MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
CHRISTOFFEL BLINDENMISSION INTERNATIONAL TENTANG
PROGRAM PENCEGAHAN DISABILITAS DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, · selanjutnya disebut "KEMENKES", dan Christoffel Blindenmission International dengan kantor pusat di Jerman, selanjutnya disebut "CBM", selanjutnya secara bersama disebut "Para Pihak".
MENGJNGAT bahwa CBM adalah lembaga internasional non-pemerintah yang bersifat non sektarian, non politik dan nirlaba; yang berkedudukan di Bensheim, Jerman, bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas dan orang yang memiliki risiko disabilitas.
MENGAKUI kerjasama Para Pihak yang bermanfaat berdasarkan Memorandum Saling Pengertian tentang Program Pencegahan Disabilitas dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas yang ditandatangani di Jakarta tanggal 1 Oktober 2014 dan berakhir tanggal 30 September 2017.
BERKEINGINAN untuk melanjutkan kerjasama antara Para Pihak dalam Program Pencegahan Disabilitas dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas.
SESUAI dengan peraturan perundang-undangan, kebijakan serta prosedur Pemerintah Indonesia yang berlaku tentang kerjasama teknis luar negeri.
PASAL1
TUJUAN KERJA SAMA
Tujuan dari Memorandum Saling Pengertian (MSP) ini adalah untuk menyediakan suatu kerangka hukum bagi Para Pihak dalam memperkuat dan melanjutkan pelaksanaan Program Pencegahan Disabilitas dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas.
PASAL 2
RUANG LINGKUP KERJA SAMA Para Pihak sepakat untuk melaksanakan program:
(1 ). Pencegahan Disabilitas, termasuk tetapi tidak terbatas pad a pencegahan kebutaan yang bisa dihindari.
(2). Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat bagi penyandang disabilitas. (3). Kesehatan Jiwa Masyarakat.
PASAL3 WILAYAH KERJA
1. Para Pihak sepakat untuk melaksanakan kerja sama pada wilayah kerja yang meliputi: 1) Jawa Barat. 2) Jawa Timur. 3) Jawa Tengah. 4) Yogyakarta. 5) DKI Jakarta. 6) Aceh. 7) Kalimantan Timur. 8) Sulawesi Selatan. 9) Sulawesi Utara.
1 0) Nusa Tenggara Timur. 11) Banten.
2. Setiap perubahan wilayah kerja lainnya wajib dikonsultasikan dan disetujui bersama secara tertulis oleh Para Pihak.
PASAL 4 MITRA KERJA Untuk melaksanakan MSP ini:
(1 ). KEMENKES menunjuk Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (selanjutnya disebut "Setditjen P2P") sebagai pihak pelaksana.
(2). CBM menunjuk Perwakilan CBM di Indonesia (selanjutnya disebut CBM Indonesia) sebagai pihak pelaksana.
(3). CBM difasilitasi oleh KEMENKES dapat bekerja sama dengan pihak ketiga dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan MSP ini.
PASAL 5 ARAHAN PROGRAM
(1). Mekanisme kerja sama diuraikan dalam arahan program yang wajib dibuat oleh Para Pihak dan tercantum di dalam lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari MSP ini.
(2). Arahan program sebagaimana disebut dalam ayat (1 ), memuat hal-hal tentang fokus program, ruang lingkup program, pembiayaan program, lokasi pelaksanaan program, mekanisme pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, pelaporan dan publikasi serta penutup.
(3). Semua program yang akan dilaksanakan di MSP ini wajib sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), serta Rencana Strategis (Renstra) KEMENKES.
(4). Rincian program wajib dirumuskan dalam Rencana lnduk Kegiatan dan Rencana Kegiatan Tahunan.
PASAL 6
RENCANA KEGIATAN
(1 ). CBM wajib menyusun dan menyampaikan Rencana lnduk Kegiatan secara tertulis yang berisi keseluruhan program atau kegiatan selama tiga tahun kepada KEMENKES untuk mendapat persetujuan.
(2). CBM dengan difasilitasi KEMENKES, wajib berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Kegiatan Tahunan yang memuat seluruh kegiatan selama setahun.
(3). Rencana lnduk Kegiatan dan Rencana Kegiatan Tahunan wajib mendapat
persetujuan secara tertulis dari Para Pihak.
1. KEMENKES wajib:
PASAL7 KEWAJIBAN
a. Memfasilitasi CBM dalam pengurusan visa, ijin kerja, ijin tinggal, serta ijin keluar dan/atau ijin masuk kembali ke Indonesia bagi tenaga ahli asing sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
b. Memfasilitasi CBM dalam pengurusan cukai dan pajak sesuai
dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan yang
tercantum dalam MSP bersama-sama dengan instansi pemerintah
Indonesia terkait.
