• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Pendukung Berhasilnya Penyambungan

Dalam dokumen BAB 1 TINJAUAN UMUM PEMBIAKAN VEGETATIF (Halaman 106-110)

DAFTAR PUSTAKA

D. Faktor-Faktor Pendukung Berhasilnya Penyambungan

1. Pembentukan Bidang Sambung (Graft Union)

Terjadinya bidang sambung merupakan kunci utama keberhasilan suatu penyambungan. Hal ini akan terjadi bilamana hubungan kambium antara batang bawah dan batang atas yang disambungkan tersebut rapat. Apabila pertemuan kambium kedua batang tersebut semakin banyak, maka penyambungan yang dilakukan berpeluang tinggi untuk berhasil. Seperti diketahui, bahwa kambium adalah lapisan tipis antara kulit kayu atau jaringan phloem dan kayu atau jaringan xylem.

Pada penyambungan tanaman, sel-sel parenchym pada bagian tanaman yang terpotong akan membentuk jaringan kalus yang sangat menentukan keberhasilan pembentukan bidang sambung. Pembentukan kalus terjadi karena adanya pemulihan sel-sel parenchym pada luka potongan. Kalus yang terjadi sangat ditentukan oleh kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang dikandung dalam jaringan parenchym bagian tanaman tersebut. Keberadaan zat pengatur tumbuh (baik alami ataupun pemberian dari luar) dan keadan suhu serta kelembaban lingkungan juga sangat menentukan keberhasilan pembentukan kalus pada bidang sambung. Kalus tersebut harus menutupi lapisan kambium, karena sangat membantu pertumbuhan sel-sel kambium serta mempengaruhi kecepatan pembentukan bidang sambung (Graft Union)

Ketidakmampuan dua tanaman membentuk bidang sambungan dengan baik dikenal sebagai inkompatibilitas sedangkan bila terdapat kemampuan untuk membentuk bidang sambungan dikenal sebagai kompatibilitas. Inkompatibilitas atau ketidak cocokan adalah keadaan kegagalan batang atas dan batang bawah membentuk pohon gabungan, sedangkan kompatibilitas atau kecocokan adalah kemampuan batang atas dan batang bawah untuk bersatu membentuk satu pohon.

Inkompatibilitas antara dua tanaman (batang atas dan batang bawah) yang disambung dapat ditunjukkan dengan gejala atau fenomena sebagai berikut :

a. Gabungan antara spesies, varietas atau klon yang tidak pernah membentuk suatu bidang sambung,

b. Rendahnya keberhasilan sambungan antara dua jenis tanaman yang disambungkan,

sambungan tersebut tiba-tiba mati,

d. Terjadi sambungan, namun terdapat berbedaan kecepatan pertumbuhan antara batang atas dan batang bawah. Hal ini akan menunjukkan ketidak seimbangan besarnya batang bawah dan batang atas,

e. Gabungan dua tanaman yang berespon tidak baik terhadap unsur hara (nutritional disorder) sehingga pertumbuhannya abnormal atau sering terjadi gugurnya daun,

f. Tanaman sambungan menunjukkan adanya berbedaan pertumbuhan vegetatif baik pada awal maupun akhir musim,

g. Nampak adanya pertumbuhan yang berlebihan pada bidang sambungan atau pada batang atas atau batang batang bawah, dan

h. Sambungan yang menghasilkan suatu tanaman baru yang lambat perkembangannya (katek/kerdil).

Jadi dapat dikatakan bahwa inkompatibilitas atau ketidak cocokan bersatunya dua atau lebih tanaman terjadi karena adanya perbedaan fisiologis, anatomis, dan penyakit. Pada sisi aspek fisiologis dapat dijelaskan karena ketidak mampuan batang atas atau batang bawah menyediakan zat-zat makanan (nutrisi) dalam jumlah cukup untuk keperluan tumbuh dan berkembang secara normal. Sedangkan secara anatomis dapat diterangkan bahwa dengan adanya pembentukan getah akibat luka di bagian bidang sambung menyebabkan tanaman sambungan tumbuh tidak normal atau sempurna (biasanya lemah terhadap kondisi lingkungan yang tingkat kritisnya rendah sekalipun).

Kesuksesan membentuk bidang sambung juga ditentukan oleh bidang sentuh kambium, kegiatan kambium, pengupasan kulit kayu, dan kekuatan akar. Diperlukan ukuran batang atas dan batang bawah yang sama agar ketepatan persentuhan kambium lebih banyak terjadi. Kegiatan kambium pada batang atas dan batang bawah terjadi selama masa tumbuh. Setelah antara batang bawah dan batang atas membentuk jaringan kalus dan saling menyatu menutupi kedua permukaan potongan batang, maka pertumbuhan kambium sangat diperlukan untuk keberhasilan penyatuan kedua batang tersebut.

Pengupasan kulit kayu dari batang bahan sambungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penempelan (okulasi). Semakin mudah pengupasan kulit, maka semakin besar kemungkinan keberhasilan penempelan, karena semakin kecil kerusakan pada kambium. Kecepatan pertumbuhan kambium tersebut, sangat dipengaruhi pula oleh kekuatan akar batang bawah. Kekuatan membentuk sistim perakaran pada batang bawah

akan mempengaruhi secara langsung terhadap keaktifan pertumbuhan batang.

2. Faktor Lingkungan

a. Waktu penyambungan

Waktu disini diartikan sebagai musim. Umumnya penyambungan dilakukan pada musim kemarau. Demikian pula untuk penempelan (okulasi). Pada musim kemarau, biasanya pengelupasan kulit batang sangat mudah, pertumbuhan batang sedang aktif, dan mata tunas yang tersedia cukup banyak. Namun demikian diperlukan penaungan setelah dilakukan penyambungan maupun penempelan.

b. Suhu dan Kelembaban

Pembentukan jaringan kalus akan baik bila suhu lingkungan dalam keadaan optimum. Suhu yang baik berkisar antara 25 – 32O C. Bila keadaan suhu di bawah 25O C atau di atas 32O C, pembentukan kalus akan lambat dan merusak sel-sel pada daerah sambungan.

Kelembaban yang cukup tinggi merupakan kondisi lingkungan diperlukan bagi berhasilnya penyambungan. Kelembaban yang rendah menyebabkan kekeringan dan menghalangi pembentukan kalus karena sel-sel pada daerah sambungan banyak yang mati.

c. Cahaya

Cahaya sangat berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan penyambungan, oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan waktu pagi hari atau sore hari. Cahaya yang terlalu kuat akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan.

3. Faktor Pelaksanaan

a. Teknik penyambungan

Keberhasilan penyambungan (grafting) seringkali lebih rendah dibandingkan penempelan (budding). Sehingga masing-masing teknik akan cocok untuk jenis-jenis tanaman tertentu namun tidak cocokj untuk jenis tanaman lainnya. Teknik penyambungan approach graf nampak sangat baik bagi perbanyakan tanaman mangga dan anggur.

b. Keterampilan melaksanakan

Infeksi penyakit pada daerah sambungan perlu mendapat perhatian. Infeksi dapat dihindari dengan melakukan penyambungan secara cepat. Bila pelaksanaan penyambungan dapat dilakukan dengan cepat, seorang ahli penyambungan khususnya okulasi atau penempelan terhadap 400 tanaman dapat dilakukan dalam sehari dengan tingkat keberhasilan 90%. Semakin cepat pelaksanaan penyambungan maupun penempelan akan memberikan peluang yang kecil bagi kemungkinan kotornya bidang luka yang dibuat pada masing-masing bagian tanaman yang disambungkan. c. Kelengkapan peralatan

Perlengkapan atau alat-alat penyambungan sangat menentukan keberhasilan penyambungan. Ketajaman dan kebersihan alat yang digunakan untuk memotong merupakan hal penting. Ketajaman alat akan menjamin dilakukannya pemotongan hanya sekali saja dan menjamin ratanya permukaan potongan. Sedangkan kebersihan alat menjamin terhindarnya bahan tanaman dari kontaminasi penyebab penyakit ataupun hama lainnya.

Alat atau bahan penutup sambungan seperti plastik paling tidak menjamin adanya cahaya, karbondioksida maupun oksigen yang dapat menembusnya. Oksigen pada daerah sambungan berguna dalam pembentukan jaringan kalus dan mengurangi kehilangan air.

d. Perawatan tanaman

Kebersihan lingkungan tanam (pembibitan) perlu diperhatikan selain memberikan kondisi yang mendukung bagi keberlangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik. Penyakit yang biasa menginfeksi sambungan adalah golongan penyakit-penyakit jamur, sedangkan hama-hama yang menyerang sambungan adalah

Tetranychus sp. (tungau merah) dan Aphis sp (kutu daun).

Perawatan yang paling perlu mendapatkan perhatian adalah terkait dengan mempertahankan kondisi lingkungan yang dikehendaki seperti mempertahankan kelembaban agar tidak terjadi penurunan yang dratis. Demikian pula suhu sebaiknya cukup rendah. Hal ini terkait dengan mempertahankan agar tanaman yang baru ditempel maupun disambung tidak mengalami transpirasi yang cukup tinggi.

E. Perkembangan Sambungan Sebagai Metode Perbanyakan Tanaman

Dalam dokumen BAB 1 TINJAUAN UMUM PEMBIAKAN VEGETATIF (Halaman 106-110)