• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Santunan Pada Penyandang Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Santunan Pada Penyandang Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Buku :

Elfrida Gultom, 2007, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi Nasional, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Tjakranegara Soegijatna, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Bandung : Penerbit Rineka Cipta

Abdulkadir Muhammad, 2013, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Cetakan Kelima

Purwosutjipto H.M.N, 2000, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 5, Jakarta : Penerbit Djambatan

Sution Usman Adji, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, PT Rinka Cipta, cet.2; Jakarta,1991, Hlm.26.

Hasim Purba, 2005,Hukum Pengangkutan Di Laut, Perspektif Teori dan Praktek, Medan : Pustaka Bangsa Press

Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, dkk, 2007, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta

Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa

Mangkunegara Anwar Prabu, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung :PT Remaja Rosdakarya

Santosa Djohari, 2004, Pokok-Pokok Hukum Perkapalan. Yogyakarta: UII Press Muhammad Abdulkadir, 2013, Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti

Purwosutjipto, H.M.N, 1985, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia:Hukum Pelayaran Laut dan Perairan Darat. Jakarta: Djambatan.

Sinta Uli, 2012,Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara. Medan : USU Press

(2)

Mangkunegara Anwar Prabu, 2013,Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

J.C.T.Simorangkir,Rudy Erwin,J.T Prasetyo, 2009, Kamus Hukum, Jakarta : Sinar Grafika

Muhammad Muslehuddin, 1999, Menggugat Asuransi Modern. Jakarta: PT Lentera Basritama

Sardjono Sapto, 1985, Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia,Jakarta :Simplex

Sri Rejeki Hartono, 2008,Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta : Sinar Grafika

Bagus Irawan, 2007, Hukum Kepailitan Perusahaan dan Asuransi, Bandung : Alumni

Kun Wahyu Wardana, 2009, Hukum Asuransi Proteksi Kecelakaan Transportasi, Bandung: Mandar Maju

Undang-Undang :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PP Nomor 17 Tahun 1965 Tentang Dana Pertanggungan bagi kecelakaan

penumpang

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran,

Internet :

https://id.wikipedia.org/wiki/Tenggelam

kbbi.web.id/tenggelam

(3)

PP No 17 Tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan

Penumpang

(4)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN

PADA PENYANDANG DISABILITAS PADA KECELAKAAN

ANGKUTAN LAUT

(Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH : Andre William NIM :120200446

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAN BW

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM

(5)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN

YANG DITERIMA OLEH PENYANDANG DISABILITAS

PADA KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT

(StudiPada PT. ASDP Indonesia Ferry CabangMerak)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dalam memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

OLEH : Andre William NIM : 120200446

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA Disetujui oleh:

Ketua Departemen Hukum Perdata

NIP: 196603031985081001 Prof. Dr. H. HasimPurba SH, M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. H. Hasim Purba SH, M.Hum

NIP: 196603031985081001 NIP. 197005192002122002 Aflah SH. M. Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(6)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUAN YANG DITERIMA OLEH PENUMPANG PENYANDANG DISABILITAS

PADA KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT (Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak)

ABSTRAK

Andre William * Hasim Purba **

Aflah**

Perusahaan angkutan laut bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan yang diangkut diatas kapal. Tanggung jawab yang dimaksud dapat berupa kematian atau lukanya penumpang yang diangkut, musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut, keterlambatan angkutan penumpang, serta kerugian pihak ketiga. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah bagaimana penerapan pemberian santunan bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, bagaimanakah perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, bagaimanakah tanggung jawab PT. ASDP Terhadap penumpangpenyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan angkutan laut.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.

Penerapan pemberian santunan bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut adalah sama dengan penumpang lainya yang memiliki tiket. Adanya tiket penumpang kapal laut tersebut, maka menimbulkan hak dan kewajiban para pihak. Pengangkut mulai bertanggung jawab atas penumpang maupun barang yang diangkut. Sebelum penumpang naik ke dalam kapal laut, penumpang tersebut harus membayar lunas biaya angkutan. Selain membayar biaya angkutan, penumpang juga harus membayar iuran wajib yang dibayar secara bersamaan dengan pembayaran angkutan. Perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut adalah penumpang memiliki hak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Penumpang juga berhak mendapatkan ganti rugi apabila ada hak-haknya yang tidak terpenuhi.. Tanggung jawab PT. ASDP terhadap penumpang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan angkutan laut adalah bertangggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang yang diangkutnya dan mengasuransikan semua penumpang sehingga jika terjadi kecelakaan atau musibah semua penumpang yang terdaftar dalam manifest akan mendapatkan santunan yang besarnya telah diatur dan ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Kata Kunci : Santunan, Disabilitas, Angkutan Laut. .

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena

berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Telah menjadi Kewajiban bagi setiap mahasiswa yang hendak menyelesaikan

studinya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan

menyelesaikan suatu skripsi, dan untuk itu penulis melakukan kewajiban

sebagaimana mestinya untuk menyusun suatu skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN YANG DITERIMA

OLEH PENYANDANG DISABILITAS YANG MENGALAMI

KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT (Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak)”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang setulusnya kepada para pihak yang telah memberikan dukungan,

pengetahuan serta doanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Serta secara

khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum., Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(8)

5. II yang mana telah berkenan untuk meluangkan waktu untuk membantu

dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum., Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Dr. Hasyim Purba, SH, M.Hum, Selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan pengetahuan beliau untuk membimbing,

mengarahkan dan memeriksa skripsi ini agar menjadi lebih baik.

8. Ibu Aflah, SH, M.Hum, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta masukan dalam

penulisan skripsi ini.

9. Dan seluruh para staf pengajar, staf, pegawai, staf pendidikan serta staf

kepustakaan yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

10.Kepada yang tercinta Bapak dan Mama saya, Jack Silaban dan Esther

Meyliana Sitompul yang telah memberikan dorongan moril, keuangan

serta tenaga dalam masa perkuliahan saya sehingga saya dapat

menyelesaikan perkuliahan saya dengan baik.

11.Kepada adik saya Angel Silaban yang ikut serta memberikan semangat

dalam perkuliahan saya.

12.Kepada tulang Nelson dan tulang Ferdinand yang terus menerus

memberikan nasehat kepada saya agar dapat menyelesaikan kuliah saya

dengan baik.

(9)

14.Kepada yang tersayang Jane Kembarini Barus yang memberikan saya

nasehat serta dorongan moril ketika saya mengerjakan skripsi ini.

15.Kepada teman-teman seperjuangan saya dari semester 1, Yesaya Valianto

Simanjuntak dan Anhari Nafiz Nasution yang banyak membantu saya dari

awal kuliah hingga akhir perkuliahan.

16.Kepada Dedi Kurnia Ginting yang dari awal saya mengerjakan skripsi

hingga akhir pengerjaan skripsi tetap membantu dan memberikan

dorongan kepada saya.

17.Kepada teman-teman yang tergabung dalam Grup Kedai Kopi Nations

yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang selalu menemani saya

disaat susah maupun senang.

18.Serta teman-teman seperjuangan stambuk 2012 yang telah menjadi bagian

dari saya selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diterima dengan

tangan terbuka demi kebaikan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Akhir

kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tuhan memberkati, melindungi

dan menyertai kita semua.