2. CBM wajib:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
b. Melaksanakan program yang telah disepakati dalam MSP ini.
c. Menyediakan pendanaan, peralatan dan fasilitas yang diperlukan
bagi pelaksanaan program, serta menyediakan tenaga ahli asing
yang memiliki keahlian yang tidak tersedia di Indonesia dalam rangka alih pengetahuan dan teknologi kepada tenaga lokal dan masyarakat sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Setiap perubahan tenaga ahli asing wajib disetujui oleh Para Pihak secara tertulis.
d. Mengutamakan penggunaan produk-produk buatan lokal bagi semua
peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam rangka
e. Menyediakan bantuan pelatihan dan bantuan teknis dalam rangka melaksanakan program dan meningkatkan kapasitas pelaksana program.
f. Membatasi jumlah tenaga ahli asing dalam struktur manajemen, sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.
g. Memiliki kantor perwakilan di wilayah DKI Jakarta.
h. Mewajibkan semua tenaga ahli asing CBM Indonesia mengikuti orientasi yang dilakukan oleh KEMENKES.
i. Mewajibkan semua tenaga ahli asing CBM memenuhi ketentuan keimigrasian di bidang perijinan dan pengawasan orang asing.
j. Menjaga citra baik Indonesia di mata internasional dan tidak mempublikasikan segala bentuk informasi negatif yang merusak nama baik Indonesia.
k. Berkoordinasi dengan KEMENKES atas segala bentuk publikasi tentang Indonesia yang diprakarsai oleh CBM baik di dalam maupun di luar negeri.
I. Bertanggung jawab atas segala pengeluaran yang telah disetujui secara tertulis sesuai dengan prosedur keuangan CBM untuk biaya orientasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang diadakan oleh KEMENKES bersama-sama dengan instansi terkait. m. Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan KEMENKES dan
Pemerintah Daerah serta lembaga terkait lainnya untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program.
n. Menyampaikan laporan perkembangan per bulan dan laporan tahunan kepada KEMENKES melalui Sesditjen P2P serta laporan tambahan bila diperlukan.
o. Mencantumkan logo KEMENKES dan logo CBM secara proporsional pada setiap pengumuman program, laporan tahunan, dan seluruh jenis publikasi lainnya.
PASAL 8
BATASAN AKTIFITAS CBM INDONESIA DAN STAFNYA
(1 ). CBM menjamin bahwa semua kegiatan dan staf yang bertugas dalam status kedinasan berdasarkan MSP ini wajib:
a. Memperhatikan, menghormati dan mematuhi hukum dan peraturan
perundang-undangan, serta kebijakan Pemerintah Republik
Indonesia.
b. Sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia.
c. Menghormati keutuhan, kebebasan politik dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mendukung gerakan separatis apapun.
d. Menghormati kebiasaan, tradisi, budaya, adat istiadat, agama dan kepercayaan masyarakat lokal.
e. Tidak terlibat dalam kegiatan intelijen/klandestin apapun. f. Tidak terlibat dalam kegiatan politik dan komersial apapun.
g. Tidak terlibat dalam penyebaran agama apapun, dan/atau aliran
kepercayaan yang dapat mengganggu stabilitas kehidupan
beragama.
h. Tidak melakukan aksi penggalangan dana dari individu maupun
organisasi di Indonesia untuk mendukung program dan kegiatannya.
i. Tidak menggunakan fasilitas Lembaga Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk kegiatan selain yang disetujui oleh MSP ini.
j. Tidak melakukan kegiatan lain selain yang disetujui oleh MSP ini.
k. Tidak melakukan kegiatan yang mengganggu hubungan diplomatik.
(2). Pelanggaran terhadap ketentuan di atas dapat menyebabkan pencabutan
izin CBM dan stafnya serta tindakan-tindakan lain yang dipersyaratkan oleh hukum, peraturan perundang-undangan, dan kebijakan yang berlaku di Indonesia.
PASAL 9
STATUS PERLENGKAPAN DAN MATERIAL PENDUKUNG
(1 ). Semua perlengkapan dan material pendukung program yang
diadakan/dibeli oleh CBM dalam rangka pelaksanaan program wajib
hanya digunakan semata-mata demi kepentingan pelaksanaan program.
(2). Apabila sebelum berakhirnya program terjadi perubahan pemanfaatan
dan atau penghapusan atas perlengkapan dan material pendukung, maka CBM wajib mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan KEMENKES.
(3). Setelah berakhirnya program, penyelesaian perlengkapan dan material pendukung yang bebas pajak harus dikonsultasikan dan disetujui bersama-sama oleh Para Pihak.
(4). Apabila perlengkapan dan material pendukung seperti yang disebutkan dalam ayat 1 sampai 3 akan dialihkan kepemilikannya kepada pihak lain, maka serah terima perlengkapan dan material pendukung di maksud, dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PASAL10
TATA CARA PENGELOLAAN HIBAH LANGSUNG OLEH ORGANISASI KEMASYARAKATAN ASING
(1 ). Tata cara pengelolaan hi bah langsung dalam bentuk uang, barang, jasa dan atau surat berharga mengacu kepada ketentuan yang diatur oleh Keputusan Menteri Kesehatan.
(2). Rekonsiliasi hibah dalam bentuk uang, barang, jasa dan atau surat berharga paling sedikit satu kali dalam tiga bulan dan ditandatangani Para Pihak.
(3). Rekonsiliasi hibah dalam bentuk barang dan jasa dinyatakan dalam bentuk Berita Acara Serah T erima yang ditandatangani oleh Para Pihak. (4). Rencana lnduk Kegiatan dan perubahannya menjadi dasar dalam
penyusunan Berita Acara Serah Terima.
