• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1 Analisis Regresi Konversi Lahan Sawah ke Non Pertanian

Terjadinya transformasi struktur perekonomian yang mengarah pada meningkatnya peranan sektor industri dan jasa, mengubah besaran dan laju penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal dan lahan antar sektor. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi terhadap perubahan alokasi sumberdaya khususnya sumberdaya lahan. Akibatnya akan terjadi realokasi sumberdaya lahan antar sektor, dimana realokasinya lebih diprioritaskan kepada penggunaan yang memiliki rate of return yang tertinggi yaitu seperti penggunaan untuk kegiatan industri sebagai kegiatan utama yang dapat menarik perkembangan kegiatan lainnya seperti pemukiman, perdagangan dan prasarana lainnya, sehingga konversi lahan pun tidak dapat dielakkan.

Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian (pemukiman, industri dan sarana parasrana lainnya) dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil estimasi ternyata cukup konsisten dengan teori. Koefisien determinasi (R2) dari fungsi dugaan mencapai 92.5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peubah yang dimasukkan dalam model mampu menerangkan perilaku (keragaman) dari peubah konversi lahan sawah sebesar 92.5 persen, dengan kata lain bahwa sisanya 7.5 persen dari peubah konversi lahan sawah ditentukan oleh peubah-peubah lain di luar faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini.

Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Tangerang digunakan analisis regresi linear berganda. Data

yang digunakan untuk membuat model tersebut merupakan data time series yang telah digabungkan dari tahun 1994 sampai tahun 2003. Nilai dari probabilitas F- hitung pada Tabel 14, yaitu sebesar 0.082 yang berarti hipotesis H0 ditolak pada taraf uji 0.1. Hal ini berarti secara bersama-sama seluruh variabel penjelas berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen.

Tabel 14. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Luas Lahan Sawah di Kabupaten Tangerang Periode 1994-2003

Peubah Penjelas Koefisien Regresi

T-hitung P 1. Intersep

2. Laju pertumbuhan Penduduk 3. Produktivitas Padi Sawah 4. Persentase Luas Lahan sawah

irigasi

5. Kontribusi Sektor Non Pertanian (PDRB)

6. Pertambahan panjang jalan aspal 7. Dummy (kebijakan pemerintah)

R2 R-adj F-hitung 269232 239,9 -17714 603,3 -2142,5 9,510 -6025 92,5 77,5 3,54 0,76 -2,48** 3,93* -4,47* 1,51 -3,18* 6,15** 0,038 0,505 0,089 0,029 0,021 0,228 0,050 0,082 K eterangan : *) : nyata pada á = 0,05

` **) : nyata pada á = 0,1

Dari analisis regresi di atas, peubah yang berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah adalah laju pertumbuhan penduduk, persentase luas lahan sawah irigasi dan pertambahan panjang jalan aspal. Adapun peubah yang berpengaruh negatif yaitu produktivitas padi sawah, kontribusi sektor non pertanian dan peubah dummy.

7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah di Tingkat Wilayah

Variabel produktivitas padi sawah, persentase luas lahan sawah irigasi, kontribusi sektor non pertanian terhadap PDRB dan dummy merupakan variabel-

variabel yang menentukan konversi lahan dan berpengaruh secara nyata pada taraf á = 0.05 dan á = 0.1 . Sedangkan dua variabel lainnya yaitu laju pertumbuhan penduduk dan pertambahan panjang jalan aspal tidak berpengaruh nyata.

Koefisien produktivitas padi sawah berpengaruh negatif dan nyata terhadap penurunan luas lahan sawah. Hal ini memang logis dan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat produktivitas padi sawah maka akan semakin kecil penurunan luas lahan sawah yang terjadi. Selain dampak kerugian yang akan diderita akibat terjadinya konversi lahan sawah, laju pertumbuhan penduduk yang semakin besar di Kabupaten Tangerang juga menyebabkan penyediaan kebutuhan pangan pokok perlu ditingkatkan, sehingga sawah dengan tingkat produktivitas yang tinggi harus tetap dipertahankan dan di dukung oleh kemajuan teknologi yang tepat guna.

Koefisien parameter produktivitas lahan sawah yang bertanda negatif dan berpengaruh nyata, dapat diartikan bahwa masih adanya kecenderungan dari petani untuk mempertahankan lahan sawah yang memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas lahan sawah yang tinggi ternyata cukup efektif untuk mengendalikan laju konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian.

Koefisien persentase luas lahan sawah irigasi berpengaruh positif dan nyata pada taraf á = 0,05 yang berarti persentase luas lahan sawah irigasi yang semakin besar akan menyebabkan laju konversi luas lahan sawah yang semakin meningkat. Sebagian besar lahan sawah yang terkonversi bukan merupakan lahan sawah irigasi melainkan lahan sawah tadah hujan. Hal ini dikarenakan, dampak kerugian yang ditimbulkan akibat konversi lahan sawah irigasi cukup besar, seperti biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan jaringan irigasi, selain itu

lahan sawah irigasi juga memiliki tingkat produktivitas yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat produktivitas lahan sawah tadah hujan.

