yakni (1) Pemikiran dan perasaan (throughts and feeling), dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan- kepercayaan dan perilaku seseorang terhadap pelayanan kesehatan. (2) Orang penting sebagai referensi (personal reference), perilaku seseorang itu lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang yang dianggap penting/berpengaruh besar terhadap dorongan penggunaan pelayanan kesehatan. (3)Sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang baik positif maupun negatif. (4) Kebudayaan (culture), norma-norma yang ada di masyarakat dalam kaitannya dengan konsep sehat sakit.
31 BAB III