PASAL11 DOMISILI
1. a. KEMENKES berdomisili di Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9, Jakarta 12950 Indonesia.
b. Setdi~en P2P berdomisili di Jalan Percetakan Negara No. 29, PO.BOX. 223, Jakarta Pusat 10560; Telp: 021-4247 608, Fax: 021-4207 807. 2. a. CBM berdomisili di Stubenwald-AIIee 5, 64625, Germany; Telp: +49 (0)
6251-131-426
b. CBM Indonesia berdomisili di Jalan Guntur No. 22, Setiabudi, Jakarta 12980; Telp: 021-8378 9798; Fax: 021-8378 9799.
3. Dalam hal terjadi perubahan domisili, masing-masing Pihak wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lainnya.
PASAL12
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Apabila terjadi perselisihan/perbedaan terhadap penafsiran dan/atau
pelaksanaan MSP ini wajib diselesaikan secara damai melalui konsultasi atau negosiasi di antara Para Pihak.
PASAL13 PERU BAHAN
(1 ). MSP ini dapat diubah setiap sa at melalui persetujuan bersama secara tertulis oleh Para Pihak.
(2). Perubahan dimaksud wajib menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
MSP ini dan wajib mulai berlaku pada tanggal yang disepakati oleh Para Pihak.
PASAL14
MULAI BERLAKU, JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN
(1 ). MSP ini mulai berlaku sejak tang gal ditandatangani dan berlaku untuk
jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(2). MSP ini dapat diakhiri setiap saat oleh salah satu pihak dengan
mengirimkan pemberitahuan secara tertulis kepada Pihak lainnya mengenai keinginannya untuk mengakhiri MSP ini dalam waktu
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum tanggal pengakhiran dimaksud.
(3). Pengakhiran MSP ini tidak akan mempengaruhi penyelesaian program
yang sedang berjalan. CBM wajib menyelesaikan program yang sedang berjalan tersebut paling lambat 6 (enam) bulan setelah tanggal
pengakhiran, kecuali Para Pihak menentukan lain.
SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, telah menandatangani
DIBUAT rangkap dua di Jakarta pada tanggal 12 September 2017, dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa lnggris, semua naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran, naskah dalam bahasa Indonesia yang berlaku.
UNTUK KEMENTERIAN
~ KESEHATAN REPUBLiK INDONESIA
dr. H. Mohamad Subuh, MPPM Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
UNTUK CHRISTOFFEL
M
BLINDENMISSION INTERNATIONALDavid Bainbridge Direktur lnternasional
ARAHAN PROGRAM
A. LAT AR BELAKANG
CBM adalah lembaga internasional non-pemerintah yang bersifat non
sektarian, non politik dan nirlaba yang berkomitmen untuk meningkatkan
kualitas hidup penyandang disabilitas dan orang yang memiliki risiko
disabilitas. Dalam menjalankan program-programnya, CBM bekerjasama
dengan mitra lokal, nasional dan internasional dengan visi dunia yang
inklusif dimana semua penyandang disabilitas berhak untuk mendapatkan hak asasi dan mencapai potensi optimal mereka. Program-program CBM dijalankan dengan pendanaan yang diterima dari donor perorangan di
negara-negara tempat kantor asosiasi CBM berada dan lembaga donor.
CBM telah bekerja di Indonesia sejak 1978 dan saat ini bekerja dalam kemitraan dengan 25 institusi/organisasi baik pemerintah maupun non pemerintah untuk menjalankan program pencegahan disabilitas dan
pemberdayaan penyandang disabilitas di Indonesia.
B. PROGRAM
I. Fokus Program
Fokus utama dari kerjasama antara Kementerian dan CBM Indonesia
adalah pencegahan disabilitas dan pemberdayaan penyandang disabilitas.
II. Ruang Lingkup Program
1. Pencegahan disabilitas, termasuk tetapi tidak terbatas pada,
pencegahan kebutaan:
a. Menyediakan bahan habis pakai untuk operasi katarak, dan
subsidi untuk membantu pasien kurang mampu yang belum tercakup dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
untuk mendapatkan pelayanan.
b. Memberikan layanan low vision, yang mencakup deteksi dini
gangguan penglihatan pada anak dan pengembangan sistem
di tingkat primer, sekunder, dan tersier, termasuk mengembangkan sistem yang efektif dan aksesibel untuk pengadaan alat bantu low vision di Indonesia.
c. Peningkatan kapasitas dan promosi praktik baik. d. Penguatan sistem kesehatan yang komprehensif. e. Perawatan dan perbaikan alat dan instrumen katarak. f. Sosialisasi, advokasi dan membangun jejaring.
g. Mempromosikan penerapan inklusif disabilitas di layanan kesehatan supaya penyandang disabilitas memiliki akses yang sama ke layanan kesehatan.
h. Monitoring dan evaluasi (kunjungan lapangan berkala, laporan per triwulan, semester, dan tahunan).
2. Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat
a. Pemberdayaan penyandang disabilitas dengan memfasilitasi pembentukan 'self help group' dan organisasi penyandang disabilitas, layanan kesehatan dan terapi, rehabilitasi fisik dan
psikososial, pengembangan mata pencaharian dan pendidikan.
b. Peningkatan kapasitas dan promosi praktik baik. c. Penguatan sistem kesehatan yang komprehensif. d. Sosialisasi, advokasi dan membangun jejaring.
e. Mempromosikan penerapan inklusif disabilitas dalam program tanggap bencana dan pengurangan risiko bencana.
f. Monitoring dan evaluasi (kunjungan lapangan berkala, laporan per triwulan, semester, dan tahunan).
