BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi bagi bangsa Indonesia merupakan hal terpenting dalam
menunjang kehidupan masyarakat, yang erat kaitannya dengan perekonomian
masyarakat dan bangsa Indonesia. Perkembangan transportasi di Indonesia tidak
luput dari mobilitas ataupun kepentingan dari masyarakat itu sendiri.Mulai dari
kepentingan yang bersifat ekonomi, maupun kepentingan yang sifatnya sosial
budaya. Ada tiga macam transportasi yang dikenal di Indonesia ini, yaitu
Transportasi Darat, Transportasi Udara, dan Transportasi Laut. Itu dikarenakan
Indonesia memiliki kawasan darat, udara, dan laut.1
Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan
Pancasila, transportasi, memiliki posisi yang penting dan strategis dalam
pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin
pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah.2
Menyadari peranan transportasimaka pelayaran sebagai salah satu modal
transportasi, penyelenggaraannya harus ditata dalam satu kesatuan sistem
transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa
transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan
1
Elfrida Gultom, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 207, hal.2-3
2
angkutan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman, dan efisien
dengan biaya yang wajar serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.3
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berciri nusantara
yang disatukan oleh wilayah perairan sangat luas dengan batas-batas, hak-hak,
dan kedalaulatan yang ditetapkan oleh undang-undang.4
Indonesia juga memiliki ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke, tentunya sangat memerlukan alat transportasi udara dan laut. Oleh
karena keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang perkembangan
transportasi udara di tiap pulau di Indonesia, maka dipilihlah transportasi laut
untuk melakukan kegiatan atau aktivitas yang sifatnya ekonomi maupun sosial
budaya. Meskipun pada kenyataannya masyarakat masih lebih memilih
menggunakan transportasi udara dengan alasan cepat.Keberadaan transportasi laut
bukanlah wajah baru bagi dunia transportasi di Indonesia.Transportasi laut atau
bisa juga dikatakan sebagai angkutan laut sudah dikenal sejak zaman penjajahan
dahulu.Nenek moyang kita menggunakan transportasi laut sebagai sarana untuk
menyalurkan hasil bumi ke seluruh Indonesia.Para Penjajahpun datang ke
Indonesia dengan menggunakan transportasi laut.Maka dari itu transportasi laut
atau bisa dikatakan juga sebagai angkutan laut termasuk angkutan yang terbilang
terkenal dari zaman dahulu.Keberadaan angkutan laut di Indonesia ini sangatlah
vital dikatakan vital karena didasari oleh berbagai faktor baik geografis maupun
3
Ibid, Hal. 25 4
kebutuhan yang tidak dapat dihindari dalam rangka pelaksanaan pembangunan
ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.5
Berbicara mengenai transportasi, erat kaitannya dengan angkutan atau
pengangkutan. Menurut beberapa ahli penganngkutan adalah merupakan
Memindahkan barang atau orang dari satu tempat ketempat lain dengan maksud
untuk meningkatkan guna dan nilai.6
Menurut HMN. Poerwosutjipto mengatakan bahwa: “Pengangkutan adalah
perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang
dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.7
Sedangkan Abdul Kadir Muhammad mengatakan bahwa: “Pengangkutan
adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang kedalam
pengangkutan,membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat
tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkut ke tempat
yangditentukan.”8
5
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Cetakan Kelima, 2013, hal.30
6
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 3, Penerbit Djambatan, Jakarta,;2001. Hal. 1
7
Purwosutjipto H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 5, Penerbit Djambatan;Jakarta ,2000.Hlm.10
8
Muhammad Abdul Kadir, Hukum Pengangkut Darat, laut dan Udara, Cipta Aditya Bahkti; Jakarta,1991, Hlm.18.
