• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Faktor (alasan) Perceraian Menurut Hukum Islam (Fikih)

Dibolehkannya suatu perceraian menurut pandangan Hukum Islam, tentu dengan beberapa faktor atau alasan yang dibenarkan. Beberapa faktor penyebab perceraian yang dibenarkan secara agama antara lain karena : salah satu berbuat zina, cacat tubuh atau penyakit dan salah satu menyakiti/menganiaya.54

a. Alasan perceraian karena pasangan melakukan zina

Perbuatan zina dapat dijadikan sebagai salah satu alasan perceraian secara hukum Islam, hal ini berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut :

َل ﺎ َﻗ ٍس ﺎ ﱠﺒ ﻋ ِﻦ ْﺑ ا ِﻦ َﻋ

:

َلﺎَﻘَﻓ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﱠﻞَﺻ ﱢﻲِﺒﱠﻨﻟا ﻰَﻟِإ ٌﻞُﺟَر َءﺎَﺟ

:

ٍﺲِﻣﺎَﻟ َﺪَﯾ َﻊَﻨْﻤَﺗﺎَﻟ ﻲِﺗَأَﺮْﻣا ﱠنِإ

.

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﱠﻞَﺻ َلﺎَﻘَﻓ

:

ﺎَﮭْﺑﱢﺮَﻏ

!

َﻓ

َل ﺎ َﻘ

:

ْﻲِﺴْﻔَﻧﺎَﮭَﻌَﺒْﺘَﺗ ْنَأ ُفﺎَﺧَأ

.

َل ﺎ َﻘ َﻓ

:

ﺎَﮭِﺑ ْﻊِﺘْﻤَﺘْﺳﺎَﻓ

)

د و ا د ﻮ ﺑ ا ه و ر

(

Artinya : ”Dari Ibnu ‘Abas berkata: telah datang seorang laki -laki kepada Nabi SAW kemudian berkata: sesungguhnya istriku tidak menolak akan tangan (orang lain) yang menyentuhnya, maka Nabi SAW berkata: ceraikanlah dia, lalu laki-laki tersebut mengatakan, bahwa saya khawatir diriku mengikutinya (tidak sanggup berpisah/menceraikannya), lalu Nabi SAW berkata: maka bersenang-senanglah dengannya/jagalah dia”. (HR. Abu Dawud)55

Berdasarkan hadits tersebut, maka jika istri berzina dapat dijadikan alasan untuk suami menjatuhkan talak. Demikian juga halnya dengan istri jika suami berzina dapat mengajukan gugatan atau khulu’meskipun tidak wajib. Dalam penjelasan hukumnya, Rasulullah saw memberi hak sepenuhnya kepada suami untuk menceraikannya atau tidak. Hadits di atas juga menggambarkan bahwa bagaimana kondisi seseorang jika

53

Departemen Agama,Kompilasi Hukum Islam,Pasal 114 54

Nur Taufik Sanusi,Fikih Rumah Tangga,hlm. 193 55

Abu Dawud Sulaiman Al- Sajastaani, Sunan Abu Dawud, Cet 1, (Beeirut: Dar Ibnu Hazm, 1974), hlm. 315

pasangannya masih dapat menerima, maka Islam tidak mengharuskan untuk memutuskan ikatan perkawinan diantara mereka.

b. Alasan perceraian karena penyakit atau cacat tubuh

Adanya tubuh atau penyakit yang tidak diketahui oleh suami sebelum pernikahan dan tidak dijelaskan oleh pihak istri juga dapat dijadikan alasan perceraian. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw sebagai berikut:

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا َلْﻮُﺳَر ﱠنَأ ِﮫْﯿِﺑَأ ْﻦَﻋ َةَﺮْﺠُﻋ ِﻦْﺑ ٍﺐْﻌَﻛ ِﻦْﺑ ٍﺪْﯾَز ْﻦَﻋ