3. Kesehatan Jiwa Masyarakat
a. Peningkatan kapasitas dan promosi praktik baik.
b. Memfasilitasi rumah sakit umum sebagai pusat rujukan dan rawat inap kesehatan jiwa.
c. Memfasilitasi puskesmas pembantu (pustu) dan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) sebagai pusat rehabilitasi kesehatan jiwa masyarakat.
d. Pemberdayaan orang dengan masalah kejiwaan dengan memfasilitasi pembentukan 'user and carer groups'.
e. Peningkatan akses rehabilitasi komprehensif dan pemberdayaan ekonomi untuk orang dengan masalah kejiwaan.
f. Penguatan sistem kesehatan yang komprehensif.
g. Mempromosikan penerapan inklusif disabilitas di layanan kesehatan jiwa supaya penyandang disabilitas memiliki akses ke layanan kesehatan jiwa.
h. Monitoring dan evaluasi (kunjungan lapangan berkala, laporan
per triwulan, semester, dan tahunan).
C. MANAJEMEN PROGRAM
I. Rencana lnduk Kegiatan (Rencana Kerja Tiga Tahun)
1. CBM bersama Mitra Kerjasama (selanjutnya disebut "Setditjen P2P") menyiapkan Rencana lnduk Kegiatan (Rencana Kegiatan Tiga Tahun) sebagai rujukan dalam rangka pelaksanaan program yang memuat:
a) Pendahuluan.
b) Tujuan. c) Sasaran.
d) Hasil yang diharapkan.
e) Kegiatan.
f) Tenaga KerjafTenaga Ahli.
g) Lokasi dan Kelompok Sasaran/Penerima Manfaat. h) Pembiayaan; dan
i) Penutup.
2. Rencana lnduk Kegiatan ditandatangani oleh CBM dan Setditjen P2P. 3. Rencana lnduk Kegiatan dijadikan rujukan dalam penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan, dan disampaikan kepada masing
II. Rencana Kegiatan Tahunan
1. CBM Indonesia menyiapkan Rencana Kegiatan Tahunan sebagai rujukan dalam pelaksanaan program di masing-masing wilayah kerja, yang memuat:
a) Pendahuluan. b) Tujuan. c) Sasaran.
d) Hasil yang diharapkan. e) Kegiatan.
f) Tenaga Kerja/Tenaga Ahli.
g) Peran serta Pihak Ketiga.
h) Lokasi Pelaksanaan dan Kelompok Sasaran/Penerima Manfaat.
i) Pembiayaan.
j) Jadwal Pelaksanaan Program; dan
k) Penutup.
2. Rencana Kegiatan Tahunan dikonsultasikan oleh CBM Indonesia
kepada Pemerintah Daerah, difasilitasi oleh Setditjen P2P.
3. Rencana Kegiatan Tahunan ditandatangani oleh CBM Indonesia dan
Pemerintah Daerah, serta diketahui oleh Setdi~en P2P.
4. Rencana Kegiatan Tahunan dijadikan rujukan bagi CBM Indonesia
dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kegiatan di masing-masing wilayah kerja.
Ill. Pembiayaan
Pembiayaan pelaksanaan program kerjasama ini bersumber dari
anggaran CBM yang diperkirakan sebesar Rp. 35.000.000.000 (Tiga
puluh lima milyar rupiah) dan dapat bertambah atau berkurang sesuai
dengan perkembangan program selama 3 (tiga) tahun dengan rincian sebagai berikut:
1. Program pencegahan kebutaan: Rp. 15.750.000.000.
2. Program rehabilitasi bersumberdaya masyarakat: Rp. 14.000.000.000.
IV. Lokasi
1. Lokasi pelaksanaan program CBM meliputi Provinsi: a) Jawa Barat. b) Jawa Timur. c) Jawa Tengah. d) Yogyakarta. e) DKI Jakarta. f) Aceh. g) Kalimantan Timur. h) Sulawesi Selatan. i) Sulawesi Utara. j) Nusa Tenggara Timur. k) Banten.
D. PELAKSANAAN I. Tingkat Pusat
1. Kemenkes melalui Setditjen P2P memfasilitasi dalam mengoptimalkan pelaksanaan program kerjasama, baik di tingkat pusat maupun daerah.
2. Kemenkes melalui Setditjen P2P menyebarluaskan informasi
mengenai program kerjasama kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayah kerja.
3. Kemenkes melalui Setditjen P2P bersama dengan instansi terkait tingkat pusat memfasilitasi pengurusan penempatan dan perpanjangan izin kerja tenaga ahli asing CBM di tingkat pusat. 4. Kemenkes melalui Setditjen P2P memfasilitasi dan membina
Pemerintah Daerah di wilayah kerja dalam mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan tahunan.
5. Kemenkes mengkoordinasikan Tim Koordinasi Pusat yang terdiri dari
inter kementerian untuk mengefektifkan pelaksanaan MSP.
6. Tim Koordinasi Pusat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan kerjasama.
7. Setditjen P2P dengan memperhatikan masukan dari Tim Koordinasi Pusat menyampaikan laporan kegiatan tahunan CBM melalui Biro
Kerja Sarna Luar Negeri (Biro KSLN) kepada instansi/lembaga terkait.
II. Tingkat Provinsi
1. Gubernur melalui Dinas Kesehatan Provinsi bertanggungjawab dalam mengoptimalkan pelaksanaan program kerjasama dengan CBM Indonesia di daerahnya.
