• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan

Kandasnya sebuah kapal dapat juga disebabkan oleh menabrak sebuah gundukan yang berada didasar laut. Maka dari itu peran penting seorang Nahkoda sangat berpengaruh, Nahkoda harus memperhatikan keadaan permukaan air pada saat pelayaran untuk menghindari kandas. Nahkoda harus menghindari permukaan air yang sedang surut dan juga harus memperhatikan apakah didalam permukaan air tersebut atau didasar air laut terdapat gundukan apa tidak yang dapat menyebabkan sebuah kapal kandas.

Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut, dan darat untuk mengangkut orang dan barang. Dalam perjalanannya dalam melakukan pengangkutan melalui udara, laut, dan darat sering mendapat halangan ataupun hal-hal yang menghambat pengangkutan tersebut. Salah satu hambatan ataupun halangan tersebut adalah kecelakaan.40

Kecelakaan (Accident) adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa kejadian atau musibah; yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak; terjadi sebelum, dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan; karena perbuatan

39

http://www.kalamanthana.com/2016/06/09/ini-penyebab-kenapa-sering-kapal-kandas-di-muara-jungkat/

40

Sinta Uli. Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara. Medan.USU Press. 2006. Hal.1

manusia atau kerusakan alat pengangkut sehingga menimbulkan kerugian material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak penumpang, bukan penumpang, pemilik barang, atau pihak pengangkut.41

The term safety is an overall term that can include both safety and health hazards. In the personel are, however, a distinction is usually made between them. Occupational safety refers to the condition of being safe from suffering or causing-hurt, injury, or loss in the workplace. Safety hazards are those aspects of the work environment that can cause burns, electrical shick, cuts, bruises, sprains, broken bones, and the loss of limbs, eyesight, or hearing. They are often associated with industrial equipment or the physical environment and involve job taks that require care and training. The harm is usualy immediate and sometimes violent. Occupational health refers to the condition of being free from physical, mental, or emotional disease or pain caused by the work environment that, over a period of time, can create emotional stress or physical disease.

Dalam pengangkutan apapun, keselamatan menjadi faktor penting demi menunjang kenyamanan dalam perjalanan. Keselamatan juga menjadi modal penting bagi berkembangnya usaha, terlebih dalam bidang jasa. Semua orang atau pengguna jasa angkutan pastinya sangat mementingkan keselamatan dalam memilih sebuah angkutan, karena keselamatan berhubungan erat dengan jiwa manusia.

Seperti kutipan Leon C. Megginson (1981:364) mengemukakan bahwa :

42

41

Muhammad Abdulkadir., op.cit. Hal. 225

42

Chung, Kae H., and Leon C. Megginson.Organizational Behaviour: Developing Managerial Skills. New York: Harper & Row Publishers. 1981. Hal. 364

Memang dalam tulisan tersebut lebih ditegaskan pada keselamatan kerja, tetapi ada sebuah tulisan tersebut yang menegskan bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Maka dalam sebuah pengangkutan keselamatan menjadi unsur yang sangat penting. Tidak menutup kemungkinan bahwa memang setiap orang ingin agar perjalanan mereka ke suatu tempat aman dan selamat, tanpa ada halangan dan hambatan.43

International Ship and Port Facility Security Code atau ISPS Code adalah merupakan aturan yang menyeluruh mengenai langkah-langkah untuk

Pada pembahasan sekarang ini Kecelakaan yang akan di bahas adalah mengenai kecelakaan yang terjadi pada angkutan laut. Kecelakaan yang dapat terjadi pada kegiatan pelayaran. Pelayaran itu sendiri dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan perairan, kepelabuhan, serta keamanan dan keselamatannya. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam menjalankan pengangkutan terlebih pengangkutan laut harus memperhatikan nilai keamanan dan keselamatan. Terlebih dalam angkutan laut, pihak penyedia moda angkutan laut harus memperhatikan aspek-aspek keamanan dan keselamatan yang terdapat didalam sebuah objek angkutan laut yaitu kapal.