Medan, Februari 2017

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..……. i

DAFTAR ISI……….….… ii

ABSTRAK………....………… iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….…….. 1

B. Permasalahan………..…..………. 13

C. Tujuan Penulisan………... 13

D. Manfaat Penulisan……….………….... 14

E. Metode Penelitian……….. 15

F. Sistematika Penulisan……….17

G. Keaslian Penulisan……….………. 18

BAB II ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT A. Jenis-Jenis Kecelakaan Angkutan Laut………. 20

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Angkutan Laut………..… 30

(11)

BAB III SANTUNAN PADA PENGANGKUTAN LAUT

A. Jenis-Jenis Santunan Pada Angkutan Laut………. 43

B. Alasan Pemberian Santunan Pada Pengangkutan Laut………...……... 52

C. Cara memperoleh Santunan Pada Angkutan Laut………….……….... 58

D. Pihak-Pihak Yang Berhak Mendapatkan Santunan

Atas Kecelakaan Pada Angkutan Laut……….…… 60

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN PADA PENYANDANG DISABILITAS KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT (Studi Pada PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Merak)

A. Penerapan Santunan Bagi Penyandang

Disabilitas pada Kecelakaan Angkutan Laut………. 67

B. Perlindungan Hukum Bagi Penyandang

Disabilitas pada Kecelakaan Angkutan Laut………. 83

C. Tanggung jawab PT. ASDP Terhadap Penumpang

Penyandang Disabilitas yang Mengalami

Kecelakaan Angkutan Laut……….….. 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN……….. 97

B. SARAN……….. 98

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi bagi bangsa Indonesia merupakan hal terpenting dalam

menunjang kehidupan masyarakat, yang erat kaitannya dengan perekonomian

masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan transportasi di Indonesia tidak

luput dari mobilitas ataupun kepentingan dari masyarakat itu sendiri.Mulai dari

kepentingan yang bersifat ekonomi, maupun kepentingan yang sifatnya sosial

budaya. Ada tiga macam transportasi yang dikenal di Indonesia ini, yaitu

Transportasi Darat, Transportasi Udara, dan Transportasi Laut. Itu dikarenakan

Indonesia memiliki kawasan darat, udara, dan laut.1

Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan

Pancasila, transportasi, memiliki posisi yang penting dan strategis dalam

pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin

pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah.2

Menyadari peranan transportasimaka pelayaran sebagai salah satu modal

transportasi, penyelenggaraannya harus ditata dalam satu kesatuan sistem

transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa

transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan

1

Elfrida Gultom, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi

Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 207, hal.2-3

2

(13)

angkutan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman, dan efisien

dengan biaya yang wajar serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.3

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berciri nusantara

yang disatukan oleh wilayah perairan sangat luas dengan batas-batas, hak-hak,

dan kedalaulatan yang ditetapkan oleh undang-undang.4

Indonesia juga memiliki ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai

Merauke, tentunya sangat memerlukan alat transportasi udara dan laut. Oleh

karena keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang perkembangan

transportasi udara di tiap pulau di Indonesia, maka dipilihlah transportasi laut

untuk melakukan kegiatan atau aktivitas yang sifatnya ekonomi maupun sosial

budaya. Meskipun pada kenyataannya masyarakat masih lebih memilih

menggunakan transportasi udara dengan alasan cepat.Keberadaan transportasi laut

bukanlah wajah baru bagi dunia transportasi di Indonesia.Transportasi laut atau

bisa juga dikatakan sebagai angkutan laut sudah dikenal sejak zaman penjajahan

dahulu.Nenek moyang kita menggunakan transportasi laut sebagai sarana untuk

menyalurkan hasil bumi ke seluruh Indonesia.Para Penjajahpun datang ke

Indonesia dengan menggunakan transportasi laut.Maka dari itu transportasi laut

atau bisa dikatakan juga sebagai angkutan laut termasuk angkutan yang terbilang

terkenal dari zaman dahulu.Keberadaan angkutan laut di Indonesia ini sangatlah

vital dikatakan vital karena didasari oleh berbagai faktor baik geografis maupun

3Ibid

, Hal. 25

4

(14)

kebutuhan yang tidak dapat dihindari dalam rangka pelaksanaan pembangunan

ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.5

Berbicara mengenai transportasi, erat kaitannya dengan angkutan atau

pengangkutan. Menurut beberapa ahli penganngkutan adalah merupakan

Memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat lain dengan maksud

untuk meningkatkan guna dan nilai.6

Menurut HMN. Poerwosutjipto mengatakan bahwa: “Pengangkutan adalah

perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut

mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang

dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim

mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.7

Sedangkan Abdul Kadir Muhammad mengatakan bahwa: “Pengangkutan

adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang kedalam

pengangkutan,membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat

tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkut ke tempat

yangditentukan.”8

5

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Cetakan Kelima, 2013, hal.30

6

H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 3, Penerbit Djambatan, Jakarta,;2001. Hal. 1

7

Purwosutjipto H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 5, Penerbit Djambatan;Jakarta ,2000.Hlm.10

8

Muhammad Abdul Kadir, Hukum Pengangkut Darat, laut dan Udara, Cipta Aditya Bahkti; Jakarta,1991, Hlm.18.

(15)

Menurut Sution Usma Adji, bahwa pengangkutan adalah: ”Sebuah

perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk

menyelenggarakanpengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu

dengan selamat tanpa berkurang jumlah dari barang yang dikirimkan, sedangkan

pihak lainnya (pengirim atau penerima) berkeharusan memberikan pembayaran

biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.”9

• Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan), yakni pihak yang

berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak

atas penerimaan tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan

Dalam pengangkutan kita bisa melihat siapa saja yang menjadi pihak yang

terkait dalam perjanjian pengangkutan, menurut Hasim Purba dalam perjanjian

pengangkutan barang pihak yang terkait terdiri dari:

• Pihak pengguna barang (pengguna jasa angkutan) yakni pihak yang

berkewajiban untuk membayar kewajiban tarif angkutan sesuai yang telah

disepakati dan berhak memperoleh pelayanan jasa angkutan atas barang

dikirimnya

• Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan) yakni sama dengan

pihak pengrim barang dalam hal ini penerima dan pengirim adalah

9

(16)

merupakan subjek berbeda. Namun ada kalanya pihak pengirim barang

juga sebagai pihak penerima barang yang diangkut ketempat tujuan.10

• Sedangkan dalam hal penumpang, maka pihak yang terkait adalah:

• Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yakni pihak yang

berkewajiban memberikan jasa pelayanan jasa angkutan penumpang dan

berhak atas penerima pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang

ditetapkan.

• Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan) yakni pihak yang berhak

mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban

untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang ditetapkan.11

Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem hukum yang mempunyai

unsur-unsur sistem, yaitu:12

• Subjek (pelaku) hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak dalam perjanjian

dan pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan.

• Status pelaku hukum pengangkutan, khususnya pengangkut selalu

berstatus perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum.

• Objek hukum pengangkutan, yaitu proses penyelenggaraan pengangkutan.

• Peristiwa hukum pengangkutan, yaitu proses penyelenggaraan

pengangkutan.

10Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut, Perspektif Teori dan Praktek,

Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, Hal. 3

11Ibid

, Hal.4

12

(17)

• Hubungan hukum pengangkutan, yaitu hubungan kewajiban dan hak

antara pihak-pihak dan mereka yang berkepentingan dengan

pengangkutan.

Dalam peningkatan permintaan jasa angkutan oleh masyarakat harus

diimbangi dengan sistem penyelenggaraan angkutan yang dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat secara terpadu. Adapun jenis-jenis pengangkutan dalam

pengangkutan barang maupun penumpang yakni :

• Pengangkutan Darat

Pengangkutan darat dapat dilakukan dengan beberapa jenis yaitu dengan

kendaraan bermotor di jalan raya maupun kereta api. Adapun yang dapat diangkut

melalui angkutan darat adalah barang dan orang, sedangkan sifatnya dari

pengangkutan darat itu sendiri adalah fleksibel, luwes dan praktis serta tidak

banyak formalitasnya. Peraturan pengangkutan barang secara umum melalui darat

ada diatur dalam buku I bab ke-5 bagian ke-3 KUH Dagang, mengatur secara

umum tentang pengangkutan barang saja yang menegaskan tentang pengangkutan

yang melalui darat dan nahkoda-nahkoda yang melayari sungai-sungai di

pedalaman termasuk terusan dandanau.

Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengangkutan

melaluidarat, antara lain:

1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tenatang lalu lintas dan angkutan

jalan. Undang tersebut dilengkapi dengan beberapa peraturan pelaksana:

a. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan

(18)

b. Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan dan

Kendaraan bermotor di jalan;

c. Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

lintas jalan;

d. Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan

Bermotor

2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yaitu Buku I, Bab V,

bahagian 2 dan 3. dari Pasal 90 sampai Pasal 98, peraturan ini mengatur

tentang pengangkutan barang

3. Undang-Undang No 6 Tahun 1984 tentang Pos, Undang-Undang No 13

Tahun 1969 tentang konstitusi perhimpunan pos sedunia, Undang-Undang

No.5 Tahun 1964 tentang telekomunikasi,Peraturan Pemerintah No 35

Tahun 1965, Undang-Undang No 10 Tahun 1969 tentang Konvensi

International Telecomunication Union Di Montreux 1965.

4. Undang-Undang No 13 Tahun 1992 tentang Perkereta Apian.

• Pengangkutan Udara

Pengangkutan udara merupakan sarana transportasi yang mengangkut

barang dan penumpang melalui lalu lintas udara, yang melintasi batas wilayah

peraturan maupun negara. Pengangkutan udara ini dengan menggunakan pesawat

udara atau pesawat terbang.

Peraturan pokok yang mengatur tentang pengangkutan udara di Indonesia

adalah Ordonans Pengangkutan Udara (luchtvervoer OrdonantieStb 100-1939)

(19)

di Warsawa tanggal 12 Oktober 1929, akan tetapi ketentuan OPU ini tidak semua

pengangkutan udara ini tunduk pada OPU ini.17Tanggung jawab pengangkut

udara pada umumnya dikenal dengan 2 macam jenis, yaitu:

1. Presumtion of liabilty

2. Limitation of liability13

Pertanggung jawaban pengangkutan penumpang dan barang bawaan

berlaku Presumtion of Liability, sedangkan mengenai bagage ditempatkan pada

Limitation of Liability. Dalam pengangkutan udara kita harus memiliki

surat/dokumen pengangkutan udara, yaitu: tiket penumpang, tiket bagasi dan surat

muatan, hal ini diatur didalam OPU, dalam hal ini surat/dokumen harus dimiliki

oleh pemakai pengangkutan udara ini karena surat/dokumen sebagai bukti bahwa

barang tersebut adalah miliknya agar dia dapat mengajukan klaim kepada pihak

pengangkut apabila adanya kesalahan terhadap pengangkut yang tunduk terhadap

perjanjian OPU.

Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengangkutan udara

adalah:

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009.

2. Luchtvervoer Ordonantie(Stb. 1939-100), tentang Ordonansi Pengangkutan Udara.

3. Luuchtversverkeersverrodening(Stb. 1936-426), yang mengatur tentang lalu lintas udara, misalnya: pnerangan, tanda dan isyarat yang harus

digunakan dalam penerbangan.

13

(20)

4. Luchtvaartquarantie Ordonantie(Stb.1936-149, Jo Stb.1939-150) yang mengatur tentang persoalan-persoalan pencegahan disebarkan penyakit

oleh penumpang pesawat terbang.

5. Verodening Toezicht Luchtvaart (Stb. 1936-426) tentang pengawasan penerbangan.

• Pengangkutan Laut

Pengangkutan laut ini sama halnya dengan pengangkutan udara yang

dapatmelintasi lintas batasa negara, tetapi peruntukannya lebih luas, seperti

ekspor-impor minyak, “Hukum Laut” itu mempunyai banyak Facet dan bidang

yang beraneka warna, tidak hanya dalam hubungan nasional, tetapi juga dalam

hubungan Internasional.14

Karena Laut adalah merupakan sebagian dari isi dari permukaan bumi dan

penuh risiko ketidakpastian maka sifat hukum laut adalah sebagai pelengkap,

kalau sesuatu yang semula dapat diatur, maka ketentuan-ketentuan yang sifatnya

mutlak, yang artinya ketentuan tersebut tidak dapat dikesampingkan.15

Adapun peraturan peraturan yang mengatur tentang pengangkutan laut ini adalah: Dalam pengangkutan di laut ini kita akan menggunakan Kapal, dengan ini

kita harus mengetahui apa yang menjadi pengertian kapal tersebut. Dalam Pasal

309 ayat (1) KUH Dagang, kapal adalah semua perahu dengan nama apapun, dan

dari macam apapun juga, ayat (2) segala yang diaggapi meliputisegala alat

perlengkapannya.Sedangkan Pasal 310, kapal laut adalah kapal yang dipakai

untuk pelayaran laut atau yang diperuntukan untuk itu.

14

Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta; Jakarta, 2007, Hal. 215

15Ibid

(21)

- Undang-Undang No 18 Tahun 2007 tentang pelayaran.

- KUH Dagang buku II bab V tentang charter kapal.

- KUH Dagang buku II bab VA tentang pengangkutan barang.

- KUH Dagang buku II bab VB tentang pengangkutan orang.

Dalam transportasi laut, salah satu faktor yang terpenting adalah

kapal.Karena pengangkutan barang atau penumpang yang melalui transportasi

laut, membutuhkan kapal sebagai pendukungnya.Selain dapat memuat muatan

yang cukup besar, kapal juga memiliki perlengkapan dan alat kelengkapan yang

lebih memadai. Adapun yang dimaksud dengan kapal adalah kendaraan air

dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga

mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya

dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan

bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.16

Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka disusunlah

Undang-undang(UU)tentang Pelayaran, yang merupakan penyempurnaan dan kodifikasi,

agarpenyelenggaraan pelayaran dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

kepada seluruh rakyat, bangsa dan negara, memupuk dan mengembangkan jiwa

bahari, dengan mengutamakan kepentingan umum, dan kelestarian lingkungan,

koordinasi antara pusat dan daerah serta antara instansi, sektor, dan antar unsur

terkait serta pertahanan keamanan negara.17

16Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran 17Ibid

(22)

Jika berbicara mengenai kapal, erat kaitannya dengan adanya

penumpang.Penumpang tersebut berasal dari suatu perjanjian terikat yang terdapat

dalam tiket.Baik penumpang maupun Pihak yang menyediakan sarana transportasi

laut seperti PT. ASDP telah mengikatkan Hak dan Kewajibannya

masing-masing.Dalam angkutan laut, penumpang menjadi tanggung jawab yang sangat

penting, itu dikarenakan kemungkinan resiko atas suatu kecelakaan kapal.Sudah

menjadi tanggung jawab PT. ASDP untuk menanggung resiko yang dialami para

penumpang angkutan laut. Atau dengan kata lain antara penumpang dengan

penyedia jasa angkutan laut mempunyai hubungan hukum antar keduanya, atas

dasar mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu prestasi dari yang lain, yang

lain berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi.18

18

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1996, hal. 1.

Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat, maka penggunaan

akan transportasi akan semakin meningkat terlebih transportasi laut. Tetapi

perkembangan kebutuhan atau perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak di

barengi dengan perkembangan sarana dan prasarana keselamatan transportasi

laut.Masih banyak terjadi kecelakaan terhadap angkutan laut, Kecelakaan tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor.Ada yang disebabkan oleh kondisi kapal yang

tidak layak jalan, faktor teknis, human error dan lain-lain. Kecelakaan tersebut

tidak lepas dari adanya korban,baik korban yang mengalami luka-luka, korban

yang meninggal dunia, maupun korban yang mengalami trauma. Korban tersebut

(23)

Perusahaan angkutan laut bertanggung jawab atas keselamatan dan

keamanan yang diangkut diatas kapal.Tanggung jawab yang dimaksud dapat

berupa kematian atau lukanya penumpang yang diangkut, musnah, hilang, atau

rusaknya barang yang diangkut, keterlambatan angkutan penumpang, serta

kerugian pihak ketiga.19

Penyedia jasa angkutan laut sudah mempunyai fasilitas yang disediakan

untuk para penumpang penyandang disabilitas..Tentunya fasilitas yang disediakan

cukup berbeda dari fasilitas yang diberikan kepada penumpang pada

umumnya.Pelayanan yang diberikan juga berbeda pada umumnya. Sesuai dengan

bunyi pasal 42 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran bahwa,

perusahaan angkutan di perairan wajib memberikan fasilitas khusus dan

kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak dibawah usia 5(lima)

tahun,orang sakit, dan orang lanjut usia. Maka dari itulah, pihak penyedia

angkutan laut berhak sepenuhnya dalam memberikan pelayanan bagi penumpang Biasanya tanggung jawab dari pihak yang menyediakan

jasa angkutan laut bagi penumpang yang mengalami luka-luka atau cacat

sementara akan ditanggung biaya pengobatan sampai sembuh. Jika suatu

kecelakaan kapal menimbulkan korban jiwa, maka pihak keluarga korban yang

meninggal dunia akan mendapatkan santunan yang diberikan oleh pihak penyedia

jasa angkutan laut seperti PT. ASDP. Santunan itu sendiri bermacam-macam jenis

dan jumlahnya, tergantung dari kebijakan penyedia jasa angkutan laut.Tetapi

dalam perkembangannya, terdapat penumpang yang mempunyai keterbatasan

mental atau cacat fisik, atau yang sering kita sebut sebagai penyandang disabilitas.