2. Gubernur melalui Dinas Kesehatan Provinsi memfasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di wilayah kerja CBM Indonesia dalam mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan tahunan.
Ill. Peran serta Pihak Ketiga
1. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan, CBM dapat melibatkan Organisasi Profesi, kelompok-kelompok masyarakat, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Yayasan yang berbadan hukum dan secara sah terdaftar di Pemerintah Pusat/Daerah.
2. CBM memberitahukan kepada Pemerintah Daerah tentang peran serta pihak ketiga dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama.
E. PEMANT AUAN DAN EVALUASI
1. CBM, Setditjen P2P, dan Pemerintah Daerah menyepakati program/kegiatan dan lokasi yang akan dipilih untuk dipantau dan di evaluasi.
2. Tim Koordinasi Pusat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap perkembangan pelaksanaan program/kegiatan CBM dua kali selama periode MSP atau sesuai kebutuhan dan kesepakatan yang akan ditentukan selanjutnya pada lokasi program/kegiatan yang telah disepakati atas beban biaya CBM.
3. Tim Koordinasi Pusat dapat melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan kerjasama pada lokasi program/kegiatan, sesuai kebutuhan atas beban biaya APBN, dan dapat berkoordinasi dengan CBM.
4. Apabila diperlukan, CBM dapat mengundang perorangan atau lembaga independen untuk melakukan pemantauan, dan dilaporkan ke Setditjen P2P.
5. Tim Koordinasi Pusat yang melakukan pemantauan dan evaluasi
perkembangan pelaksanaan program/kegiatan, memberikan
rekomendasi kepada CBM.
6. Hasil evaluasi akhir dan Rapat Tim Koordinasi Pusat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memperpanjang MSP.
F. PELAPORAN DAN PUBLIKASI
I. Pelaporan
1. CBM menyusun dan menyampaikan Laporan Triwulan dan Tahunan
kepada Setditjen P2P dengan tembusan ke pemerintah daerah.
2. Laporan triwulan memuat ringkasan kegiatan.
3. Materi Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan, memuat:
a. Pendahuluan. b. Tujuan. c. Sasaran.
d. Keluaran/Hasil yang dicapai.
e. Lokasi Pelaksanaan dan Kelompok Penerima manfaat.
f. Kegiatan yang telah dilaksanakan.
g. Tenaga Kerja/Tenaga Ahli yang digunakan.
h. Peran serta Pihak Ketiga.
i. Pembiayaan.
j. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya.
k. Penutup.
4. Apabila diperlukan, Setditjen P2P dapat meminta laporan insidentil
sesuai kebutuhan kepada CBM.
II. Publikasi
1. CBM melakukan koordinasi dengan Setditjen P2P mengenai
publikasi dibawah ruang lingkup kerjasama sebagaimana diatur dalam MSP.
2. CBM bersama-sama dengan Setditjen P2P, serta Pemerintah
Daerah dapat melakukan publikasi bersama tentang hasil
G.
PENUTUP
Arahan Program ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan CBM.
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN
THE MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
CHRISTOFFEL BLINDENMISSION INTERNATIONAL ON
PREVENTION OF DISABILITIES AND EMPOWERMENT OF PERSONS WITH DISABILITIES PROGRAM
Ministry of Health of the Republic of Indonesia, hereinafter referred to as "MOH", and Christoffel Blindenmission International, hereinafter referred to as "CBM", hereinafter jointly referred to as "The Parties".
NOTING that CBM is an international non-governmental organization (INGO) that is non sectarian, non political and non profit; based in Bensheim, Germany, whose aim is to improve the quality of life of persons with disabilities and at risk of disability.
ACKNOWLEDGING the fruitful cooperation between the Parties which was formed based upon the Memorandum of Understanding on Prevention of Disabilities and Empowerment of Persons with Disabilities Program, signed in Jakarta on 1 October 2014 that has expired.
DESIRING to continue the cooperation between the Parties in the Prevention of Disabilities and Empowerment of Persons with Disabilities Program.
PURSUANT TO the prevailing laws and regulations, policies and procedures of the Government of the Republic of Indonesia concerning international technical cooperation.
HAVE REACHED the following understanding:
ARTICLE 1
OBJECTIVE OF COOPERATION
The objecti.ve of this Memorandum of Understanding (MOU) is to provide a legal framework between Parties to strengthen and continue the Prevention of Disabilities and Empowerment of Persons with Disabilities Program.
ARTICLE 2
SCOPE OF COOPERATION The Parties agree to imp!ament programs on:
(1) Prevention of disabilities, including but not restricted to, the prevention of avoidable blindness.
(2) Community-Based Rehabilitation for persons with disabilities.
(3) Community Mental Health.
ARTICLE 3
LOCATION OF ACTIVITIES
1. The Parties agree to implement programs in work area comprising:
1) West Java. 2) East Java. ,, 3) Central Java.
4)
Yogyakarta. 5) DKI Jakarta. 6) Ace h.7)
East Nusa Tenggara.8) East Kalimantan.
9) South Sulawesi.
10) North Sulawesi.
11) Banten.
2. Any changes of location and/or activities shall be consulted and agreed in
writing by the Parties.
ARTICLE 4 EXECUTING AGENCY For the implementation of this MOU:
1) MOH appoints the Secretariat of Directorate General of Diseases
Prevention and Control (hereinafter referred to as "SETDIT JEN P2P") as
executing agency.