Menurut Sution Usma Adji, bahwa pengangkutan adalah: ”Sebuah
perjanjian timbal balik, dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakanpengangkutan barang atau orang dari tempat tujuan tertentu
dengan selamat tanpa berkurang jumlah dari barang yang dikirimkan, sedangkan
pihak lainnya (pengirim atau penerima) berkeharusan memberikan pembayaran
biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.”9
• Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan), yakni pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak
atas penerimaan tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan
Dalam pengangkutan kita bisa melihat siapa saja yang menjadi pihak yang
terkait dalam perjanjian pengangkutan, menurut Hasim Purba dalam perjanjian
pengangkutan barang pihak yang terkait terdiri dari:
• Pihak pengguna barang (pengguna jasa angkutan) yakni pihak yang
berkewajiban untuk membayar kewajiban tarif angkutan sesuai yang telah
disepakati dan berhak memperoleh pelayanan jasa angkutan atas barang
dikirimnya
• Pihak penerima barang (pengguna jasa angkutan) yakni sama dengan
pihak pengrim barang dalam hal ini penerima dan pengirim adalah
9
merupakan subjek berbeda. Namun ada kalanya pihak pengirim barang
juga sebagai pihak penerima barang yang diangkut ketempat tujuan.10
• Sedangkan dalam hal penumpang, maka pihak yang terkait adalah:
• Pihak pengangkut (penyedia jasa angkutan) yakni pihak yang
berkewajiban memberikan jasa pelayanan jasa angkutan penumpang dan
berhak atas penerima pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang
ditetapkan.
• Pihak penumpang (pengguna jasa angkutan) yakni pihak yang berhak
mendapatkan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berkewajiban
untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang ditetapkan.11
Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem hukum yang mempunyai
unsur-unsur sistem, yaitu:12
• Subjek (pelaku) hukum pengangkutan, yaitu pihak-pihak dalam perjanjian
dan pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan.
• Status pelaku hukum pengangkutan, khususnya pengangkut selalu
berstatus perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum.
• Objek hukum pengangkutan, yaitu proses penyelenggaraan pengangkutan.
• Peristiwa hukum pengangkutan, yaitu proses penyelenggaraan
pengangkutan.
10Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut, Perspektif Teori dan Praktek, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, Hal. 3
11
Ibid, Hal.4 12
• Hubungan hukum pengangkutan, yaitu hubungan kewajiban dan hak
antara pihak-pihak dan mereka yang berkepentingan dengan
pengangkutan.
Dalam peningkatan permintaan jasa angkutan oleh masyarakat harus
diimbangi dengan sistem penyelenggaraan angkutan yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat secara terpadu. Adapun jenis-jenis pengangkutan dalam
pengangkutan barang maupun penumpang yakni :
• Pengangkutan Darat
Pengangkutan darat dapat dilakukan dengan beberapa jenis yaitu dengan
kendaraan bermotor di jalan raya maupun kereta api. Adapun yang dapat diangkut
melalui angkutan darat adalah barang dan orang, sedangkan sifatnya dari
pengangkutan darat itu sendiri adalah fleksibel, luwes dan praktis serta tidak
banyak formalitasnya. Peraturan pengangkutan barang secara umum melalui darat
ada diatur dalam buku I bab ke-5 bagian ke-3 KUH Dagang, mengatur secara
umum tentang pengangkutan barang saja yang menegaskan tentang pengangkutan
yang melalui darat dan nahkoda-nahkoda yang melayari sungai-sungai di
pedalaman termasuk terusan dandanau.
Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengangkutan
melaluidarat, antara lain:
1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tenatang lalu lintas dan angkutan
jalan. Undang tersebut dilengkapi dengan beberapa peraturan pelaksana:
a. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan
b. Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan dan
Kendaraan bermotor di jalan;
c. Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
lintas jalan;
d. Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Bermotor
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yaitu Buku I, Bab V,
bahagian 2 dan 3. dari Pasal 90 sampai Pasal 98, peraturan ini mengatur
tentang pengangkutan barang
3. Undang-Undang No 6 Tahun 1984 tentang Pos, Undang-Undang No 13
Tahun 1969 tentang konstitusi perhimpunan pos sedunia, Undang-Undang
No.5 Tahun 1964 tentang telekomunikasi,Peraturan Pemerintah No 35
Tahun 1965, Undang-Undang No 10 Tahun 1969 tentang Konvensi
International Telecomunication Union Di Montreux 1965.