Ada berbagai fasilitas ataupun aspek yang menunjang keamanan dan keselamatan pada angkutan laut. Dimulai dari pelampung,skoci,dan fasilitas keamanan kapal lainnya. Tetapi sekarang sudah ada peraturan Internasional yang mengatur tentang keamanan kapal.Peraturan tersebut dinamakan International Shipand Port Facility Security Code atau yang disingkat dengan ISPS Code.

43

Mangkunegara Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2013. Hal. 161

meningkatkan keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan, atau dapat dikatakan sebagai peraturan Internasional tentang keamanan kapal dana fasilitas pelabuhan, yang terdiri dari dua bagian, bagian A dan B. Bagian A terdiri berisi persyaratan wajib untuk pemerintah, kapal/perusahaan, dan fasiitas pelabuhan. Sedangkan bagian B berisi pedoman.

Adapun fasilitas ataupun kelengkapan keselamatan yang harus ada dalam sebuah kapal, sesuai dengan isi dari International Ship and Port Facility Security Code adalah :

a. Memastikan pelaksanaan terhadap seluruh tugas-tugas keamanan kapal. b. Pengawasan keluar masuk ke kapal.

c. Pengawasan terhadap naiknya orang-orang/personil-personilnya dan barang bawaannya.

d. Memantau areal terbatas untuk memastikan bahwa hanya orang-orang/personil-personil yang berwenang yang memiliki akses keluar masuk.

e. Memantau areal geladak dan areal sekeliling kapal. f. Mengawasi penanganan muatan dan perbekalan kapal.

g. Memastikan bahwa komunikasi keamanan ada dan siap digunakan.

Masih banyak lagi aspek keamanan kapal yang diatur dalam International Ship and Port Facility Security Code tersebut, untuk menunjang kelancaran serta keamanan dan kenyamanan kapal dalam hal pelayaran. Namun seringkali pihak-pihak tertentu tidak memperhatikan peraturan yang telah dibuat,terutama ISPS itu sendiri. Akibatnya masih sering terjadi kecelakaan yang dialami oleh sebuah

kapal. Akan tetapi, tidak semua kecelakaan kapal yang terjadi disebabkan oleh kesalahan teknis atau Human Error. Kecelakaan kapal dapat juga disebabkan oleh faktor alam. Dan masih ada lagi faktor yang menyebabkan kecelakaan pada angkutan laut terlebih pada kapal.

Menurut Ketentuan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Mahkamah Pelayaran dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada menteri Perhubungan, yang berfungsi untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan atas kecelakaan kapal.44

a. Faktor Manusia

Berikut akan diuraikan faktor-faktor penyebab dari kecelakaan angkutan laut, antara lain:

Kecelakaan yang terjadi atau dialami oleh angkutan umum terlebih angkutan laut, tidak lepas dari faktor manusia. Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar yang diantaranya adalah kecerobohan didalam menjalankan kapal, kurangnya kemampuan awak kapal dalam menguasai berbagai permasalahan yang timbul dalam operasional kapal.

Masih banyak awak kapal ataupun Nahkoda kapal yang menghiraukan aspek keselamatan pada saat pelayaran. Padahal sudah ada peraturan yang mengatur Nahkoda dan awak kapal untuk menjaga kenyaman dan keselamatan kapal yang dikemudikan. Sebelum berbicara mengenai faktor manusia yang menyebabkan kecelakaan pada angkutan laut, perlu di jelaskan terlebih dahulu pihak-pihak ataupun petugas-petugas yang mendukung kelancaran dan keselamatan pelayaran.

44

Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:45

Selain daripada Nahkoda kapal, pihak yang berperan dalam sebuah pelayaran adalah awak kapal. Awak kapal teridiri dari:

Sesuai dengan definisi dari Nahkoda itu sendiri, Nahkoda ialah pejabat yang bertanggung jawab dan memegang kekuasaan tertinggi dalam kapal. Artinya segala sesuatu baik mengenai pengoperasian, mekanisme kapal, ataupun keselamatan pada saat pelayaran, itu dipegang penuh oleh seorang nahkoda.