19

(24)

penyandang disabilitas.Pelayanan ataupun pemberian fasilitas bagi penumpang

penyandang disabilitas juga tanpa dipungut biaya.Karena fasilitas ataupun

pelayanan yang diberikan oleh pihak angkutan laut sudah menjadi kewajiban yang

dimuat dalam sebuah tiket tersebut.

B. Permasalahan

Berdasarkan alasan pemilihan judul dan uraian latar belakang, maka dapat

dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dikemukakan dalam skripsi

ini, yaitu :

1. Bagaimanakah penerapan pemberian santunan bagi penyandang

disabilitas pada kecelakaan angkutan laut ?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas

pada kecelakaan angkutan laut ?

3. Bagaimanakah tanggung jawab PT. ASDP Terhadap

penumpangpenyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan

angkutan laut ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir penulis

dan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Universitas

Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan

diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui seperti apa penerapan pemberian santunan bagi

(25)

2. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum bagi

penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut.

3. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab PT. ASDP terhadap

penumpang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan

angkutan laut.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan seumbangan pemikiran terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap ilmu

pengetahuan hukum.

b. Diharapkan dapat memberikan refrensi untuk pengembangan

penelitian terhadap santunan bagi penyandang disabilitas pada

kecelakaan angkutan laut.

c. Dapat memberikan gambaran tentang pemberian santunan bagi

penumpang penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut.

2. Secara Praktis

a. Untuk mengembangkan pola pikir dan mengetahui kemampuan

penulis untuk menetapkan ilmu yang di peroleh.

b. Untuk memberikan masukan bagi pihak yang bersangkutan tentang

pemberian santunan pada penumpang penyandang disabilitas pada

(26)

E. Metode Penelitian

Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode” tang berarti “jalan ke”; namun

demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan

kemungkinan-kemungkinan, sebagai berikut:20

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian,

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.

Terhadap pengertian metodologi, biasanya diberikan arti-arti, sebagai berikut:21

1. Logika dari penelitian ilmiah,

2. Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian,

3. Suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian.

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian hukum

yang digunakan penulis meliputi:

1. Yuridis Normatif (Penelitian Perpustakaan/Library Research)

Jenis penilitian ini adalah penelitian yang menunjukan perpustakaan

sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian.Sebenarnya suatu penelitian

mutlak menggunakan kepustakaan sebagai sumber data sekunder.Di tempat inilah

diperoleh hasil-hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sangat berguna bagi

mereka yang sedang melaksanakan penelitian.Peneliti dapat memilih dan

menelaah bahan-bahan kepustakaan hukum yang diperlukan guna dapat

memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang dilaksanakan.22

20

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 2008, hal. 5

21

Ibid., hal. 5-6

22

(27)

1. Yuridis Empiris (Penelitian Lapangan/Field Research)

Penelitian ini menunjukan lapangan atau kancah adalah tempat para

peneliti untuk mendapatkan data primer.Peneliti tidak seyogianya tidak hanya

mencukupkan data sekunder yang telah diperoleh dari kepustakaan.Kelengkapan

data sangat menentukan hasil penelitian yang diperoleh.23

Berdasarkan fokus penelitiannya, penelitian hukum dibagi lagi menjadi

beberapa jenis, Abdulkadir Muhammad dalam bukunya membagi penelitian

hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang dibagi berdasarkan fokus

penelitiannya. Penjelasan mengenai jenis penelitian tersebut adalah sebagai

berikut :

Adapun metode penelitian lapangan (yuridis empiris) penulis lakukan dengan metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan

pimpinan atau staf di PT. Pelni Jakarta untuk mendapatkan informasi yang akurat,

nyata, dan benar.

24

a. Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum,

misalnya dengan rancangan undang-undang, pokok kajiannya

adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang

berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap

orang, sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada

inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum,

penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum, 23

Ibid., hal. 21

24

(28)

taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah

hukum.

b. Penelitian hukum empiris menggunakan studi kasus hukum

empiris berupa perilaku hukum masyarakat, pokok kajiannya

adalah hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat.

Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak pada hukum

positif yang tertulis, melainkan hasil observasi di lokasi penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan serta memahami pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

penulis membuat rancangan sistematika yang memuat tentang beberapa pokok

bahasan yang kemudian diuraikan menjadi beberapa bagian yang lebih khusus

sub-sub pokok bahasan. Secara sistematis skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab dan

masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, dengan uraian sebagai

berikut :

Bab I (Pendahuluan), berisi mengenai hal-hal yang bersifat umum, yaitu

mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penelitian,sistematika penulisan, dan keaslian penulisan.

Bab II (Analisa Karakteristik Kecelakaan Angkutan Laut), berisi tentang

jenis-jenis kecelakaan pada angkutan laut, faktor-faktor penyebab terjadinya

kecelakaan pada angkutan laut, dan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap

(29)

Bab III (Santunan Pada Pengangkutan Laut), membicarakan tentang

jenis-jenis santunan pada angkutan laut, alasan pemberian santunan pada pengangkutan

laut, cara memperoleh santunan pada angkutan laut, dan pihak-pihak yang berhak

mendapatkan santunan atas kecelakaan pada angkutan laut.

Bab IV (Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Santunan Pada

Penyandang Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut, yang akan dibahas

seluruh rangkaian teoritis dari bab-bab sebelumnya yang dirangkai dengan

data-data yang didapat di dalam praktek atau lapangan, yaitu pada PT. ASDP cabang

Merak. Didalamnya dibahas mengenai penerapan santunan bagi penyandang

disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, perlindungan hukum bagi penyandang

disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, dan tanggung jawab PT. ASDP

terhadap penumpang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan

angkutan laut.

Bab V (Kesimpulan dan Saran), berisi tentang kesimpulan dari

uraian-uraian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan sekaligus memberikan

beberapa saran yang dianggap perlu yang berhubungan dengan penulisan skripsi

ini.

G. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di perpustakaan Universitas

Sumatera Utara, belum pernah ada penulisan mengenai “Tinjauan Hukum

Terhadap Pemberian Santunan Yang Diterima Oleh Penumpang Penyandang

Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut (Studi pada PT. ASDP Indonesia

(30)

pemberian santunan kepada penumpang penyandang disabilitas pada kecelakaan

angkutan laut, dan perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada

kecelakaan angkutan laut, serta tanggung jawab PT. ASDP terhadap penumpang

penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut.

Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur dan data-data yang

berkaitan dengan Pemberian Santunan Pada Penyandang Disabilitas Pada

Kecelakaan Angkutan Laut, karena itu keaslian penulisan ini terjamin adanya,

kalaupun kutipan-kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor

pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang sangat diperlukan didalam

penyempurnaan penulisan ini. Oleh karena itu penulisan ini merupakan asli hasil

(31)

BAB II

ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN LAUT A. Jenis-Jenis Kecelakaan Angkutan Laut

Berbicara mengenai angkutan laut, erat kaitannya dengan kapal yang

menjadi salah satu alat transportasi yang digemari masyarakat Indonesia. Sudah

menjadi pihak penyedia kapal atau penyedia angkutan laut untuk merawat

kapal,menjaga kenyaman dan keamanan kapal. Baik sebelum berlayar, sedang

berlayar, ataupun sesudah berlayar.Itu dikarenakan angkutan lautlah yang

memiliki resiko kecelakaan yang cukup tinggi.Baik penumpang maupun awak

kapal bisa terancam nyawanya apabila kapal tersebut tidak layak jalan.

