• Tidak ada hasil yang ditemukan

Altruisme Hukum- Kepedulian terhadap penyandang disabilitas

N/A
N/A
Yuyun Astuti, A.Md.

Academic year: 2024

Membagikan "Altruisme Hukum- Kepedulian terhadap penyandang disabilitas"

Copied!
398
0
0

Teks penuh

Penyebabnya karena penyandang disabilitas dianggap sebagai warga kelas dua yang berada di bawah masyarakat normal. Kedua, bagaimana konsep kepedulian terhadap penyandang disabilitas pada aspek struktur hukum dan penerapannya pada lembaga hukum.

Latar Belakang Masalah

Dalam agama, penyandang disabilitas mendapat kenyamanan (rukhsah) karena kecacatan yang dimilikinya karena keterbatasan fisik atau mental. Dalam bidang keagamaan, kita bisa menemukan penyandang disabilitas yang mempunyai kedudukan terhormat di kalangan umat beragama.

Batasan Masalah

Agama dengan demikian mendorong munculnya sikap optimistis pada penyandang disabilitas, di tengah keterbatasannya, agar tetap membangun peradaban bangsa dan keagamaan. Permasalahan yang merugikan penyandang disabilitas ini harus segera diakhiri dengan memberikan solusi dan memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk mendapatkan kembali martabatnya yang telah lama hilang.

Rumusan Masalah

Bagaimana konsep kepedulian terhadap penyandang disabilitas ditinjau dari muatan hukum dan penerapannya dalam keputusan dan peraturan. Bagaimana konsep pengasuhan penyandang disabilitas ditinjau dari struktur hukum dan penerapannya dalam lembaga hukum.

Tujuan Penulisan

Penyandang disabilitas mendapat jaminan hukum berupa perolehan haknya untuk berpartisipasi di ruang publik yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan hukum mengenai penyandang disabilitas terus disosialisasikan di ruang publik agar penyandang disabilitas mendapat perlakuan ramah atas nama kemanusiaan.

Kerangka Konseptual

Kepedulian moral terhadap penyandang disabilitas meliputi penyandang disabilitas fisik dan disabilitas mental. Kepedulian moral merupakan bentuk penghormatan terhadap penyandang disabilitas sebagai subjek yang memiliki harkat dan martabat sekaligus.

Kerangka Teori

  • Kebutuhan fi siologis
  • Kebutuhan keamanan
  • Kebutuhan cinta, sayang dan kepemilikan
  • Kebutuhan harga diri
  • Kebutuhan aktualisasi diri

Penyandang disabilitas sebagai warga masyarakat sipil mempunyai keinginan untuk diperlakukan secara adil sebagaimana subjek pada umumnya. Penyandang disabilitas sebagai warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Sistematika Penulisan

Bab ketiga menjelaskan kriteria penyandang disabilitas, hak dan kewajibannya, serta menguraikan kemampuan penyandang disabilitas. Terkait permasalahan penyandang disabilitas, terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas.

Defi nisi Konsepsional

Sedangkan menurut Bender, kepedulian berarti merasa terhubung secara pribadi dengan orang lain dan dengan apapun yang terjadi pada orang tersebut. Orang yang mendahulukan kebutuhan dan perasaan orang lain di atas kepentingannya sendiri adalah orang yang peduli.

Moral Kepedulian

Sikap empati dan moralitas hukum yang dimiliki aparat hukum harus menciptakan semacam elastisitas simpatik terhadap penyandang disabilitas. Dalam penegakan hukum, aparat penegak hukum harus memposisikan dirinya sebagai penyandang disabilitas ketika berhadapan dengan hukum.

Kepedulian Berbicara Kemanusiaan

Aksesibilitas menjadikan ruang publik dapat diakses sesuai dengan standar yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas. Akses bagi penyandang disabilitas terhadap ruang publik pada hakikatnya memberikan akses terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dianutnya.

Kepedulian Berbicara Keadilan Sosial

Legitimasi hukum untuk membantu permasalahan penyandang disabilitas merupakan wujud kehadiran negara dalam memberikan keadilan terhadap penyandang disabilitas. Keempat, keadilan bagi penyandang disabilitas dipahami sebagai keadilan yang seimbang dan proporsional, bukan keadilan matematis.

Mengapa Anda Tidak Peduli?

Peduli terhadap penyandang disabilitas dapat mempertajam kepekaan manusia dan menghancurkan ego hewani dalam diri. Selain diskriminasi pada sektor-sektor di atas, penyandang disabilitas juga rentan mengalami perlakuan tidak menyenangkan.

Kategori Disabilitas

Penyandang disabilitas fisik mengacu pada berkurangnya fungsi gerak, antara lain amputasi, lumpuh atau kaku, cedera tulang belakang, Cerebral Palsy (CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang pendek. Tunagrahita adalah gangguan pada salah satu fungsi panca indera, antara lain gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan/atau gangguan bicara.

