• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Permintaan Bawang Putih Impor di Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.2. Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Permintaan Bawang Putih Impor di Indonesia

3.2.1. Nilai Tukar Terhadap mata Uang Asing

Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual (Lipsey, 19995). Menurut Mankiw (2003) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Kurs dibagi menjadi dua yaitu kurs nominal dan krs rill. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara.

Kurs riil menyatakan tingkat dimana suatu negara bisa meperdagangkan barang-barangnya dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil mempengaruhi kebijakan perdagangan antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor. Jika kurs riil rendah , harga barang-barang diluar negeri lebih mahal dan harga dalam negeri relatif lebih murah. Apabila kurs rill tinggi maka harga barang-barang dalam negeri relatif lebih mahal dan harga

barang-barang luar negeri relatif lebih murah. Sebagai akibatnya penduduk domestik lebih berkeinginan untuk mengkonsumsi barang-barang impor.

Nilai tukar (exchange rate) di gunakan untuk menentukan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Suatu negara dengan sistem perekonomian terbuka dimana ada kegiatan ekspor dan impor didalamnya, nilai tukar merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap variabel lain seperti harga, tingkat suku bunga, neraca pembayaran dan transaksi berjalan. Tingkat nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga suatu negara dapat berubah sewaktu-waktu. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dollar Amerika digunakan karena merupakan mata uang dunia yang banyak digunakan dalam perdagangan internasional.

3.2.2. Harga Bawang Putih Lokal di Indonesia

Harga bawang putih lokal diduga dapat mempengaruhi banyaknya volume bawang putih impor masuk ke Indonesia. Hal ini disebabkan produksi yang sedikit dengan permintaan yang banyak menyebabkan harga bawang putih lokal menjadi mahal. Mahalnya bawang putih lokal menyebabkan masyarakat lebih memilih bawang putih impor yang harganya lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Bawang putih lokal Indonesia sulit bersaing dengan bawang putih lokal salah satunya dalam hal harga. Teori ekonomi menyebutkan apabila harga suatu komoditas meningkat maka permintaan akan turun dan sebaliknya. Berhubungan dengan harga bawang putih lokal, apabila harga bawang putih lokal meningkat maka diduga permintaan bawang putih lokal akan turun dan akan beralih ke bawang putih impor sehingga diduga menyebabkan permintaan bawang putih impor meningkat sehingga volume impor bawang putih meningkat.

27

3.2.3. Harga Bawang Putih Impor di Indonesia

Harga impor adalah harga suatu produk yang ditetapkan oleh pasar Internasional yang diterima oleh negara importir. Harga impor merupakan komponen faktor-faktor luar negeri yang mempengaruhi fungsi impor suatu negara. Harga impor yang berubah-rubah dapat mempengaruhi permintaan produk impor suatu negara karena berkaitan dengan produk yang akan di perdagangkan atau diimpor pada suatu negara.

Harga bawang putih impor merupakan harga barang lain yang diduga dapat mempengaruhi permintaan bawang putih impor di Indonesia. Harga impor yang digunakan yaitu harga bawang putih impor ditingkat pedagang bawang putih, yaitu harga yang akhir yang diterima oleh konsumen. Harga bawang putih impor diduga berhubungan negatif dengan permintaan yaitu apabila harga bawang putih impor turun maka permintaan bawang putih impor akan meningkat sehingga volume impor bawang putih akan meningkat dan sebaliknya.

Harga bawang putih impor yang masuk ke Indonesia diduga dapat mempengaruhi permintaan impor di Indonesia. Hal ini disebabkan karena dapat menjadi perbandingan bagi masyarakat yang mengkonsumsi bawang putih untuk membeli antara bawang putih lokal dengan bawang putih impor. Harga bawang putih impor yang lebih murah dibandingkan dengan bawang putih lokal dikarenakan kebijakan penurunan tarif yang dilakukan pemerintah. Pemberlakuan tarif rendah oleh pemerintah yaitu 5 % terhadap impor bawang putih pada tahun 1996, dan dengan diberlakukannya AFTA tahun 2000 dan perjanjian ASEAN-Cina tahun 2005 maka terhadap bawang putih tidak lagi dikenakan tariff impo. Penyebab lain impor bawang putih dapat dilakukan secara bebas oleh para

importir tanpa menggunakan acuan standar mutu sehingga mutu bawang putih impor yang diperdagangkan di dalam negeri sangat beragam, namun secara umum harganya lebih murah dengan kualitas dan tampilan yang lebih baik.