َو ُﮫَﺑْﻮَﺛ ﻊَﻌَﺿَو ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ َﻞَﺧَد ﺎﱠﻤَﻠَﻓ ،ٍرﺎَﻔِﻏ ﻰِﻨَﺑ ْﻦِﻣ ًةَأَﺮْﻣا َجﱠوَﺰَﺗ

َﺪ َﻌ َﻗ

َلﺎَﻗ ﱠﻢُﺛ َشاَﺮِﻔْﻟا َﻦَﻋَزﺎَﺘَﻓ ﺎًﺿﺎَﯿَﺑ ﺎَﮭِﺤْﺴُﻜِﺑَﺮَﺼْﺑَأ ِشاَﺮِﻔْﻟا ﻰَﻠَﻋ

:

ْي ِﺬ ُﺧ

ِﻚَﺑﺎَﯿِﺛ ِﻚْﯿَﻠَﻋ

!

ﺎًﺌِﺷﺎَھﺎَﺗآ ﱠﻢِﻣ ﺎَھْﺬُﺧْﺄَﯾ ْﻢَﻟَو

)

ﻢ ﻛ ﺎ ﺤ ﻟ ا ه ا َو َر

(

Dari Zaid bin Ka’ab bin ‘Ujrah dari ayahnya, bahwasannya

Rasulullah SAW menikahi seorang wanita dari bani ghifar, maka sebelum masuk (berhubungan) atasnya dan membuka pakaiannya lalu berbaring di pembaringan, Rasulullah SAW melihat putih (sopak) di rusuknya, lalu Nabi beranjak dari pembaringan lalu berkata : ambillah (pakailah) pakaianmu dan beliau tidak mengambil sedikitpun dari apa yang telah diberikan (maharnya).

(HR. Al Hakim).56

Dari hadits di atas, terdapat dua hal yang dapat dipahami yaitu pertama, bahwa Rasulullah saw menikah dengan wanita tersebut tanpa (sebelumnya) mengetahui bahwa ia mempunyai penyakit sopak. Kedua, setelah mengetahuinya (menurut keterangan hadits ini) beliau menceraikannya tanpa mengambil apapun yang telah diberikan kepadanya.57

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa alasan adanya penyakit atau cacat tubuh yang tidak diketahui sebelum pernikahan dapat dijadikan sebagai lasan perceraian.

Menurut Ibnu al- Qayyim yang dikutip oleh Nur Taufik Sanusi dalam buku Fikih Rumah Tangga, berpendapat bahwa:

Semua penyakit atau cacat tubuh yang menyebabkan suami atau istri saling menjauhi sehingga tidak dapat mewujudkan tujuan perkawinan,

56

Ibnu Hajar al- Atsqalani,Bulugh al- Maram min Adillati al- Ahkam, (Semarang: Toha Putra, tt), hlm. 211

57

tidak ada kasih sayang dan saling mencintai dapat dijadikan alasan untun memilih apakah akan tetap mempertahankan tali pernikahan atau bercerai.58

c. Alasan perceraian karena tndakan menyakiti / menganiaya pasangan. Karena perlakuan menyakiti atau penganiayaan yang dilakukan oleh suami terhadap istri maupun istri terhadap suami, dapat dijadikan alasan untuk melakukan perceraian adalah berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw sebagai berikut :

ٍﺖِﺑ ﺎَﺛ َﺪْﻨِﻋ ْﺖَﻧ ﺎَﻛ ٍﻞْﮭَﺳ َﺖْﻨِﺑ َﺔَﺒْﯿِﺒَﺣ ﱠنَأ ﺎَﮭْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر َﺔَﺸِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋ

ﱠﻞَﺻ ﱠﻲِﺒﱠﻨﻟا ِﺖَﺗَﺄَﻓ ﺎَﮭَﻀْﻌَﺑ َﺮﱠﺴَﻜَﻓ ﺎَﮭَﺑَﺮَﻀَﻓ ٍسﺎﱠﻤَﺷ َﻦْﺑ ٍﺲْﯿَﻗ ِﻦْﺑ

ُﷲ ا

َلﺎَﻘَﻓ ﺎًﺘِﺑﺎَﺛ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﱠﻞَﺻ ﱡﻲِﺒﱠﻨﻟا ﺎَﻋَﺪَﻓ ِﺢْﺒﱡﺼﻟا َﺪْﻌَﺑ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ

:

ﺎَﮭْﻗِرﺎَﻓَو ﺎَﮭِﻟﺎَﻣ َﺾْﻌَﺑ ْﺬُﺧ

)

د و ا د ﻮ ﺑ ا ه و ر

(

Artinya : Dari ‘Aisyah r.a.: bahwasannya Habibah binti Sahal

merupakan milik (istri) Tsabit bin Qais bin Syammasy, lalu (suatu saat) Tsabit memukulnya hingga beberapa anggota tubuhnya terluka, maka datanglah Nabi SAW setelah subuh, lalu Beliau memanggil Tsabit dan berkata : ambillah sebagian hartanya (dari mahar yang dibayarkan) dan lalu ceraikanlah dia.(HR. Abi Dawud).59

Berdasarkan hadits tersebut di atas, maka tindakan menyakiti atau menganiaya pasangan suami istri dapat dijadikan alasan untuk memutuskan hubungan pernikahan oleh hakim. Dengan demikian ada beberapa hadits yang dapat dipergunakan sebagai dasar alasan bagi hakim untuk memutuskan perkara konflik rumah tangga khususnya bila telah sepakat untuk mengajukan perceraian baik cerai talak maupun cerai gugat.

2. Faktor (alasan) Perceraian Menurut Undang – Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

Adapaun penyebab perceraian yang digunakan bagi hakim untuk memutus perkawinan, menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974

pasal 39 ayat 2 yaitu : “untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan

58

Nur Taufik Sanusi,Opcit,hlm. 196 59

Abu Dawud Sulaiman Al- Jastani,Sunan Abu Dawud,Cet 1, (Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1974), hlm. 135

bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami

istri”.60

Penjelasan pasal 39 ayat 2 Undang – Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tersebut bahwa alasan yang dapat digunakan untuk melakukan putusan perceraian, antara lain sebagai berikut :

a. Salah satu berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut – turut tanpa izin dari pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal–hal lain diluar kemampuannya;

c. Salah satu mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman berat yang membahayakan pihak lain;

d. Salah satu melakukan kekejaman atau peganiayaan berat yang membahayakan pihak lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidka dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri;

f. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapa hidup rukun lagi dalam rumah tangga.61

Berdasarkan beberapa alasan tersebut di atas, bilamana salah satu pasangan suami istri atau keduanya menghendaki perceraian sebagai solusi dari perselisihan rumah tangga dan tidak ada kesepakatan untuk berdamai maka hakim pada Pengadilan dapat mempertimbangkan untuk memutuskan perkara perceraian.

3. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam

Beberapa alasan perceraian menurut Undang – Undang Perkawinan tersebut di atas dipertegas lagi dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, khususnya pasal 116 tentang putusnya perkawinan, dengan menambahkan 2 (dua) alasan lain yaitu sebagai berikut :

a. Suami melanggarTa’lik talak;

b. Murtad yang menyebabkan ketidak rukunan dalam rumah tangga.62

60

Departemen Agama,Undang –Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam,hlm. 32

61

Undang –Undang Nomor 1 Tahun 1974,Tentang Perkawinan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 38

62

Selain beberapa alasan yang di atur dalam UUP No. 1 Tahun 1974 di atas, apabila melakukan pelanggaran terhadap sighat ta’lik talak yang di bacakan dan di tandatangani pada saat selesai akad nikah atau salah satu suami atau istri murtad maka hakim pada Pengadilan Agama juga dapat mempertimbangkan untuk memutuskan perceraian.

Beberapa alasan (faktor –faktor) perceraian tersebut d iatas merupakan kerangka dasar dalam menilai boleh tidaknya talak atau perceraian untuk diputuskan. Tentunya dengan pertimbangan kemaslahatan bagi pasangan suami istri.

Dokumen terkait