Hak dan Kewajiban Penyandang Disabilitas

Dalam pasal 5 ayat 1 UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, disebutkan bahwa penyandang disabilitas mempunyai hak masing-masing. Yang dimaksud dengan diskriminasi berlapis adalah diskriminasi yang dialami perempuan karena gendernya sebagai perempuan dan sebagai penyandang disabilitas sehingga tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam keluarga, masyarakat, dan negara dalam berbagai bidang kehidupan.

Fakta Empiris Penyandang Disabilitas

4Sri Moertiningsih dkk, Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Perlindungan Sosial (Depok: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI, tth), hal, 9. Perbedaan angka disabilitas di Indonesia dan angka global menunjukkan bahwa rendahnya keterwakilan penyandang disabilitas di negara ini. Khusus bagi penyandang disabilitas berat, pemerintah telah menginisiasi kegiatan pemberian bantuan sosial kepada penyandang disabilitas berat (ASPDB) yang merupakan kebijakan pemerintah berupa bantuan langsung berupa uang tunai sebesar Rp. per bulan selama 1 (satu) tahun, penyalurannya dilakukan dalam 3 (tiga) tahap.

11Sulistyo Saputro dkk, Analisis Kebijakan Pemberdayaan dan Perlindungan Sosial Penyandang Disabilitas (Jakarta: Deputi Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, 2015), hal, 64.

Kondisi Disabilitas Sebagai Unsur Pertimbangan

Kedua, harus disadari bahwa penyandang disabilitas yang berinteraksi dengan penegak hukum adalah orang-orang yang mempunyai harkat dan martabat yang sama dengan orang pada umumnya. Hak-hak penyandang disabilitas yang hilang harus dipulihkan oleh aparat penegak hukum melalui keputusan hukum yang berpedoman pada nilai-nilai kemanusiaan. Keenam, aparat penegak hukum harus memperhatikan hak dan kewajiban penyandang disabilitas dalam melaksanakan undang-undang.

Ketiga, penyandang disabilitas merupakan subjek hukum yang mempunyai kedudukan dan kesetaraan yang setara dengan subjek hukum lainnya.

Peraturan tentang Penyandang Disabilitas

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perlindungan Khusus Anak Penyandang Disabilitas. Kedua, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak Penyandang Disabilitas terdiri dari 2 pasal. Selain itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas bertujuan untuk mengembangkan masyarakat agar lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas.

Secara filosofis, Perpres ini disusun untuk membentuk Lembaga Koordinasi dan Pengawasan Peningkatan Kesejahteraan Sosial (LKP2KS) untuk meningkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas.

Pelayanan Prioritas Lembaga Hukum

Ketiga, program prioritas berupa penyediaan alat bantu seperti alat bantu bagi penyandang disabilitas fisik (kruk, kursi roda, prostesis dan orthosis), alat bantu bagi penyandang disabilitas sensorik (tongkat, tongkat putih, kaca mata low vision, jam bicara, komputer berbicara, alat bantu dengar, dan lain-lain), alat bantu bagi penyandang disabilitas intelektual berupa alat peraga seperti permainan edukatif. Kelima, program prioritas berupa penyediaan tenaga ahli/tenaga medis bagi penyandang disabilitas untuk membantu proses pemeriksaan. Kartu prioritas bagi penyandang disabilitas memiliki layanan yang ditawarkan yaitu akselerasi, akurasi, pendampingan, dan identitas.

Tenaga medis dapat dimintai keterangan atau kehadirannya bila diperlukan, yaitu pada saat pemeriksaan terhadap penyandang disabilitas.

Lembaga Hukum Ramah Penyandang Disabilitas

Selain itu, kehadiran petugas dan pegawai di kantor juga menjadi kebutuhan mendesak untuk memberikan pelayanan prima kepada penyandang disabilitas. Perilaku aparat penegak hukum yang peduli terhadap kelemahan penyandang disabilitas juga harus dibarengi dengan sikap santun dalam mengarahkan informasi yang diberikan kepada mereka. Selain itu, penegak hukum harus berani mengambil keputusan hukum untuk menjamin hak-hak penyandang disabilitas.

Evaluasi penggunaan dana negara untuk penguatan dan pemberdayaan penyandang disabilitas dilakukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan aplikasi.

Penyandang Disabilitas di Pengadilan

Lambatnya respon lembaga peradilan salah satunya adalah belum adanya payung hukum mengenai perlakuan terhadap penyandang disabilitas yang melanggar hukum. Mahkamah Agung harus peduli dan peka terhadap kelompok yang lemah secara fitrah, struktural, dan kultural, dalam hal ini penyandang disabilitas. Karena pintu terakhir keadilan ada di lembaga peradilan, maka permohonan kepedulian terhadap penyandang disabilitas harus segera disikapi dan ditanggapi, jika lembaga peradilan tidak mempedulikan penyandang disabilitas sebagai pihak yang lemah, bagaimana mereka bisa menghasilkan produk hukum yang adil dan manusiawi.

Keputusan ini harus mampu menghilangkan segala macam diskriminasi, alienasi dan marginalisasi yang dialami oleh penyandang disabilitas sekaligus mendorong mereka untuk mengakses ruang publik dan sumber daya strategis lainnya guna menghadirkan undang-undang yang adil dan manusiawi guna mewujudkan kesejahteraan seutuhnya. kemandirian penyandang disabilitas.