4. Undang-Undang No 13 Tahun 1992 tentang Perkereta Apian.
• Pengangkutan Udara
Pengangkutan udara merupakan sarana transportasi yang mengangkut
barang dan penumpang melalui lalu lintas udara, yang melintasi batas wilayah
peraturan maupun negara. Pengangkutan udara ini dengan menggunakan pesawat
udara atau pesawat terbang.
Peraturan pokok yang mengatur tentang pengangkutan udara di Indonesia
adalah Ordonans Pengangkutan Udara (luchtvervoer OrdonantieStb 100-1939)
di Warsawa tanggal 12 Oktober 1929, akan tetapi ketentuan OPU ini tidak semua
pengangkutan udara ini tunduk pada OPU ini.17Tanggung jawab pengangkut
udara pada umumnya dikenal dengan 2 macam jenis, yaitu:
1. Presumtion of liabilty
2. Limitation of liability13
Pertanggung jawaban pengangkutan penumpang dan barang bawaan
berlaku Presumtion of Liability, sedangkan mengenai bagage ditempatkan pada
Limitation of Liability. Dalam pengangkutan udara kita harus memiliki
surat/dokumen pengangkutan udara, yaitu: tiket penumpang, tiket bagasi dan surat
muatan, hal ini diatur didalam OPU, dalam hal ini surat/dokumen harus dimiliki
oleh pemakai pengangkutan udara ini karena surat/dokumen sebagai bukti bahwa
barang tersebut adalah miliknya agar dia dapat mengajukan klaim kepada pihak
pengangkut apabila adanya kesalahan terhadap pengangkut yang tunduk terhadap
perjanjian OPU.
Adapun peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengangkutan udara
adalah:
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009.
2. Luchtvervoer Ordonantie(Stb. 1939-100), tentang Ordonansi
Pengangkutan Udara.
3. Luuchtversverkeersverrodening(Stb. 1936-426), yang mengatur tentang
lalu lintas udara, misalnya: pnerangan, tanda dan isyarat yang harus
digunakan dalam penerbangan.
13
4. Luchtvaartquarantie Ordonantie(Stb.1936-149, Jo Stb.1939-150) yang
mengatur tentang persoalan-persoalan pencegahan disebarkan penyakit
oleh penumpang pesawat terbang.
5. Verodening Toezicht Luchtvaart (Stb. 1936-426) tentang pengawasan
penerbangan.
• Pengangkutan Laut
Pengangkutan laut ini sama halnya dengan pengangkutan udara yang
dapatmelintasi lintas batasa negara, tetapi peruntukannya lebih luas, seperti
ekspor-impor minyak, “Hukum Laut” itu mempunyai banyak Facet dan bidang
yang beraneka warna, tidak hanya dalam hubungan nasional, tetapi juga dalam
hubungan Internasional.14
Karena Laut adalah merupakan sebagian dari isi dari permukaan bumi dan
penuh risiko ketidakpastian maka sifat hukum laut adalah sebagai pelengkap,
kalau sesuatu yang semula dapat diatur, maka ketentuan-ketentuan yang sifatnya
mutlak, yang artinya ketentuan tersebut tidak dapat dikesampingkan.15
Adapun peraturan peraturan yang mengatur tentang pengangkutan laut ini adalah: Dalam pengangkutan di laut ini kita akan menggunakan Kapal, dengan ini
kita harus mengetahui apa yang menjadi pengertian kapal tersebut. Dalam Pasal
309 ayat (1) KUH Dagang, kapal adalah semua perahu dengan nama apapun, dan
dari macam apapun juga, ayat (2) segala yang diaggapi meliputisegala alat
perlengkapannya.Sedangkan Pasal 310, kapal laut adalah kapal yang dipakai
untuk pelayaran laut atau yang diperuntukan untuk itu.