Konversi lahan sawah terbesar yang terjadi di Kabupaten Tangerang selama sepuluh tahun terakhir (1994-2003) yaitu sawah tadah hujan dengan luas lahan terkonversi sebesar 2.723 hektar atau sekitar 50,36 persen, sedangkan sawah irigasi sebesar 2.684 hektar atau sekitar 49,64. Besarnya konversi lahan sawah yang terjadi, maka diperlukan adanya upaya peningkatan dan perbaikan dalam kegiatan usahatani seperti program intensifikasi pertanian dengan mengadopsi teknologi pertanian yang lebih maju dan tepat guna yang memungkinkan petani untuk meningkatkan produktivitasnya dengan luas lahan yang cenderung berkurang, sehingga peningkatan atau pencetakkan lahan sawah irigasi baru dapat berdampak positif terhadap produktivitas dan kesejahteraan petani.

Koefisien kontribusi sektor non pertanian berpengaruh negatif dan nyata pada taraf á = 0.05, yang berarti semakin besar kontribusi sektor non pertanian akan menyebabkan penurunan luas lahan sawah yang semakin kecil. Hal ini diduga selain melihat kondisi wilayah Kabupaten Tangerang yang masih memiliki potensi dan kemampuan untuk dikembangkannya sektor pertanian dengan hampir separuh luas wilayahnya merupakan lahan pertanian, ternyata sektor pertanian di Kabupaten Tangerang masih dinilai cukup penting dan dominan walaupun peranannya semakin menurun (sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB), selain itu berdasarkan analisis sektor basis, selama tiga tahun terakhir (2001-2003) ternyata sektor pertanian masih merupakan sektor basis di tingkat Kabupaten.

Kawasan Pertanian di Kabupaten Tangerang tersebar hampir di seluruh kecamatan, yang meliputi pertanian tanaman pangan lahan basah, pertanian

tanaman pangan lahan kering, pertanian tanaman tahunan, kegiatan peternakan dan kegiatan perikana darat (budidaya tambak).

Tabel 15. Kawasan Pertanian Berdasarkan Wilayah Kecamatan Tahun 2003

Kawasan Kecamatan

Pertanian tanaman pangan lahan basah Pasar Kemis, Sepatan, Pakuhaji, Teluknaga, Kronjo, Cisoka, Kresek, Mauk, Rajeg, Kemiri, Sukadiri.

Pertanian tanaman pangan lahan kering Hampir semua kecamatan, tetapi potensial berada di Kecamatan bagian selatan

Pertanian tanaman tahunan Jayanti, Jambe, Cisauk dan Rajeg

Peternakan Hampir ada di semua kecamatan

Perikanan darat (budidaya tambak) Pakuhaji, Teluknaga, Kronjo, Mauk, Kemiri dan Sukadiri

Sumber : RTRW Kabupaten Tangerang

Peubah dummy (kebijakan pemerintah) mempunyai hubungan yang negatif terhadap besaran luas konversi lahan sawah yang menunjukkan bahwa peranan pemerintah terhadap konversi lahan sawah cukup besar, artinya adanya kebijakan pemerintah mengenai pengalokasian penggunaan lahan sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah akan mempengaruhi besaran laju konversi lahan sawah. Koefisien variabel yang bernilai negatif menunjukkan bahwa adanya kebijakan pemerintah akan menyebabkan terjadinya penurunan terhadap luas konversi lahan sawah Hal ini diduga bahwa pemerintah daerah setempat mulai memberi perhatian khusus terhadap keberlangsungan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan setelah adanya otonomi daerah. Hal ini juga dapat didukung dengan variabel kontribusi sektor non pertanian yang memiliki nilai koefisien negatif terhadap konversi lahan sawah

Pada masa otonomi daerah, Kabupaten Tangerang memiliki beberapa sektor basis yang salah satunya yaitu sektor pertanian. Berdasarkan hasil analisis

sektor basis ini, ternyata sektor pertanian dengan indikator pendapatan mampu memberikan nilai surplus pendapatan yang positif dan memperoleh nilai elastisitas pendapatan terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Tangerang masih memegang peranan penting dan mempunyai efek pertumbuhan yang positif bagi kemajuan pembangunan perekonomian wilayah.

Salah satu bentuk upaya dari pemerintah Kabupaten Tangerang guna membatasi terjadinya konversi lahan sawah, yaitu telah dibentuknya system hirarki kota yang dapat membantu struktur tata ruang yang dituju terutama yang berhubungan dengan pola orientasi kegiatan, akan memberikan arahan-arahan mengenai pengalokasian pembangunan yang sesuai dengan potensi masing- masing wilayah guna mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia khususnya terhadap sektor pertanian, selain itu juga adanya Keppres Pemerintah No 3 Tahun 2001 tentang pelarangan pengalih fungsian lahan sawah irigasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak terkait (BAPPEDA), menunjukkan bahwa pada kenyataannya walaupun telah ditetapkan aturan-aturan mengenai pengalokasian pemanfaatan sumberdaya lahan yang tercermin dalam RUTRW, konversi lahan sawah terus terjadi. Hal ini dikarenakan belum adanya ketetapan hukum yang tegas dan jelas dalam upaya menindak pelanggar- pelanggar hukum yang menyalahi aturan mengenai pengalokasian dan pemanfaatan sumberdaya lahan yang telah ditetapkan.

Dokumen terkait