Kesimpulan

Dalam pengambilan keputusan hukum, kondisi disabilitas harus diperhitungkan ketika penyandang disabilitas berhadapan dengan hukum. Kepedulian moral pada aspek struktur hukum bagi penyandang disabilitas meliputi pelayanan prioritas, citra lembaga hukum yang “ramah” dan implementasinya dalam lembaga hukum. Kedua, tidak tersedia anggaran khusus untuk pemberdayaan penyandang disabilitas, seperti penyediaan infrastruktur dan kegiatan sosialisasi hukum.

Ketiga, belum adanya kebijakan khusus dari pimpinan pusat, dalam hal ini Mahkamah Agung, berupa program pemberdayaan penyandang disabilitas ketika berhadapan dengan hukum.

Saran

Implementasi kepedulian terhadap penyandang disabilitas di lembaga peradilan masih jauh dari harapan karena: pertama, belum adanya payung hukum yang mengatur tentang pemberdayaan penyandang disabilitas ketika berhadapan dengan hukum sebagai acuan bagi lembaga peradilan dan pejabatnya. Namun berdasarkan standar penjaminan mutu, layanan bagi penyandang disabilitas diperkirakan akan terus berkembang di masa depan. Agar perkara disabilitas di lingkungan peradilan dapat berjalan maksimal, maka Mahkamah Agung sebagai pimpinan lembaga peradilan yang berada di bawahnya hendaknya membuat payung hukum berupa peraturan terkait penyandang disabilitas ketika berhadapan dengan hukum.

Penguatan posisi penyandang disabilitas di ruang publik merupakan langkah awal yang dilakukan untuk mengubah budaya dan tradisi dari pola eksklusif menjadi inklusif dengan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perlunya pemenuhan hak asasi penyandang disabilitas.

Implikasi

Lahirnya Tragedi dan Silsilah Moralitas, diterjemahkan oleh Pipit Maizier, Silsilah Moralitas. Tinjauan hukum dan empiris terhadap realisasi hak-hak penyandang disabilitas berat" Socio Informa, vol. 2, no. 3 (Desember 2016). Hak asasi manusia biasanya ditujukan kepada negara, atau dengan kata lain negaralah yang wajib menghormati, melindungi, dan mewujudkan hak asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan memantau pelanggaran yang dilakukan oleh pihak swasta.

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Semua orang kurang upaya mempunyai hak dan peluang yang sama dalam semua aspek kehidupan dan mata pencarian. Peluang sama rata untuk orang kurang upaya dalam semua aspek kehidupan dan mata pencarian dilaksanakan melalui penyediaan aksesibiliti. Semua orang kurang upaya mempunyai peluang yang sama untuk bekerja bergantung pada jenis dan tahap ketidakupayaan.

Pembinaan pada seluruh aspek kehidupan dan penghidupan dilakukan agar penyandang disabilitas dapat hidup mandiri dan sejahtera.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (MENGENAI HAK-HAK CONVENTION . PENYANDANG DISABILITAS). Persons with disabilities have the right to protection by law against such interference or attacks. States Parties shall provide appropriate assistance to persons with disabilities in carrying out their child-rearing responsibilities.

Untuk mencapai tujuan ini, Negara-Negara Pihak harus menjamin bahwa akomodasi yang wajar diberikan kepada penyandang disabilitas. - Negara-Negara Pihak harus melindungi kerahasiaan informasi pribadi, kesehatan dan rehabilitasi penyandang disabilitas atas dasar kesetaraan dengan orang lain. Untuk mencapai tujuan ini, Negara-Negara Pihak harus memastikan tersedianya akomodasi yang wajar bagi penyandang disabilitas.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Referensi

Dokumen terkait

1) Tenaga kerja disabilitas belum mempunyai kesempatan yang setara dengan tenaga kerja non disabilitas (gaji, kesempatan kerja, dan peningkatan karier). 2)

Hal ini karena kelompok ini belum baik memahami berbagai issue tentang permasalahan penyandang disabilitas, kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dengan penanganan

(1 ). Pencegahan Disabilitas , termasuk tetapi tidak terbatas pad a pencegahan kebutaan yang bisa dihindari. Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat bagi penyandang

penyandang tunarungu wicara, dan penyandang tunagrahita tingkat ringan. Penyandang disabilitas di Desa Sidoharjo yang termasuk dalam kategori trainable atau mampu latih

Negara telah memberikan jaminan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak politik yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk dalam kontestasi politik seperti pemilu

Perubahan paradigma tentang penyandang disabilitas sebagai bagian hak asasi manusia (HAM) diatur secara spesifik dalam tujuan pelaksanaan dan pemenuhan hak penyandang

Tulisan ini bermaksud untuk mendeskripsikan hasil pengabdian kepada masyarakat tentang pelatihan inklusif advokasi kebijakan perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas,

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah belum membuat Standar Operasional Pelayanan SOP dalam mengimplementasikan kebijakan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas di