• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI 2.1 Kesadaran

2.3 Kesadaran Masyarakat

2.4.3 Faktor-Faktor Penyebab Tanah Longsor

Fenomena tanah longsor yang terjadi di suatu lokasi disebabkan karena beberapa faktor-faktor penyebab, diantaranya faktor yang bersifat pasif dan faktor bersifat aktif yaitu sebagai berikut ini (Noor, 2001:235):

1. Faktor-faktor yang bersifat pasif adalah:

- Litologi : material yang tidak terkonsolidasi atau rentan dan mudah meluncur karena basah akibat masuknya air ke dalam tanah.

- Susunan Batuan (Stratigrafi): Pelapisan batuan dan persilangan batuan antara batuan lunak dan batuan keras atau perselingan antara batuan yang permeable dan batuan yang impermeable.

- Struktur Geologi: jarak antara rekahan /joint pada batuan, patahan , zona hancuran, bidang foliasi,dan kemiringan lapisan batuan yang besar. - Topografi: lereng yang terjal atau vertikal.

- Iklim: Perubahan temperatur tahunan yang ekstrim dengan frekuensi hujan yang intensif.

2. Faktor-faktor yang bersifat aktif adalah:

- Gangguan yang terjadi secara alamiah ataupun buatan. - Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena aliran air.

- Pengisian air ke dalam tanah yang melebihi kapasitasnya, sehingga tanah menjadi jenuh air.

- Getaran-getaran tanah yang diakibatkan oleh seismisitas atau kendaraan berat.

Sedangkan menurut sumber lainnya faktor-faktor penyebab longsoran pada lereng yaitu sebagai berikut (Hardiyatmo, 2006:3-7):

- Penambahan beban, penggalian atau Erosi pada Kaki Lereng - Pembekuan dan pencairan es

- Hujan dan kenaikan tekanan air pori - Penurunan muka air cepat

- Getaran atau gempa bumi

Sumber lainnya menjelaskan pula tentang faktor-faktor penyebab tanah longsor (Istiati, 2008: 14-23) yaitu sebagai berikut:

1. Hujan

Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah akibat penguapan air dalam jumlah besar pada musim kering, air hujan tersebut akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaan tanah, maka tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi sebagai pengikat tanah.

2. Lereng terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180o apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220o. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Tanah jenis lempung rentan untuk pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.

4. Batuan yang kurang padat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikul, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila terjadi pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat di lereng terjal.

5. Jenis tata lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah longsor. Adapun daerah perladangan akar pohonnya tidak menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya di daerah longsoran lama.

6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.

7. Susut muka air danau atau bendungan

Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220o mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah biasanya diikuti dengan retakan.

8. Adanya beban tambahan

Beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama disekitar tikungan jalan pada daerah lembah.

9. Pengikisan erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi tebal.

10. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

11. Bekas longsoran lama

a. Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda. b. Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena

tanahnya gembur dan subur.

c. Daerah badan longsor bagain atas umumnya relatif landai. d. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.

e. Dijumpai tebing-tebing rekatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.

f. Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.

g. Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang Diskontinuitas (bidang tidak sinambung) Bidang tidak sinambung memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Bidang perlapisan batuan.

b. Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar.

c. Bidang kontak antara batuan yang reak-retak dengan batuan yang kuat. d. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan

yang tidak melewatkan air (kedap air).

e. Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

14. Daerah pembuangan sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan air hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal

Dokumen terkait