14
Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, dkk, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta; Jakarta, 2007, Hal. 215
15
- Undang-Undang No 18 Tahun 2007 tentang pelayaran.
- KUH Dagang buku II bab V tentang charter kapal.
- KUH Dagang buku II bab VA tentang pengangkutan barang.
- KUH Dagang buku II bab VB tentang pengangkutan orang.
Dalam transportasi laut, salah satu faktor yang terpenting adalah
kapal.Karena pengangkutan barang atau penumpang yang melalui transportasi
laut, membutuhkan kapal sebagai pendukungnya.Selain dapat memuat muatan
yang cukup besar, kapal juga memiliki perlengkapan dan alat kelengkapan yang
lebih memadai. Adapun yang dimaksud dengan kapal adalah kendaraan air
dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga
mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.16
Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka disusunlah
Undang-undang(UU)tentang Pelayaran, yang merupakan penyempurnaan dan kodifikasi,
agarpenyelenggaraan pelayaran dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
kepada seluruh rakyat, bangsa dan negara, memupuk dan mengembangkan jiwa
bahari, dengan mengutamakan kepentingan umum, dan kelestarian lingkungan,
koordinasi antara pusat dan daerah serta antara instansi, sektor, dan antar unsur
terkait serta pertahanan keamanan negara.17
16
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran 17
Jika berbicara mengenai kapal, erat kaitannya dengan adanya
penumpang.Penumpang tersebut berasal dari suatu perjanjian terikat yang terdapat
dalam tiket.Baik penumpang maupun Pihak yang menyediakan sarana transportasi
laut seperti PT. ASDP telah mengikatkan Hak dan Kewajibannya
masing-masing.Dalam angkutan laut, penumpang menjadi tanggung jawab yang sangat
penting, itu dikarenakan kemungkinan resiko atas suatu kecelakaan kapal.Sudah
menjadi tanggung jawab PT. ASDP untuk menanggung resiko yang dialami para
penumpang angkutan laut. Atau dengan kata lain antara penumpang dengan
penyedia jasa angkutan laut mempunyai hubungan hukum antar keduanya, atas
dasar mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu prestasi dari yang lain, yang
lain berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi.18
18
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1996, hal. 1.
Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat, maka penggunaan
akan transportasi akan semakin meningkat terlebih transportasi laut. Tetapi
perkembangan kebutuhan atau perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak di
barengi dengan perkembangan sarana dan prasarana keselamatan transportasi
laut.Masih banyak terjadi kecelakaan terhadap angkutan laut, Kecelakaan tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor.Ada yang disebabkan oleh kondisi kapal yang
tidak layak jalan, faktor teknis, human error dan lain-lain. Kecelakaan tersebut
tidak lepas dari adanya korban,baik korban yang mengalami luka-luka, korban
yang meninggal dunia, maupun korban yang mengalami trauma. Korban tersebut
Perusahaan angkutan laut bertanggung jawab atas keselamatan dan
keamanan yang diangkut diatas kapal.Tanggung jawab yang dimaksud dapat
berupa kematian atau lukanya penumpang yang diangkut, musnah, hilang, atau
rusaknya barang yang diangkut, keterlambatan angkutan penumpang, serta
kerugian pihak ketiga.19
Penyedia jasa angkutan laut sudah mempunyai fasilitas yang disediakan
untuk para penumpang penyandang disabilitas..Tentunya fasilitas yang disediakan
cukup berbeda dari fasilitas yang diberikan kepada penumpang pada
umumnya.Pelayanan yang diberikan juga berbeda pada umumnya. Sesuai dengan
bunyi pasal 42 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran bahwa,
perusahaan angkutan di perairan wajib memberikan fasilitas khusus dan
kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak dibawah usia 5(lima)
tahun,orang sakit, dan orang lanjut usia. Maka dari itulah, pihak penyedia
angkutan laut berhak sepenuhnya dalam memberikan pelayanan bagi penumpang Biasanya tanggung jawab dari pihak yang menyediakan
jasa angkutan laut bagi penumpang yang mengalami luka-luka atau cacat
sementara akan ditanggung biaya pengobatan sampai sembuh. Jika suatu
kecelakaan kapal menimbulkan korban jiwa, maka pihak keluarga korban yang
meninggal dunia akan mendapatkan santunan yang diberikan oleh pihak penyedia
jasa angkutan laut seperti PT. ASDP. Santunan itu sendiri bermacam-macam jenis
dan jumlahnya, tergantung dari kebijakan penyedia jasa angkutan laut.Tetapi
dalam perkembangannya, terdapat penumpang yang mempunyai keterbatasan
mental atau cacat fisik, atau yang sering kita sebut sebagai penyandang disabilitas.
