• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Keluarga yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pola Asuh Orangtua Defenisi Pola Asuh

2.4 Perkembangan Fisik Remaja

2.6.4 Faktor – Faktor Keluarga yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja

a. Peran dan fungsi keluarga

Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam upayah pengembangan kepribadian anak. Pengasuhan orangtuan yang penuh kasih sayang, dan pendidikan tentang nilai – nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggotan masyarakat yang sehat, sehingga keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

b. Status Sosial Ekonomi

Keadaan sosial-ekonomi memiliki peranan penting terhadap perkembangan psikososial anak. Di mana bila perekonomian keluarga cukup, maka lingkungan material yang dihadapi remaja di dalam keluarganya itu lebih luas untuk mengembangkan bermacam – macam kecakapan yang tidak dicapai. Orang tua jiga dapat mencurahkan perhatian yang lebih dalam kepada pendidikan anaknya dengan tidak disulitkan dengan kebutuhan primer kehidupan manusia.

c. Keutuhan Keluarga

Merupakan salah satu faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual remaja. Yang dimaksud dengan keutuhan keluarga adalah keutuhan struktur keluarga di mana di dalam keluarga tersebut ada ayah, ibu, dan anak- anak. Jika tidak ada keduanya atau pun tidak ada salah satu nya maka suatu keluarga tidak utuh lagi. Selain itu ada juga ada keutuhan interaksi keluargas sehingga di dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar dan harmonis.

d. Sikap dan Kebiasaan Orangtua

Cara–cara dan sikap–sikap yang ditanamkan orangtua memegang penting dalam pergaulan anak. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan sebuah kelompok sosial dengan tujuan–tujuan, struktur dan norma–norma, dinamika kelompok, termasuk dinamika kepemimpinan yang sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga, serta dapat merangsang perkembangan ciri–ciri tertentu pada pribadi anaknya. e. Status Anak

Status anak dapat mempengaruhi psikososialnya di dalam keluarga. Artinya status sosial adalah kedudukan anak di dalam keluarga, seperti anak tunggal, anak sulung atau anak bungsu di antara saudaranya. 2.6.5 Bentuk–bentuk Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja

a. Berpegangan Tangan

Perilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba aktifitas seksual lainnya tercapai.

b. Berpelukan

Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu

c. Cium Kering

Perilaku ciuman kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir. Dampak dari ciuman ini menimbulkan imajinasi dan perilaku menjadi berkembang, damping itu juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan kebentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati.

d. Ciuman Basah

Aktifitas ciuman basah berupa sentuhan bibir dengan bibir. Dampak dari ciuman bibir ini menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual, hingga tidak terkendali dan apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan perasaan ingin mengulanginya kembali.

e. Meraba bagian tubuh yang sensitif

Merupakan suatu keinginan untuk meraba atau menyentuh bagian organ yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis. Dampak dari sentuhan ini akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahnya kontril diri dan akal sehat akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya seperti Intercource.

f. Petting

Merupakan aktifitas keselurahan seksual non Intercource (hingga menempelkan alat kelamin). Dampaknya menimbulkan ketagihan.

g. Oral Seksual

Oral seksual pada laki – laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir, pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan bagian disekitar vulva yaitu labia, klitoris dan bagian dalam vagina.

h. Intercource atau bersenggama

Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki – laki kedalam alat kelamin perempuan, dampak dari hubungan perilaku seksual pranikah adalah perasaan bersalah dan berdosa terutama pada pertama kali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah dan aborsi, kematian dan kemandulan akibat aborsi, resiko terkena HIV dan PMS, sangsi sosial, agama serta norma, hilangnya keperawanan dan keperjakaan, merusak masa depan (terpaksa drop out sekolah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang

Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010).

Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku watak moral dan pendidikan anak (Kartono, 2011).

Menurut David (1992) dalam Shochib tahun 2010 suatu keluarga ditandai dengan adanya orang tua, baik ayah maupun ibu. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus berprilaku positif. Jika anak menentang otoritas, segera ditertipkan karena di dalam keluarga terdapat aturan-aturan yang telah disepakati bersama.

Orang tua memiliki tanggung jawab dalam prilaku seksual anaknya. Sehingga orang tua dituntut untuk bisa menjelaskan prilaku seksual anaknya, jika anak – anak mengajukan pertanyaan tentang masalah seks, pertanyaan itu harus dijawab dengan sebenarnya dan diberi informasi tulisan yang benar, termasuk dengan gambar, artinya orang tua perlu memberikan pengertian kepada anak sebagai

landasan dan harus selalu menekankan bahwa berprilaku seks mengandung tanggung jawab kepada orang lain (Soelaeman, 2010).

Salah satu yang yang mungkin bisa mengontrol perilaku remaja adalah monitoring orang tua. Jadi orang tua memiliki peran penting, karena pertama kali remaja tumbuh di keluarganya sendiri. Dalam pengembangan prilaku moral anak di bantu oleh orang tua. Artinya orang tua harus mempunyai waktu yang ekstra untuk memperhatikan anak remajanya terutama dalam prilaku seksual (Dianawati, 2003).

Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan bagi remaja itu sendiri, termasuk keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian di 33 provinsi pada tahun 2008 menunjukan bahwa 63% remaja SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seks. Angka ini naik di bandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya yaitu penelitian tahun 2005 – 2006 di kota – kota besar mulai dari Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makasar ditemukan 47% hingga 54% telah melakukan hubungan seks (Boyke, 2009).

Penelitian yang dilakukan di PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Sumatera Utara, Medan 2004 - 2006 dikutip dari laporan CMR (Centra Nitral Remaja) tahun 2007 , bahwa jumlah remaja yang konseling 126 dengan umur 16 – 24 ada 60 orang sudah melakukan hubungan seksual.

Penelitian di Medan 27 % laki – lak dan 9% perempuan sudah pernah berhubungan seksual (BKKBN. 2006). Menurut WHO (World Health Organitation) tahun 2005 bahwa 52% remaja sudah melakukan hubungan seksual.

Survey pendahuluan peneliti dilakukan pada bulan Oktober 2011 terhadap 10 orang remaja yang memiliki pengalaman perilaku-perilaku seksual diwilayah kelurahan Mangga kecamatan Medan Tuntungan, peneliti mencari data dan menemukan fenomena mengenai perilaku-perilaku seksual remaja yang menyimpang dan kaitannya dengan pola asuh yang salah. Delapan orang remaja sudah pernah berciuman pipi, bibir dan melakukan tindakan – tindakan yang berlebihan yang melanggar nilai moral , dan ada juga lima remaja mengaku sudah pernah melakukan hubungan samapai tahap hubungan seksual pranikah, sedangkan dua orang mengaku tidak pernah melakukan perilaku-perilaku seksual.

Lima remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka sehingga membuat remaja itu sendiri dihadapkan pada pola asuh yang berbeda – beda. Pengasuhan Pola asuh men jadi dasar pembentukan prilaku remaja, seperti pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif yang sangat berperan dalam meletakan dasar – dasar perilaku dan membuat remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai moral, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan, ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa perilaku yang menyimpang yang terjadi pada remaja salah satunya disebabkan karena kondisi pengasuhan dari keluarga khususnya orang tua dalam pengasuhan. Kesalahan pengasuhan ini dapat berupa pola asuh yang tidak tepat sehingga berdampak

terhadap perilaku seksual remaja. Variabel perilaku seksual meliputi kurangnya pemahaman yang di sebabkan berbagai macam Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan Antara Pola Asuh Orang tua dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011.

Dokumen terkait