• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia 1 Harga ekspor rumput laut ke China

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia 1 Harga ekspor rumput laut ke China

Pada persamaan 5.1 menunjukkan harga ekspor rumput laut Indonesia ke China yaitu sebesar negatif 0.4450. Artinya, setiap kenaikan harga ekspor rumput laut sebesar satu persen maka akan menurunkan volume ekspor rumput laut Indonesia ke China sebesar persen 0.445%, cateris paribus. Hasil etimasi sesuai dengan teori permintaan dimana suatu barang dipengaruhi terutama oleh tingkat harga. Semakin rendah harga ekspor rumput laut Indonesia ke China maka jumlah

barang yang akan diminta akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin tinggi harga ekspor maka jumlah barang yang akan diminta akan semakin sedikit.

Koefisien harga ekspor yang bernilai negatif merupakan pertimbangan dari suatu negara pengekspor terhadap harga suatu komoditi dimana negara pengekspor adalah negara Indonesia dengan komoditi ekspor yaitu rumput laut kering Indonesia. Kenaikan harga ekspor rumput laut Indonesia merupakan kenaikan harga impor bagi negara pengimpor. Hal tersebut menyebabkan berpalingnya negara pengimpor kepada produsen rumput laut lainnya yang memiliki harga ekspor lebih rendah atau harga ekspor yang sama namun dengan kualitas yang lebih baik.

6.2.2. Nilai Tukar

Pada persamaan 5.1 menunjukkan nilai tukar yaitu sebesar negatif 5.7103. Artinya, setiap kenaikan kurs riil satu persen akan menurunkan volume ekspor rumput laut Indonesia ke China sebesar 5.7103% , cateris paribus. Hal tersebut sesuai dengan teori ekonomi dimana ketika kurs riil meningkat maka harga ekspor rumput laut Indonesia akan lebih mahal jika dibandingkan dengan negara pengekspor lain. Sebaliknya, jika nilai tukar menurun maka volume eskpor akan meningkat karena harga ekspor rumput laut Indonesia menjadi murah jika dibandingkan dengan negara pengekspor lain. Selain itu, hal tersebut dapat terjadi juga dikarenakan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang relatif stabil dan rendahnya harga rumput laut Indonesia sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar selama tahun 1999-2011 belum mampu mempengaruhi permintaan ekspor rumput laut Indonesia dari negara importir.

Variabel nilai tukar sesuai dengan teori Mankiw (2003) dimana ketika kurs riil mengalami peningkatan maka barang luar negeri akan menjadi lebih murah dan harga domestik menjadi lebih mahal. Dengan demikian, para eksportir lebih menyukai untuk menjual barang dan jasa ke dalam negeri karena harga jual di dalam negeri akan menjadi lebih tinggi. Sehingga mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan menjual ke luar negeri.

6.2.3. Produksi Rumput Laut Indonesia

Produksi rumput laut yang dimaksud yaitu produksi rumput laut kering Indonesia jenis Euchuema cottonii. Dari persamaan 5.1, menunjukkan bahwa besar koefisien regresi yaitu 0.2636. Artinya, setiap kenaikan produksi rumput laut Indonesia jenis Eucheuma cottonii sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume ekspor rumput laut Indonesia ke China sebesar 0.2636 persen, cateris paribus. Hal tersebut terjadi jika produksi rumput laut Indonesia jenis Eucheumacottonii mengalami peningkatan maka penawaran yang dilakukan oleh eksportir untuk ekspor ke negara lain akan semakin banyak, khususnya ke negara China. Sebaliknya, jika produksi rumput laut Indonesia jenis Euchuema cottonii mengalami penurunan maka volume ekspor rumput laut juga akan menurun sehingga para eksportir akan sedikit untuk melakukan ekspor rumput laut Indonesia ke negara lain.

Adanya program revitalisasi sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi rumput laut Indonesia. Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadhel Muhammad telah mengadakan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia sejak tahun 2007. Hal tersebut dilakukan karena melihat peluang untuk ekspor rumput laut Indonesia sangat terbuka lebar. Sehingga peningkatan produksi dibutuhkan untuk memenuhi tingginya permintaan ekspor rumput laut ke negara lain, khususnya negara China.

6.2.4. Dummy Revitalisasi

Pada persamaan 5.1 menunjukkan dummy revitalisasi yaitu sebesar positif 0.7682. Setelah adanya revitalisasi perikanan berpengaruh terhadap peningkatan volume ekspor rumput laut Indonesia, khususnya ke negara China. Revitalisasi perikanan merupakan program-program yang dilakukan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan mutu dan kualitas rumput laut Indonesia. Salah satu revitalisasi yang dilakukan adalah dalam aspek produksi. Oleh sebab itu, adanya revitalisasi perikanan khususnya dalam sektor produksi dapat meningkatkan penawaran ekspor rumput laut Indonesia yang bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar dunia.

6.2.5. Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia

Pada persamaan 5.1 menunjukkan nilai koefisien volume eskpor rumput laut Indonesia sebesar positif 0.2183. Artinya, setiap kenaikan volume ekspor rumput laut Indonesia maka akan menuingkatkan volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China sebesar 0.2183 persen. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis dimana peningkatan volume ekspor rumput laut Indonesia akan berpengaruh terhadap peningkatan volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China. Negara China merupakan importir terbesar tehadap ekspor rumput laut Indonesia. Hampir sekitar 58 persen ekpsor rumput laut Indonesia dikuasai oleh negara China. Sedangkan, Indonesia merupakan pemasok utama perdagangan dunia untuk komoditas rumput luat kering jenis Euchuema cottonii. Indonesia dapat mengekspor rumput laut kering jenis Euchuema cottonii sebesar 80 persen (Khostimastuti GA 2011). Hal tersebut mengindikasikan bahwa hampir sekitar 17 persen ekspor rumput laut kering Indonesia didominasi oleh negara China.

6.2.6. GDP

Pada persaman 5.1 menunjukkan nilai koefisien GDP yaitu sebesar positif 0.7525. Artinya , setiap kenaikan GDP negara tujuan ekspor yaitu negara China sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume eskpor rumput laut Indonesia ke negara China sebesar 0.7525 persen, cateris paribus. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi dimana ketika GDP suatu negara semakin besar menunjukkan kemampuan negara tersebut semakin berpeluang untuk melakukan perdagangan dengan negara lain. Hasil estimasi juga sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu jika terjadi kenaikan satu persen pendapatan riil akan meningkatkan permintaan ekspor rumput laut Indonesia sebesar 0.7525 persen.

Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa variabel GDP riil berpengaruh nyata pada taraf lima persen. Hal ini menyatakan bahwa variabel GDP riil negara China memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi permintaan ekspor rumput laut Indonesia. Semakin tinggi pendapatan penduduk negara China maka permintaan terhadap rumput laut Indonesia juga semakin tinggi. Hal tersebut terjadi karena rumput laut memiliki berbagai macam manfaat untuk

industri makanan dan non makanan yang dapat diolah dan digunakan oleh industri.

6.3. Perkembangan dan Proyeksi Trend Ekspor Rumput Laut Indoneisa

Dokumen terkait