Berbicara mengenai kecelakaan erat kaitannya dengan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, atau yang sering disebut dengan (K3). Prinsip K3 tersebut dibuat

dengan maksud untuk memberikan jaminan ataupun perlindungan pada setiap

pekerja yang melakukan pekerjaan. Prinsip K3 tersebut juga dibuat dengan

berbagai macam tujuan, antara lain :25

• Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

baik secara fisik, sosial, maupun psikologis.

• Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,

seefektif mungkin.

• Agar semua hasil produksi di pelihara keamananya.

• Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai.

25

(32)

• Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

• Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau konsisi kerja.

• Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Sesuai dengan tujuan yang dibuatnya prisnsip keselamatan dan kesehatan

kerja tersebut, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa, agar terjadi peningkatan

pekerjaan ditinjau dari hasil kerjanya, serta agar membuat para pekerja merasa

terlindungi pada saat melakukan pekerjaan, dan agar setiap pekerjaan yang

dilakukan terhindar dari segala macam kecelakaan.

Untuk menghindari kecelakaan juga, perusahaan dalam mengawasi pekerjanya

harus memperhatikan beberapa hal, agar terhindar dari segala kecelakaan :

• Harus memeriksa apakah calon pegawai ataupun pekerja dalam keadaan

sehat atau tidak. Artinya dari mulai alat indera, stamina, emosi, motivasi

harus diperhatikan.

• Pemakaian peralatan kerja harus digunakan secara benar.

• Keadaan lingkungan kerja harus memungkinkan, artinya lingkungan kerja

harus terhindar dari segala bahaya yang dapat mengancam keselamatan

kerja.

Masih banyak lagi hal-hal yang harus diperhatikan untuk menghindari

terjadinya kecelakaan. Terkadang semua aturan mengenai keselamatan kerja tetap

dilakukan, tetapi masih saja kecelakaan dapat terjadi. Itulah sebabnya semua

(33)

Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan menimpa siapa

saja.Maka dari itu sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga

kenyaman dan keselamatan pada saat berlayar. Awak kapal maupun pihak yang

menyediakan angkutan laut tersebut harus memperhatikan kelayakan kapal,

apakah kapal tersebut dalam keadaan layak atau tidak untuk berlayar, juga

memeriksa kelengkapan dan perlengkapan dalam menunjang keselamatan pada

saat berlayar apakah semua sudah memenuhi standard operasional apa

belum.Sedangkan para penumpang wajib menjaga perlengkapan dan kelengkapan

keselamatan didalam kapal agar tidak rusak ataupun dicuri, serta para penumpang

wajib mengikuti semua peraturan yang telah dibuat oleh penyedia jasa angkutan

laut, selama berlayar.

Kecelakaan dalam pelayaran harus menjadi tanggung jawab seluruh pihak

yang terkait dalam praktek pelayaran.Salah satu pihak yang turut bertanggung

jawab dalam kecelakaan yangvterjadi pada suatu kapal adalah Nahkoda

ataupunawak kapal dari kapal tersebut. Dalam KUHD disebutkan dalam pasal 341

bahwa Nahkoda adalah pemimpin kapal. Sehingga sebagai pemimpin kapal,

diharapkan Nahkoda dapat memenuhi pertanggung jawabannya seperti yang

diisyaratkan oleh Undang-Undang.26

Kecelakaan yang terjadi pada saat berlayar ada berbagai macam jenis dan

faktor penyebabnya. Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu Jenis-Jenis

Kecelakaan, yaitu :

26

(34)

1. Tenggelam

Menurut beberapa literatur secara garis besar yang disebut dengan tenggelam

adalah kematian yang disebabkan mati lemas (kekurangan napas) ketika cairan

menghalangi kemampuan tubuh untuk menyerap oksigen dari udara hingga

menyebabkan asfiksia.27

Tetapi dalam pembahasan ini bukanlah tenggelam yang di terangkan diatas,

melainkan tenggelam yang dialami oleh sebuah kapal ataupun angkutan laut yang

kadang kala terjadi dalam sebuah pelayaran. Yang dimaksudkan dengan

tenggelam disini ialah peristiwa masuknya badan kapal sebagian atau seluruhnya

yang mengakibatkan sebuah kapal tidak dapat lagi berlayar atau

beroperasi.Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud

dengan tenggelam ialah masuk terbenam didalam air.28

a. Faktor Cuaca

Peristiwa tenggelamnya sebuah kapal dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu :

Dalam sebuah pelayaran yang dilakukan oleh sebuah kapal, cuaca sangat

berpengaruh dalam kelancaran dan keamanan kegiatan pelayaran tersebut. Sering

kali cuaca yang tidak mendukung menyebabkan terhambatnya ataupun

mengganggu kegiatan pelayaran. Bahkan jika sebuah kapal melakukan pelayaran

ditengah cuaca yang sedang buruk, akan menyebabkan kecelakaan.

(35)

Seperti yang dialami oleh Pelayaran yang dilakukan pada tanggal 14-15 April

1912 dilautan Atlantis, sebuah kapal yangbernama Titanic tenggelam yang

disebabkan oleh cuaca yang sangat buruk.29

Selain peristiwa yang terjadi di Samudera Atlantis, peristiwa

tenggelamnya sebuah kapal yang disebabkan oelh faktor cuaca juga terjadi di

Indonesia. Yakni peristiwa yang terjadi di Denpasar pada perairan Jungut Batu,

Nusa Lembongan, Klungkung Bali. Sebuah kapal yang berkapasitas 40 orang itu

tenggelam yang disebabkan oleh cuaca yang buruk, dan memaksa gelombang

tinggi untuk menghantam kapal tersebut.

Pada saat itu Titanic berlayar dalam kondisi cuaca yang sedang berkabut

sehingga mengganggu pandangan dari sang Nahkoda kapal, pada saat yang

bersamaan iklim pada saat itu sedang mempertemukan LabradorCurrent dan the Gulf Stream atau pertemuan dua air dingin dan hangat yang menyebabkan arus yang sangat deras, serta pada saat pelayaran tersebut sedang mengalami musim

dingin yang menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan es di Samudera Atlantis

tersebut.

30

Masih banyak lagi kejadian-kejadian tenggelamnya sebuah kapal yang

disebabkan oleh cuaca buruk yang terjadi di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Pada intinya sebelum melakukan pelayaran seorang Nahkoda wajib memeriksa

informasi kondisi cuaca maupun iklim yang terjadi pada jalur pelayaran.

Informasi mengenai cuaca dan iklim dapat diterima Nahkoda kapal dari Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dan memang Perusahaan Angkutan Laut

29

https://bunkimliong.blogspot.co.id/2012/08/penyebab-penyebab-tenggelamnya-kapal.html

30

(36)

harus mengadakan ikatan dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) demi menunjang kelancaran dan kenyamanan pada saat kegiatan

pelayaran.

b. Human Error

Bagi sebuah kapal laut terutama sekali apabila sedang dalam pelayaran

menyebrangi lautan, peranan dan keberadaan seorang nahkoda sebagai pejabat

tertinggi yang memimpin dan bertanggung jawab atas keselamatan kapal dan

segala sesuatu yang berada didalamnya, mempunyai arti yang sangat penting.31

Juga, setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal, termasuk

perlengkapannya, serta pengoperasian kapal di Indonesia harus memenuhi

persyaratan keselamatan kapal.32

Maka dari itu Nahkoda dan/atau anak buah kapal harus memberitahukan

kepada pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal apabila mengetahui bahwa kondisi

kapal atau bagian dari kapalnya dinilai tidak memenuhi persyaratan keselamatan

kapal.33

Terlebih anak buah kapal harus mematuhi juga menaati nahkoda secara

cepat dan cermat. Terkadang anak buah kapal mengabaikan perintah yang

diberikan oleh Nahkoda kapal untuk memeriksa perlengkapan serta kelengkapan

untuk menunjang kelancaran pelayaran. Serta para anak buah dari kapal tersebut

sering kali mengambil jalan keluar yang tidak di kordinasikan terlebih dahulu

dengan Nahkoda mengenai keadaan mesin yang rusak atau kapal yang tidak layak

31

Santosa Djohari. Pokok-Pokok Hukum Perkapalan. Yogyakarta: UII Press,2004. Hal.51

32

Muhammad Abdulkadir. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013. Hal. 104

33Ibid

(37)

untuk berlayar. Peristiwa seperti itulah yang banyak menyebabkan tenggelamnya

kapal yang disebabkan oleh keadaan kapal yang kurang layak untuk melakukan

pelayaran, akibat kelalaian dari anak buah kapal ataupun Nahkoda kapal.