2) CBM appoints CBM Representative Office in Indonesia (hereinafter
referred to as CBM Indonesia) as executing agency.
3) CBM, facilitated by MOH, can collaborate with third party(s) in carrying out the activities under this MOU.
ARTICLE 5 PROGRAM DIRECTION
1) The mechanism of cooperation is outlined in the program direction prepared by the Parties which shall constitute an integral part of this MOU as an annex.
2) Program direction stated in article (1) contains program focus, program scope, program funding, the locations for program implementation, mechanism of implementation, monitoring and evaluation, reporting and publication, as well as conclusion.
3) All programs to be implemented under this MOU shall be in line with the National Medium-Term Development Plan and the Regional Medium Term Development Plan, and also the strategic plan of MOH.
4) The details of programs shall be formulated in the Master Plan and Annual Action Plan.
ARTICLE 6 PLAN OF OPERATION
1) CBM shall prepare and submit the written Master Plan containing overall program or three-year action plan to MOH for approval.
2) CBM, facilitated by MOH, should coordinate and consult with Provincial/Local Governments in preparing . an Annual Action Plan containing one-year overall activities.
3) The Master Plan and Annual Action Plan should be agreed in writing by the Parties.
1. MOH shall:
ARTICLE 7 OBLIGATIONS
a. Facilitate CBM in arranging the visa, working permit, stay permit,
entry and re-entry permit for foreign staff in accordance with the prevailing laws and regulations of the Republic of Indonesia.
b. Facilitate CBM in arranging the customs and taxes in accordance with the prevailing Indonesian laws and regulations.
c. Monitor and evaluate the implementation of the program activities described within this MOU in cooperation with related Indonesian government institutions.
2. CBM shall:
a. Comply with all applicable laws and regulations in Indonesia.
b. Implement all programs that have been mutually agreed under this MOU.
c. · Provide necessary funding, equipment and facilities for the implementation of all programs, and provide foreign experts only if Indonesian experts are not available, within the framework of transfer of knowledge and technology to local staff and communities in accordance with the prevailing laws and regulations of Republic of Indonesia. Any changes to foreign experts shall be approved by the Parties in writing.
d. Prioritize the use of locally-made products for all equipment and materials used in the implementation of the program activities.
e. Provide training assistance and technical assistance in the implementations of the program and increase the capacity of program implementers.
f. Limit the number of foreign staff in the management structure to a maximum of 3 (three) persons.
g. Have a representative office in Jakarta.
h. Require all foreign experts of CBM Indonesia to follow orientation held by the MOH.
i. Require all foreign experts of CBM to comply with immigration regulations relating to permits and foreigners monitoring procedure. j. Maintain Indonesia's good image in the International forum and
refrain from publishing any negative information that may damage Indonesia's reputation.
k. Coordinate with the MOH regarding any national or international publication on Indonesia initiated by CBM.
I. Be responsible for all reasonable expenses previously agreed in writing according to CBM Indonesia accounting procedures for orientation, monitoring and evaluation of the project conducted by MOH together with related institutions.
m. Consult and coordinate with the MOH and Local Government as well as related institutions to ensure smooth program implementation. n. Submit three-month/quarterly progress reports to MOH through
SETDIT JEN P2P and if deemed necessary any additional reports. o. Appropriately place the MOH logo on every program board, annual
report and all types of publication. ARTICLE 8
LIMITATION ON THE ACTIVITIES OF CBM INDONESIA AND ITS PERSONNEL
(1 ). CBM assures that its activities and staff assigned in their official status under this MOU, shall:
a. Observe, respect and comply with the laws and regulations, as well as policies of the Government of the Republic of Indonesia.
b. Be in line with Indonesian national interests.
c. Respect the integrity, political freedom and sovereignty of the Unitary State of the Republic of Indonesia and refrain from supporting any separatist movements.
d. Respect the customs, traditions, culture, religions, and beliefs of the local community.
e. Refrain from involving in any intelligence/clandestine activities. f. Refrain from engaging in any political and commercial activities. g. Refrain from conducting any religious and or belief propagation that
potentially sabotage religious harmony and stability.
h. Refrain from conducting fundraising activities from individuals or local organizations in Indonesia to support its programs and activities. i. Not using the facilities of Government Institutions and Local
Government for activities other than approved under this MoU. j. Refrain from doing activities other than approved under this MoU.
k. Refrain from engaging in activities that disrupt diplomatic relations. (2). Any violation of the above provisions may result in the revocation of the
permits of the concerned person and/or activities and other measures required by the prevailing laws and regulations of the Republic of Indonesia as well as Indonesian Government Policies.
ARTICLE 9
STATUS OF EQUIPMENT AND MATERIAL SUPPORT
(1). Equipment and materials provided/purchased by CBM to support the implementation of the program shall be used solely for the purpose of the implementation of the program.
(2). If there is a change of purpose and/or write-off of the equipment and materials before completion of the program, then it shall be consulted in advance with MOH.
(3). After the completion of the program, disposal of tax-exempted equipment and materials shall be consulted and agreed by the Parties.
(4). If the equipment and material support as mentioned in paragraphs 1 to 3 will be handed over to another party either before or after the end of the program implementation, the handover shall be documented in a Handover Minutes in accordance with the laws and regulations that apply.
ARTICLE 10
THE MANAGEMENT OF DIRECT GRANTS BY INGO
(1 ). The management of direct grants in the form of money, goods, services or
securities is governed by the conditions set forth by the Decree of the
Minister of Health.
(2). Reconciliation of grants in the form of money, goods, services, or securities is done at least once in three months and signed by the Parties. (3). Reconciliation of grants in the form of goods and services must be
expressed in the Handover Report signed by the Parties.
(4). Master Plan and any changes shall be the basis for the preparation of Handover Report.
ARTICLE 11 DOMICILE
1. a. MOH is located on Jalan HR Rasuna Said Block X5 Kav 4-9, Jakarta
12950 Indonesia.
b. SETDIT JEN P2P is located on Jalan Percetakan Negara No. 29,
PO.BOX. 223, Jakarta Pusat 10560; Telp (021) 4247 608, Fax (021) 4207 807.
2. a. CBM is located on Stubenwald-AIIee 5, 64625, Germany; Phone: +49 (0) 6251-131-426.
b. CBM Indonesia is located on Jalan Guntur No. 22, Setiabudi, Jakarta 12980; Phone: 021-8378 9798; Fax: 021-8378 9799.
3. In the event of any changes of domicile, each Party shall notify the other Party in writing.
ARTICLE 12
SETTLEMENT OF DISPUTES
Any dispute concerning the interpretation and/or application of this MoU shall be settled amicably through consultation or negotiation between The Parties.
ARTICLE 13 AMENDMENT
(1 ). This MoU may be amended at any time by mutual written consent of The Parties.
(2). Such amendment or revision shall come into force on the date as may be determined by the Parties.
ARTICLE 14
ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION
(1 ). This MOU shall enter into force on the date of its signing, shall be effective for a period of three years.
(2). Either party may terminate this MOU at any time by sending a written notification to the other Party of its intention to terminate this MOU at least 6 (six) months prior to the intended date of termination.
(3). The termination of this MOU shall not affect the completion of ongoing program. CBM should complete the ongoing program no later than 6 (six) months after the termination date, unless the Parties decide otherwise.
IN WITHNES WHEREOF, the undersigned, have signed this MOU:
MADE in duplicate in Jakarta on September 1
ih,
2017 in Indonesian and English languages, both texts being equally authentic. In case of any"
divergence of interpretation, the Indonesian text shall prevail.THE MINISTRY OF HEALTH OF
~
THE REPUBLIC OF INDONESIAdr. H. Mohamad Subuh, MPPM Director General of Diseases
Prevention and Control
CHRISTOFFEL BLINDENMISSION
trl( INTERNATIONAL
David Bainbridge
PROGRAM DIRECTION
A.
BACKGROUND
CBM is an international non-governmental organization that is nonsectarian, nonpolitical and nonprofit committed to improving the quality of life of persons with disabilities and those at risk of disability. In carrying out its programs, CBM collaborates with local, nationally, and internationally partners with a vision of an inclusive world in which all persons with disabilities enjoy their human rights and achieve their full potential. CBM programs are funded from individual donors in the countries where the CBM association offices are located and from donor agencies.
CBM has been working in Indonesia since 1978 and is currently working in partnership with 25 institutions/organizations both governmental and non-governmental programs to implement programs for prevention of disability and empowerment of persons with disabilities in Indonesia.
B.
PROGRAM
I. Program Focus
The main focus of cooperation between the Ministry and CBM Indonesia is in prevention of disabilities and empowerment of persons with disabilities.
II. Scope of Program
1. Prevention of disabilities, including but not restricted to, the prevention of avoidable blindness:
a. Providing consumables for cataract surgery, and subsidies to help the poor patients, who have not been included in the National Health Insurance program (JKN), to access services.
b. Providing low vision services, which include early detection of vision problems and the development of a comprehensive system of services for the prevention of blindness in children in the
primary, secondary and tertiary level, including developing an effective and accessible system for the provision of low vision devices in Indonesia.
c. Capacity building and promotion of good practice.
d. Comprehensive health system strengthening.
e. Maintenance and repair of cataract equipment and instruments.
f. Sensitization. advocacy and networking.
g. Promoting the implementation of disability inclusive health
services so that persons with disabilities have equal access to health services.
h. Monitoring and evaluation (periodic field visits, quarterly,
six-monthly and annual reports.
2. Community-Based Rehabilitation
a. Empowering persons with disabilities by facilitating the formation
of self help groups and Disabled People's Organizations (DPOs),
medical service and therapy, physical and psychosocial
rehabilitation, livelihood, and education.
b. Capacity building and promotion of good practice.
c. Sensitization, advocacy and networking.
d. Comprehensive health system strengthening.
e. Promoting the implementation of disability inclusion in disaster
response and disaster risk reduction programs.
f. Monitoring and evaluation (periodic field visits, quarterly, six-monthly, and annual reports).
3. Community Mental Health
a. Capacity building and promotion of good practice.
b. Facilitating public hospitals as referral centers for in-patient mental health,
c. Facilitating primary health satellite centers and Community-Based Health Centers (UKBM) as community mental health rehabilitation center.
d. Empowering persons with mental health problems by facilitating
e. Increasing access to comprehensive rehabilitation and economic empowerment for persons with mental health problems.
f. Comprehensive health system strengthening.
g. Promoting the implementation of disability inclusive mental health services so that persons with disabilities have access to mental health services.
h. Monitoring and evaluation (periodic field visits, quarterly, six-monthly, and annual reports).