19
penyandang disabilitas.Pelayanan ataupun pemberian fasilitas bagi penumpang
penyandang disabilitas juga tanpa dipungut biaya.Karena fasilitas ataupun
pelayanan yang diberikan oleh pihak angkutan laut sudah menjadi kewajiban yang
dimuat dalam sebuah tiket tersebut.
B. Permasalahan
Berdasarkan alasan pemilihan judul dan uraian latar belakang, maka dapat
dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dikemukakan dalam skripsi
ini, yaitu :
1. Bagaimanakah penerapan pemberian santunan bagi penyandang
disabilitas pada kecelakaan angkutan laut ?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas
pada kecelakaan angkutan laut ?
3. Bagaimanakah tanggung jawab PT. ASDP Terhadap
penumpangpenyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan
angkutan laut ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir penulis
dan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Universitas
Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan
diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui seperti apa penerapan pemberian santunan bagi
2. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum bagi
penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut.
3. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab PT. ASDP terhadap
penumpang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan
angkutan laut.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan seumbangan pemikiran terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap ilmu
pengetahuan hukum.
b. Diharapkan dapat memberikan refrensi untuk pengembangan
penelitian terhadap santunan bagi penyandang disabilitas pada
kecelakaan angkutan laut.
c. Dapat memberikan gambaran tentang pemberian santunan bagi
penumpang penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut.
2. Secara Praktis
a. Untuk mengembangkan pola pikir dan mengetahui kemampuan
penulis untuk menetapkan ilmu yang di peroleh.
b. Untuk memberikan masukan bagi pihak yang bersangkutan tentang
pemberian santunan pada penumpang penyandang disabilitas pada
E. Metode Penelitian
Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode” tang berarti “jalan ke”; namun
demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan
kemungkinan-kemungkinan, sebagai berikut:20
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian,
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,
3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.
Terhadap pengertian metodologi, biasanya diberikan arti-arti, sebagai berikut:21
1. Logika dari penelitian ilmiah,
2. Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian,
3. Suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian.
Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian hukum
yang digunakan penulis meliputi:
1. Yuridis Normatif (Penelitian Perpustakaan/Library Research)
Jenis penilitian ini adalah penelitian yang menunjukan perpustakaan
sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian.Sebenarnya suatu penelitian
mutlak menggunakan kepustakaan sebagai sumber data sekunder.Di tempat inilah
diperoleh hasil-hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sangat berguna bagi
mereka yang sedang melaksanakan penelitian.Peneliti dapat memilih dan
menelaah bahan-bahan kepustakaan hukum yang diperlukan guna dapat
memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang dilaksanakan.22
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 2008, hal. 5 21
Ibid., hal. 5-6 22
1. Yuridis Empiris (Penelitian Lapangan/Field Research)
Penelitian ini menunjukan lapangan atau kancah adalah tempat para
peneliti untuk mendapatkan data primer.Peneliti tidak seyogianya tidak hanya
mencukupkan data sekunder yang telah diperoleh dari kepustakaan.Kelengkapan
data sangat menentukan hasil penelitian yang diperoleh.23
Berdasarkan fokus penelitiannya, penelitian hukum dibagi lagi menjadi
beberapa jenis, Abdulkadir Muhammad dalam bukunya membagi penelitian
hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang dibagi berdasarkan fokus
penelitiannya. Penjelasan mengenai jenis penelitian tersebut adalah sebagai
berikut :
Adapun metode penelitian lapangan (yuridis empiris) penulis lakukan
dengan metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan
pimpinan atau staf di PT. Pelni Jakarta untuk mendapatkan informasi yang akurat,
nyata, dan benar.