Adapun yang menyebabkan sebuah kapal dapat tenggelam akibat sang

Nahkoda kapal menghiraukan kapasitas penumpang dan barang pada kapalnya

tersebut. Akibatnya kapal tidak dapat menahan kapasitas yang berada didalamnya.

Seperti yang dialami oleh Kapal Mitra Abadi yang pada saat itu berada di

Pelabuhan Jambrud Timur, Tanjung Perak Surabaya. Kapal yang akan berlayar

dengan tujuan Donggala Sulawesi Tengah harus tenggelam sebelum berlayar

akibat kelebihan muatan atau Over Capacity. Kapal tersebut memuat berbagai barang campuran makanan dan minuman, dan bahan-bahan kebutuhan lainnya

yang melebihi kapasitas, yang mengakibatkan kapal tersebut tenggelam.34

c. Terbakar

Kecelakaan yang selanjutnya yaitu kebakaran yang di alami oleh sebuah kapal.

Kecelakaan ini jarang terjadi pada saat pelayaran, lebih sering kecelakaan ini

terjadi pada saat sebuah kapal sedang bersandar di pelabuhan. Kebakaran pada

sebuah kapal dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Korseleting listrik yang terjadi pada komponen-komponen mesin yang

berguna untuk menjalankan motor kapal tersebut.

2. Sabotase yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, dengan tujuan

tertentu,

34

(38)

3. Kondisi kelistrikan kapal yang tidak layak lagi untuk digunakan, yang

mengakibatkan terjadinya arus pendek,

4. Tabrakan kapal yang dapat mengeluarkan bahan bakar kapal tersebut

keluar,dan mungkin saja dapat mengakibatkan kebakaran kapal,

5. Lubang buang (scuppers) tidak dimatikan pada waktu bongkar/muat

dan bahan nya yang mudah terbakar.

d. Tubrukan

Kejadian tubrukan kapal sering kali terjadi pada saat pelayaran, tubrukan

yang terjadi oleh sebuah kapal dapat terjadi antara kapal dengan kapal dan kapal

dengan benda keras yang dapat membahayakan kegiatan pelayaran.

Ada beberapa pengertian mengenai Tubrukan kapal, suatu tubrukan kapal dapat

diartikan sebagai suatu bencana laut yang menjadi sumber dari kerugian-kerugian

yang timbul pada salah satu pihak atau kedua belah pihak. Dan akibat-akibat

hukum yang timbul dari peristiwa tubrukan kapal itu harus diatur dalam

Undang-Undang. Untuk itulah bab VI, buku kedua KUHD dibuat.35

1. Apabila sebuah kapal, sebagai akibat dari caranya berlayar atau karena

tidak memenuhi suatu ketentuan Undang-Undang, sehingga

menimbulkan kerugian pada kapal lain, barang-barang atau orang yang

ada di kapal tersebut, maka peristiwa tersebut termasuk dalam

pengertian tubrukan kapal (pasal 544). Disini tidak terjadi tabrakan Pengertian yang lain mengenai tubrukan kapal juga terdapat dalam pasal

544 dan 544-a, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

35

(39)

atau singgungan antara kapal yang satu dengan lainnya, meskipun

begitu peristiwa ini dimasukkan dalam pengertian tubrukan kapal.

2. Jika sebuah kapal menabrak benda lain yang bukan kapal, baik yang

berupa benda tetap maupun bergerak, misalnya: pangkalan laut atau

dermaga, lentera laut, rambu-rambu laut (baken) dan lain-lain, maka

peristiwa tabrakan antara kapal dengan benda lain yang bukan kapal

tersebut dapat disebut tabrakan kapal (pasal 544-a).36

Tubrukan yang terjadi antara kapal dengan kapal, biasanya disebabkan

oleh perubahan haluan yang dilakukan oleh sebuah kapal yang mengakibatkan

terambilnya jalur pelayaran kapal yang lainnya. Dan biasanya kejadian tubrukan

kapal terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi yang dilakukan antar nahkoda

kapal, sehingga terjadi tubrukan kapal.

Nahkoda kapal juga harus memperhatikan beberapa peraturan agar tidak

terjadi tubrukan kapal, yaitu Nahkoda kapal harus memperhatikan ruang gerak

dilaut yang cukup. Ruang gerak terhadap kapal yang luas sangat memungkinkan

sebuah kapal merubah haluannya dengan tujuan untuk menghindari bahaya

ataupun halangan yang berada didepannya. Jika ruang gerak dari kapal tersebut

terbatas, sebuah kapal tidaklah mungkin untuk merubah arah haluannya, karena

akan mengganggu jalur pelayaran kapal lain ataupun menabrak se.suatu benda

yang dapat menimbulkan kecelakaan. Nahkoda pada sebuah kapal juga harus

memperhatikan kecepatan kapalnya, nahkoda harus menjaga kecepatan kapal

selama pelayaran Jika Nahkoda tidak memerhatikan kecepatan kapal tersebut

36Ibid

(40)

apalagi menambah kecepatan kapal tersebut, memungkinkan kapal tersebut akan

mengalami tubrukan dengan kapal yang berada didepannya ataupun dengan kapal

yang lainnya dengan jalur yang berbeda.37

Ataupun kejadian tubrukan kapal terjadi karena penyalahgunaan

kekuasaan oleh Nahkoda. Sang Nahkoda dengan sengaja tidak memperhatikan

peraturan-peraturan dalam mengemudikan kapal. Padahal, Undang-Undang telah

memberikan kekuasaan begitu besar kepada seorang Nahkoda, namun demikian

Undang-Undang juga memberikan acaman pidana dan denda keperdataan serta

tindakan disipliner terhadap nahkoda, apabila Nahkoda tersebut menyalahgunakan

kekuasaannya. Bagi Nahkoda yang bertindak buruk terhadap kapal yang

dikemudikannya dengan putusan Mahkamah Pelayaran Indonesia, wewenang dari

Nahkoda tersebut untuk mengemudikan kapal dicabut selama jangka waktu

maksimal 2 (dua) tahun.38

e. Kandas

Sedangkan tubrukan kapal yang terjadi karena kapal menabrak

benda-benda tertentu seperti pegunungan es, yang terjadi pada kapal Titanic, itu

disebabkan oleh faktor cuaca yang sangat buruk.

Kapal yang mengalami kandas biasanya disebabkan oleh nahkoda kapal

yang terlalu memaksakan melewati perairan dengan keadaan air yang sedang

surut.

Seperti yang terjadi pada KM Titian Nusantara yang mengalami kandas di Muara

Jungkat. Sang Nahkoda dari KM Titian Nusantara memkasakan kapalnya untuk

37

http://arieflaksmono.com/peraturan%20pencegahan%20tubrukan%20di%20laut.php

38

(41)

keluar dari Pelabuhan Dwikora Pontianak melewati Muara Jungkat yang keadaan

air pada saat itu sedang surut. Akibatnya KM Titian Nusantara mengalami

kandas.39

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Angkutan Laut

Kandasnya sebuah kapal dapat juga disebabkan oleh menabrak sebuah

gundukan yang berada didasar laut. Maka dari itu peran penting seorang Nahkoda

sangat berpengaruh, Nahkoda harus memperhatikan keadaan permukaan air pada

saat pelayaran untuk menghindari kandas. Nahkoda harus menghindari permukaan

air yang sedang surut dan juga harus memperhatikan apakah didalam permukaan

air tersebut atau didasar air laut terdapat gundukan apa tidak yang dapat

menyebabkan sebuah kapal kandas.

Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk

pembangunan ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut, dan darat

untuk mengangkut orang dan barang. Dalam perjalanannya dalam melakukan

pengangkutan melalui udara, laut, dan darat sering mendapat halangan ataupun

hal-hal yang menghambat pengangkutan tersebut. Salah satu hambatan ataupun

halangan tersebut adalah kecelakaan.40

Kecelakaan (Accident) adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa kejadian atau musibah; yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak; terjadi sebelum,

dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan; karena perbuatan

39

http://www.kalamanthana.com/2016/06/09/ini-penyebab-kenapa-sering-kapal-kandas-di-muara-jungkat/

40

(42)

manusia atau kerusakan alat pengangkut sehingga menimbulkan kerugian

material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak penumpang,

bukan penumpang, pemilik barang, atau pihak pengangkut.41

The term safety is an overall term that can include both safety and health hazards. In the personel are, however, a distinction is usually made between them. Occupational safety refers to the condition of being safe from suffering or causing-hurt, injury, or loss in the workplace. Safety hazards are those aspects of the work environment that can cause burns, electrical shick, cuts, bruises, sprains, broken bones, and the loss of limbs, eyesight, or hearing. They are often associated with industrial equipment or the physical environment and involve job taks that require care and training. The harm is usualy immediate and sometimes violent. Occupational health refers to the condition of being free from physical, mental, or emotional disease or pain caused by the work environment that, over a period of time, can create emotional stress or physical disease.

Dalam pengangkutan apapun, keselamatan menjadi faktor penting demi

menunjang kenyamanan dalam perjalanan. Keselamatan juga menjadi modal

penting bagi berkembangnya usaha, terlebih dalam bidang jasa. Semua orang atau

pengguna jasa angkutan pastinya sangat mementingkan keselamatan dalam

memilih sebuah angkutan, karena keselamatan berhubungan erat dengan jiwa

manusia.

Seperti kutipan Leon C. Megginson (1981:364) mengemukakan bahwa :

42

41

Muhammad Abdulkadir., op.cit. Hal. 225

42

(43)

Memang dalam tulisan tersebut lebih ditegaskan pada keselamatan kerja,

tetapi ada sebuah tulisan tersebut yang menegskan bahwa istilah keselamatan

mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Maka dalam

sebuah pengangkutan keselamatan menjadi unsur yang sangat penting. Tidak

menutup kemungkinan bahwa memang setiap orang ingin agar perjalanan mereka

ke suatu tempat aman dan selamat, tanpa ada halangan dan hambatan.43

International Ship and Port Facility Security Code atau ISPS Code adalah merupakan aturan yang menyeluruh mengenai langkah-langkah untuk

Pada pembahasan sekarang ini Kecelakaan yang akan di bahas adalah

mengenai kecelakaan yang terjadi pada angkutan laut. Kecelakaan yang dapat

terjadi pada kegiatan pelayaran. Pelayaran itu sendiri dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan perairan, kepelabuhan, serta

keamanan dan keselamatannya. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa, dalam menjalankan pengangkutan terlebih pengangkutan laut harus

memperhatikan nilai keamanan dan keselamatan. Terlebih dalam angkutan laut,

pihak penyedia moda angkutan laut harus memperhatikan aspek-aspek keamanan

dan keselamatan yang terdapat didalam sebuah objek angkutan laut yaitu kapal.

Ada berbagai fasilitas ataupun aspek yang menunjang keamanan dan

keselamatan pada angkutan laut. Dimulai dari pelampung,skoci,dan fasilitas

keamanan kapal lainnya. Tetapi sekarang sudah ada peraturan Internasional yang

mengatur tentang keamanan kapal.Peraturan tersebut dinamakan International Shipand Port Facility Security Code atau yang disingkat dengan ISPS Code.

43

(44)

meningkatkan keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan, atau dapat

dikatakan sebagai peraturan Internasional tentang keamanan kapal dana fasilitas

pelabuhan, yang terdiri dari dua bagian, bagian A dan B. Bagian A terdiri berisi

persyaratan wajib untuk pemerintah, kapal/perusahaan, dan fasiitas pelabuhan.

Sedangkan bagian B berisi pedoman.

Adapun fasilitas ataupun kelengkapan keselamatan yang harus ada dalam

sebuah kapal, sesuai dengan isi dari International Ship and Port Facility Security Code adalah :

a. Memastikan pelaksanaan terhadap seluruh tugas-tugas keamanan kapal.

b. Pengawasan keluar masuk ke kapal.

c. Pengawasan terhadap naiknya orang-orang/personil-personilnya dan

barang bawaannya.

d. Memantau areal terbatas untuk memastikan bahwa hanya

orang-orang/personil-personil yang berwenang yang memiliki akses keluar

masuk.

e. Memantau areal geladak dan areal sekeliling kapal.

f. Mengawasi penanganan muatan dan perbekalan kapal.

g. Memastikan bahwa komunikasi keamanan ada dan siap digunakan.

Masih banyak lagi aspek keamanan kapal yang diatur dalam International Ship and Port Facility Security Code tersebut, untuk menunjang kelancaran serta keamanan dan kenyamanan kapal dalam hal pelayaran. Namun seringkali

pihak-pihak tertentu tidak memperhatikan peraturan yang telah dibuat,terutama ISPS itu

(45)

kapal. Akan tetapi, tidak semua kecelakaan kapal yang terjadi disebabkan oleh

kesalahan teknis atau Human Error. Kecelakaan kapal dapat juga disebabkan oleh faktor alam. Dan masih ada lagi faktor yang menyebabkan kecelakaan pada

angkutan laut terlebih pada kapal.

Menurut Ketentuan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang

Pelayaran, Mahkamah Pelayaran dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada

menteri Perhubungan, yang berfungsi untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan

atas kecelakaan kapal.44

a. Faktor Manusia

Berikut akan diuraikan faktor-faktor penyebab dari kecelakaan angkutan laut,

antara lain:

Kecelakaan yang terjadi atau dialami oleh angkutan umum terlebih

angkutan laut, tidak lepas dari faktor manusia. Faktor manusia merupakan faktor

yang paling besar yang diantaranya adalah kecerobohan didalam menjalankan

kapal, kurangnya kemampuan awak kapal dalam menguasai berbagai

permasalahan yang timbul dalam operasional kapal.

Masih banyak awak kapal ataupun Nahkoda kapal yang menghiraukan aspek

keselamatan pada saat pelayaran. Padahal sudah ada peraturan yang mengatur

Nahkoda dan awak kapal untuk menjaga kenyaman dan keselamatan kapal yang

dikemudikan. Sebelum berbicara mengenai faktor manusia yang menyebabkan

kecelakaan pada angkutan laut, perlu di jelaskan terlebih dahulu pihak-pihak

ataupun petugas-petugas yang mendukung kelancaran dan keselamatan pelayaran.

44

(46)

Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:45

Selain daripada Nahkoda kapal, pihak yang berperan dalam sebuah pelayaran

adalah awak kapal. Awak kapal teridiri dari:

Sesuai dengan definisi dari Nahkoda itu

sendiri, Nahkoda ialah pejabat yang bertanggung jawab dan memegang kekuasaan

tertinggi dalam kapal. Artinya segala sesuatu baik mengenai pengoperasian,

mekanisme kapal, ataupun keselamatan pada saat pelayaran, itu dipegang penuh

oleh seorang nahkoda.

46

• Bagian Geladak (Deck Departement).

Awak kapal bagian geladak ini bertugas untuk navigasi

(pelayaran).

• Bagian Kamar Mesin (Engineering Departement).

Kepala bagian mesin ini disebut “kepala kamar mesin” atau

masinis kepala, tugasnya ialah menjalankan dan memelihara segala

macam mesin, yang ada di kapal.

• Bagian Perbekalan (Catering Departement)

Bagian ini mempunyai dua seksi, yaitu: seksi masak dan seksi

pelayanan. Bagian ini adalah besar, dan lebih luas lagi di kapal

penumpang, dimana organisasinya menyerupai hotel.

• Urusan administrasi/keuangan.

Dalam kapal terkadang ditempatkan seorang petugas khusus yang

mengurus administrasi/keuangan/muatan. Petugas ini disebut

Purser”.

45

Purwosutjipto, H.M.N,. Opcit. Hal. 115

46Ibid

(47)

• Urusan Kesehatan.

Pada kapal penumpang terdapat pula seorang dokter dan beberapa

juru rawat.

• Markonis.

Hampir disetiap kapal ditempatkan satu atau beberapa orang

markonis, yang bertugas menerima dan mengirimkan telegrap atau

telepon radio.

Dari semua pihak yang berperan dalam sebuah pelayaran, sudah jelas

bahwa masing-masing pihak sudah ada tugasnya sendiri. Dan sekali lagi para

awak kapal tersebut bekerja berdasarkan perintah dari seorang Nahkoda kapal.

Sering kali, kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh masing-masing pihak

ataupun pihak tertentu menghiraukan perintah dari seorang Nahkoda kapal, serta

kecelakaan kapal dapat terjadi karena kesalahan kordinasi antara Nahkoda kapal

dengan awak kapal, yang mengakibatkan tidak berjalannya satu atau beberapa

sistem kapal yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

a. Faktor Teknis

Kecelakaan yang dialami oleh sebuah kapal, dapat juga disebabkan oleh

faktor teknis. Yang dimaksudkan dengan faktor teknis disini adalah masalah

kurang cermatnya pembuat design kapal dalam membuat design kapal. Banyak

kapal-kapal, terlebih kapal penumpang yang salah dalam hal design kapal

tersebut. Ada juga faktor teknis dalam hal perawatan kapal telebih mesin kapal.

(48)

dibuat, sehingga menyebabkan mesin kapal menjadi cepat panas dan

mengakibatkan sebuah kapal dapat terbakar.47

b. Faktor Cuaca

Kecelakaan seringkali disebabkan oleh kondisi alam yang tidak bersahabat

ataupun kondisi cuaca yang sedang buruk. Banyak Nahkoda yang menghiraukan

kondisi cuaca pada saat pelayaran, padahal sudah ada laporan mengenai kondisi

cuaca yang terjadi pada jalur pelayaran. Faktor cuaca disini dapat berupa angin

yang sangat kencang, gelombang yang sedang meninggi, hujan yang sangat lebat,

ataupun kabut yang dapat menghalangi jarak pandang dari Nahkoda tersebut.

Serta arus yang sangat deras yang dapat mengakibatkan terganggu nya sistem

navigasi dari sang Nahkoda.

Dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan laut diatas, maka

jelaslah bahwa sebelum sebuah kapal melakukan sebuah pelayaran harus diperiksa

terlebih dahulu kelengkapan serta perlengkapan dalam menunjang keselamatan

dan kenyamanan dalam pelayaran, selanjutnya seorang Nahkoda harus bekerja

sama ataupun Nahkoda harus meminta laporan cuaca dari BMKG pada jalur

pelayarannya, agar terhindar dari cuaca buruk. Tetapi sebelum itu semua

perusahaan penyedia transportasi laut harus menyeleksi Nahkoda dan awak kapal.

Mereka harus mempunyai kompetensi dalam hal perkapalan agar sebuah kapal

terhindar dari sebuah kecelakaan.

47

(49)

C. Pihak-Pihak Yang Bertanggung Jawab Terhadap Terjadinya Kecelakaan Angkutan Laut

Pada setiap angkutan, terlebih angkutan laut sangat mementingkan aspek

keselamatan dalam setiap pelayanannya. Tidak ada orang yang mau perjalanan

mereka ataupun barang yang diangkut mengalami kendala tersuk kecelakaan.

Sudah menjadi tanggung jawab penyedia jasa angkutan untuk menjaga

kenyamanan serta keamanan dalam setiap angkutan. Sudah terdapat peraturan

mengenai pelayanan dalam setiap angkutan umum, lebih khususnya angkutan laut.

Mengenai Angkutan Laut sudah ada Undang-Undang yang mengatur

segala kegiatan yang berkaitan dengan angkutan laut, yaitu Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Jika berbicara mengenai kecelakaan, terdapat pihak yang dirugikan akibat

kecelakaan dan pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan

tersebut. Kerugian yang di timbulkan dapat kerugian materiil dan kerugian

immateriil.Kerugian materiil dan immateriil biasanya ditujukan pada benda yang

terangkut dalam sebuah kapal.

Yang dimaksudkan dengan kerugian materiil yaitu jika barang tampak

tidak menderita kerugian atau kerusakan, tidak kurang dan tidak cacat, tetapi

harga itu merosot, sehingga bagi tertanggung hal yang demikian juga merupakan

kerugian juga. Tetapi yang dimaksudkan kerugian immateriil adalah sebagai

kerugian dimana keadaaan barang kurang dan cacat, serta harga dari barang itu

pun merosot.48

48

(50)

Sedangkan untuk kerugian yang ditimbulkan bagi manusia, kerugian

materiil ialah kerugian yang sebabkan oleh sebuah kecelakaan yang

mengakibatkan hilangnya barang atau rusaknya barang dari penumpang tersebut,

sehingga menimbulkan kerugian dari segi materi. Lain hal dengan kerugian

immateriil, kerugian immateriil dapat berupa trauma yang ditimbulkan dari

kecelakaan tersebut, timbulnya luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan, serta

hilangnya nyawa penumpang yang disebabkan oleh kecelakaan tersebut.49

Perusahaan pengangkutan di perairan wajib mengangkut penumpang

dan/atau barang terutama pengangkutan pos yang disepakati dalam perjanjian

pengangkutan. Perjanjian pengangkutan yang dimaksud dibuktikan dengan karcis

penumpang dan dokumen muatan (pasal 38 Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2008). Perusahaan pengangkutan di perairan bertanggung jawab terhadap

keselamatandan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya.

Perusahaan tersebut bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan

jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian

atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.50

49Ibid

. Hal. 274

50

Muhammad Abdulkadir. Opcit. Hal. 45

Mengenai kerugian yang timbulkan oleh sebuah kecelakaan, harus ada

yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Mengenai tanggung jawab

tersebut sudah dituliskan dalam pasal 40 sampai pasal 43 Undang-Undang Nomor

Referensi

Dokumen terkait

UU No. Perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya. Perusahaan angkutan di perairan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PENYANDANG DISABILITAS SEBAGAI KORBAN PENCABULAN DI KOTA PANGKALPINANG Skripsi, Fakultas Hukum, 2019 Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Anak

Tindakan ini adalah sebagai bentuk perlawanan yang mereka tunjukkan terhadap adanya eksternalisasi dari masyarakat (di luar penyandang disabilitas) yang beranggapan bahwa

Penelitian mengenai pengaturan advokasi terhadap hak-hak penyandang disabilitas terhadap diskriminasi dalam bidang penegakan hukum adalah bersifat deskriptif

Tindakan ini adalah sebagai bentuk perlawanan yang mereka tunjukkan terhadap adanya eksternalisasi dari masyarakat (di luar penyandang disabilitas) yang beranggapan bahwa

Hasil penelitian mengenai perlindungan hukum atas diskriminasi terhadap tenaga kerja penyandang disabilitas dalam perspektif hak asasi manusia adalah pemerintah telah memberikan

Regulasi Konsesi pada Transportasi Bus bagi Penyandang Disabilitas Hal menarik yang peneliti temukan adalah pengaturan pemberian konsesi bagi Penyandang Disabilitas pada transportasi

o Mempertimbangkan bahwa penyandang disabilitas harus memiliki kesempatan untuk secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan dan program, termasuk yang