C. PROGRAM MANAGEMENT
I. Master Plan (Three-year action plan)
1. CBM and Partner (hereinafter referred as "Setditjen P2P") prepare a Master Plan (Three-year action plan) as a reference for the implementation of the program comprising:
a. Introduction. b. Objectives. c. Target.
d. The expected results. e. Activities.
f. Manpower/Experts.
g. Location and Target Group/Beneficiaries. h. Financing.
i. Closing.
2. Master Plan is signed by CBM and Setditjen P2P.
3. Master Plan serves as reference for preparation of Annual Action Plan and is submitted to respective Local Governments in the working area.
II. Annual Action Plan
1. CBM Indonesia prepares Annual Action Plan as reference for program implementation in respective working areas, comprising:
a) Introduction. b) Objectives.
c) Target.
d) The expected results. e) Activities.
f) Manpower/Experts.
g) The role of the Third Party.
h) Location and Target Group/Beneficiaries. i) Financing.
j) Program implementation schedule; and k) Closing.
2. CBM Indonesia, facilitated by Setditjen P2P, consults the Annual Action Plan to Local Governments.
3. The Annual Action Plan is signed by CBM Indonesia and Local Governments, acknowledged by Setditjen P2P.
4. Annual Action Plan serves as reference for CBM Indonesia and Local Government in implementation of activities in their respective working area.
Ill. Financing
The financing of the joint program comes from CBM budget estimated at Rp. 35,000,000,000 (Thirty five billion rupiah) and can
be increased or decreased in accordance with the development
program for 3 (three) years with the following details: 1. Prevention of Blindness Program: Rp. 15,750,000,000
2. Community Based Rehabilitation Program: Rp. 14,000,000,000 3. Community Mental Health Program: Rp. 5,250,000,000
IV. Location
Location for program implementation comprising the provinces of: 1) West Java. 2) East Java. 3) Central Java. 4) Yogyakarta. 5) DKI Jakarta. 6) Ace h.
7)
East Kalimantan.8) South Sulawesi.
9) North Sulawesi.
10) East Nusa Tenggara.
11) Banten.
D. IMPLEMENT AT ION
I. Central Level
1. MOH, through Setditjen P2P, facilitates in optimizing the implementation
of joint program, both at the central and regional levels.
2. MOH, through Setditjen P2P, disseminates information about the joint
program to Provincial and DistricUCity Government in working areas.
3. MOH, through Setditjen P2P, along with relevant agencies at central level,
facilitate the arrangement of placement" and work permit extension for CBM foreign experts at central level.
4. MOH, through Setditjen P2P, facilitates and fosters Regional
Governments in working area to optimize the implemention of annual
activities.
5. MOH coordinates Central Coordination Team consists of inter-ministries to
optimize the implementation of MOU.
6. Central Coordination Team carries out monitoring and evaluation of the
joint activities.
7. Setditjen P2P, with inputs from Central Coordination Team, submits CBM
annual activity report through Bureau of International Cooperation (Biro KSLN) to relevant institutions/agencies.
II. Provincial Level
1. Governor, through Provincial Health Office, is responsible in optimizing
the implementation of joint program with CBM in their areas.
2. Governor, through Provincial Health Office, facilitates DistricUCity
Governments in optimizing implementation of annual activities in CBM
Ill. Roles of Third Party
1. In the implementation of the activities, CBM can involve professional organizations, community groups, universities, NGOs and incorporated foundations that are registered at Central/Regional Government.
2. CBM notifies local government on the role of third parties in the implementation of joint activities.
·E. MONITORING AND EVALUATION
1. CBM, Setditjen P2P and Local Governments agree on the selection of programs/activities to be monitored and evaluated.
2. During the period of MOU, Central Coordination Team carries out monitoring and evaluation twice or as needed at the expense of CBM, on the location/activities that have been agreed upon.
3. Central Coordination Team can carry out monitoring and evaluation of the joint activities in working area according to the needs at the expense of state budget (APBN) and can coordinate with CBM.
4. If necessary, CBM can invite individuals or independent institution to carry out monitoring, and submit the report to Setditjen P2P.
5. Central Coordination Team that carried out monitoring and evaluation on the progress of program/activities, gives their recommendations to CBM 6. Results of the final evaluation and Central Coordination Team meeting
shall be used in the consideration for the extension of MOU.
F. REPORTING AND PUBLICATION I. Reporting
1. . CBM prepares and submits quarterly and annual Reports to Setditjen P2P with copies to local governments.
2. Quarterly report provides summary of activities 3. Quarterly Report and Annual Report comprise of: a. Introduction.
b. Objectives. c. Target.
d. The expected results.
f. Activities implemented.
g. Manpower/Experts.
h. The role of the Third Party.
i. Financing.
j. Problems and Solutions.
k. Closing.
4. If necessary, Setdiljen P2P can request incidental reports based on the needs to CBM.
II. Publication
1. CBM coordinates with Setditjen P2P for publications of materials under the scope of cooperation as stipulated in MOU.
2. CBM together with Setditjen P2P and Local Governments can do a joint publication of the results of program implementation.
G. CLOSING
Program direction is an integral part of the Memorandum of Understanding between the Ministry of Health of the Republic of Indonesia and CBM.