46

• Bagian Geladak (Deck Departement).

Awak kapal bagian geladak ini bertugas untuk navigasi (pelayaran).

• Bagian Kamar Mesin (Engineering Departement).

Kepala bagian mesin ini disebut “kepala kamar mesin” atau masinis kepala, tugasnya ialah menjalankan dan memelihara segala macam mesin, yang ada di kapal.

• Bagian Perbekalan (Catering Departement)

Bagian ini mempunyai dua seksi, yaitu: seksi masak dan seksi pelayanan. Bagian ini adalah besar, dan lebih luas lagi di kapal penumpang, dimana organisasinya menyerupai hotel.

• Urusan administrasi/keuangan.

Dalam kapal terkadang ditempatkan seorang petugas khusus yang mengurus administrasi/keuangan/muatan. Petugas ini disebut “Purser”.

45

Purwosutjipto, H.M.N,. Opcit. Hal. 115

• Urusan Kesehatan.

Pada kapal penumpang terdapat pula seorang dokter dan beberapa juru rawat.

• Markonis.

Hampir disetiap kapal ditempatkan satu atau beberapa orang markonis, yang bertugas menerima dan mengirimkan telegrap atau telepon radio.

Dari semua pihak yang berperan dalam sebuah pelayaran, sudah jelas bahwa masing-masing pihak sudah ada tugasnya sendiri. Dan sekali lagi para awak kapal tersebut bekerja berdasarkan perintah dari seorang Nahkoda kapal. Sering kali, kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh masing-masing pihak ataupun pihak tertentu menghiraukan perintah dari seorang Nahkoda kapal, serta kecelakaan kapal dapat terjadi karena kesalahan kordinasi antara Nahkoda kapal dengan awak kapal, yang mengakibatkan tidak berjalannya satu atau beberapa sistem kapal yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

a. Faktor Teknis

Kecelakaan yang dialami oleh sebuah kapal, dapat juga disebabkan oleh faktor teknis. Yang dimaksudkan dengan faktor teknis disini adalah masalah kurang cermatnya pembuat design kapal dalam membuat design kapal. Banyak kapal-kapal, terlebih kapal penumpang yang salah dalam hal design kapal tersebut. Ada juga faktor teknis dalam hal perawatan kapal telebih mesin kapal. Perawatan yang dilakukan terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah

dibuat, sehingga menyebabkan mesin kapal menjadi cepat panas dan mengakibatkan sebuah kapal dapat terbakar.47

b. Faktor Cuaca

Kecelakaan seringkali disebabkan oleh kondisi alam yang tidak bersahabat ataupun kondisi cuaca yang sedang buruk. Banyak Nahkoda yang menghiraukan kondisi cuaca pada saat pelayaran, padahal sudah ada laporan mengenai kondisi cuaca yang terjadi pada jalur pelayaran. Faktor cuaca disini dapat berupa angin yang sangat kencang, gelombang yang sedang meninggi, hujan yang sangat lebat, ataupun kabut yang dapat menghalangi jarak pandang dari Nahkoda tersebut. Serta arus yang sangat deras yang dapat mengakibatkan terganggu nya sistem navigasi dari sang Nahkoda.

Dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan laut diatas, maka jelaslah bahwa sebelum sebuah kapal melakukan sebuah pelayaran harus diperiksa terlebih dahulu kelengkapan serta perlengkapan dalam menunjang keselamatan dan kenyamanan dalam pelayaran, selanjutnya seorang Nahkoda harus bekerja sama ataupun Nahkoda harus meminta laporan cuaca dari BMKG pada jalur pelayarannya, agar terhindar dari cuaca buruk. Tetapi sebelum itu semua perusahaan penyedia transportasi laut harus menyeleksi Nahkoda dan awak kapal. Mereka harus mempunyai kompetensi dalam hal perkapalan agar sebuah kapal terhindar dari sebuah kecelakaan.

47

C. Pihak-Pihak Yang Bertanggung Jawab Terhadap Terjadinya

Dokumen terkait