24
a. Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan
studi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum,
misalnya dengan rancangan undang-undang, pokok kajiannya
adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang
berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap
orang, sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada
inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum,
penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum,
23
Ibid., hal. 21 24
taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah
hukum.
b. Penelitian hukum empiris menggunakan studi kasus hukum
empiris berupa perilaku hukum masyarakat, pokok kajiannya
adalah hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual
behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang
dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat.
Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak pada hukum
positif yang tertulis, melainkan hasil observasi di lokasi penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Dalam memudahkan serta memahami pembahasan dalam penulisan skripsi ini,
penulis membuat rancangan sistematika yang memuat tentang beberapa pokok
bahasan yang kemudian diuraikan menjadi beberapa bagian yang lebih khusus
sub-sub pokok bahasan. Secara sistematis skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab dan
masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, dengan uraian sebagai
berikut :
Bab I (Pendahuluan), berisi mengenai hal-hal yang bersifat umum, yaitu
mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penelitian,sistematika penulisan, dan keaslian penulisan.
Bab II (Analisa Karakteristik Kecelakaan Angkutan Laut), berisi tentang
jenis-jenis kecelakaan pada angkutan laut, faktor-faktor penyebab terjadinya
kecelakaan pada angkutan laut, dan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap
Bab III (Santunan Pada Pengangkutan Laut), membicarakan tentang
jenis-jenis santunan pada angkutan laut, alasan pemberian santunan pada pengangkutan
laut, cara memperoleh santunan pada angkutan laut, dan pihak-pihak yang berhak
mendapatkan santunan atas kecelakaan pada angkutan laut.
Bab IV (Tinjauan Hukum Terhadap Pemberian Santunan Pada
Penyandang Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut, yang akan dibahas
seluruh rangkaian teoritis dari bab-bab sebelumnya yang dirangkai dengan
data-data yang didapat di dalam praktek atau lapangan, yaitu pada PT. ASDP cabang
Merak. Didalamnya dibahas mengenai penerapan santunan bagi penyandang
disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, perlindungan hukum bagi penyandang
disabilitas pada kecelakaan angkutan laut, dan tanggung jawab PT. ASDP
terhadap penumpang penyandang disabilitas yang mengalami kecelakaan
angkutan laut.
Bab V (Kesimpulan dan Saran), berisi tentang kesimpulan dari
uraian-uraian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan sekaligus memberikan
beberapa saran yang dianggap perlu yang berhubungan dengan penulisan skripsi
ini.
G. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di perpustakaan Universitas
Sumatera Utara, belum pernah ada penulisan mengenai “Tinjauan Hukum
Terhadap Pemberian Santunan Yang Diterima Oleh Penumpang Penyandang
Disabilitas Pada Kecelakaan Angkutan Laut (Studi pada PT. ASDP Indonesia
pemberian santunan kepada penumpang penyandang disabilitas pada kecelakaan
angkutan laut, dan perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas pada
kecelakaan angkutan laut, serta tanggung jawab PT. ASDP terhadap penumpang
penyandang disabilitas pada kecelakaan angkutan laut.
Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur dan data-data yang
berkaitan dengan Pemberian Santunan Pada Penyandang Disabilitas Pada
Kecelakaan Angkutan Laut, karena itu keaslian penulisan ini terjamin adanya,
kalaupun kutipan-kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor
pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang sangat diperlukan didalam
penyempurnaan penulisan ini. Oleh karena itu penulisan ini merupakan asli hasil