3.2.4. Produksi Bawang Putih Dalam Negeri

Produksi bawang putih dalam negeri diduga dapat mempengaruhi permintaan bawang putih impor di Indonesia yang menyebabkan meningkatnya volume impor bawang putih ke Indonesia. Produksi dalam negeri menurun dan konsumsi meningkat maka diduga dapat meningkatkan permintaan bawang putih impor di Indonesia sehingga volume impor bawang putih ke Indonesia meningkat.

Produksi yang sedikit dan tidak dapat mencukupi permintaan untuk dalam negeri menyebabkan adanya defisit permintaan, sehingga dapat menyebabkan adanya impor bawang putih oleh pemerintah untuk mencukupi kekurangan permintaan yang ada. Masuknya bawang putih impor yang semakin banyak menyebabkan pula petani tidak berusaha untuk menambah produksinya dikarenakan harga impor lebih murah, sehingga sulit untuk bersaing. Produksi semakin menurun membuat para importir bawang putih menambah volume bawang putih yang masuk untuk memenuhi konsumsi yang ada.

3.2.5. Konsumsi Bawang Putih Lokal

Variabel konsumsi dimasukkan kedalam persamaan permintaan bawang putih impor dikarenakan, konsumsi diduga dapat mempengaruhi permintaan bawang putih impor. Konsumsi yang meningkat dengan produksi yang menurun menyebabkan peluang untuk masuknya impor untuk memenuhi kekurangan konsumsi yang ada. Konsumsi yang ada dapat menentukan besaran bawang putih impor yang masuk ke Indonesia. Meningkatnya konsumsi bawang putih di

29

Indonesia maka dapat meningkatkan permintaan akan bawang putih impor yang menjadi peluang pasar bagi negara importir. Konsumsi bawang putih dalam negeri diduga berhubungan positif dengan permintaan bawang putih impor di indonesia. Artinya apabila konsumsi meningkat maka akan menyebabkan meningkatnya permintaan bawang putih impor di Indonesia.

3.2.6. Pendapatan Nasional

Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) disuatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi selama satu tahun. Pendapatan nasional juga merupakan pendapatan yang memperhitungkan balas jasa atas faktor produksi dengan mengurangi produk nasional netto dengan pajak tidak langsung dan ditambah dengan subsidi.

Pengertian lain tentang pendapatan nasional yaitu hak individu yang merupakan balas jasa atas proses produksi yang dijalani. Keseluruhan pendapatan nasional yang ada tidak sepenuhnya milik perseorangan, karena sebagian merupakan hak dari perusahaan seperti laba ditahan, penerimaan bukan balas jasa, pembayaran asuransi sosial dan pendapatan bunga perseorangan dari pemerintah dan konsumen.

Pendapatan nasional diduga dapat mempengaruhi permintaan bawang putih impor di Indonesia. Pendapatan nasional diduga berhubungan positif dengan permintaan bawang putih impor di Indonesia, dimana pendapatan nasional meningkat diduga dapat meningkatkan permintaan bawang putih impor di Indonesia.

3.2.7. Harga Bawang Merah Lokal

Harga bawang merah lokal diduga dapat mempengaruhi permintaan bawang putih impor di Indonesia. Bawang merah sebagai barang substitusi terhadap bawang putih yaitu komoditi yang saling menggantikan dalam penggunaannya. Harga bawang merah lokal diduga berpengaruh positif terhadap permintaan bawang putih impor. Apabila harga bawang merah meningkat maka diduga harga bawang putih akan menurun, sehingga permintaan akan bawang putih meningkat dan sebaliknya.

3.2.6. Volume Impor Bawang Putih Periode Sebelumnya

Volume impor bawang putih ke Indonesia semakin banyak masuk ke Indonesia. Volume impor bawang putih periode sebelumnya diduga dapat mempengaruhi jumlah bawang putih impor masuk ke Indonesia. Jumlah impor bawang putih periode sebelumnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan impor selanjutnya. Apabila volume impor bawang putih periode sebelumnya besar dengan permintaan yang relative sama maka diduga volume impor untuk periode berikutnya akan teradi penurunan. seabilknya apabila volume sebelumnya kecil dan consume relative tetap atau meningkat maka jumlah impor selanjutnya akan meningkat, sehingga diduga volume impor bawang putih periode sebelumnya berhubungan negatif dengan volume impor total bawang putih ke Indonesia.