• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wakaf

2.2.2. Faktor-faktor Produks

Pada sebuah proses produksi, sebuah perusahaan membutuhkan input

produksi yang dalam teori mikro ekonomi sering disebut dengan faktor produksi atau factors of production (Pindyc dan Rubinfield, 2007:211). Ilmu ekonomi menurut Nasuiton (2006:111) menggolongkan faktor-faktor produksi ke dalam

capital (termasuk di dalamnya tanah, gedung, mesin-mesin, dan inventari/persediaan), materials (bahan baku dan pendukung), serta labor

(manusia). Faktor produksi yang utama menurut Al-Qur‟an adalah alam dan kerja manusia, firman Allah dalam Surah Huud ayat 61:

َُْٔ ۖۥُهُ ۡيَْد ٍَّٰلِإ ٌَِّۡ ًُسَى اٌَ َ ذللَّٱ ْاوُدُتۡخٱ ِمَۡٔلَٰي َلاَك ُۚاّٗحِيٰ َص ًُْۡاَخَأ َدٍَُٔث َٰلَوَإِ۞

آَيِذ ًُۡكَرٍَۡػَخۡشٱَو ِضرَۡ ۡلۡٱ ٌََِّ ًُزَأ َشنَأ

ِإ َِّۡ

َلِِإ ْآُٔبُٔح ذًُث ُهوُرِفَِۡخۡشٱَف

ٞبيِ

ُّمُّ ٞبيِرَك ِّبََر ذن

Wa’ila> s\amu>da akha>hum s}a>lih}an qa>la ya> qawmi‘-budu’l-lla>ha ma> lakum min ila>hin ghayruhu huwa ansya’akum mina’l-ardhi was’-ta’marakum fi>>ha> fa’s- taghfiru>hu s\umma tu>bu> ilayhi inna rabbi> qari>bun muji>bun

Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh

berkata: „Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan

selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada- Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)‟”. (Terjemah Al-Qur‟an, Depag RI, 1994)

Ayat di atas mengarahkan pada kesimpulan bahwa proses produksi merupakan perpaduan harmonis antara alam dengan manusia. Bumi adalah ladang bagi manusia sedangkan manusia adalah pekerja penggarapnya sebagai wakil dari Sang Pemilik ladang tersebut. Ilmu merupakan faktor terpenting yang ketiga dalam pandangan Islam. Teknik produksi, mesin, serta manajemen merupakan buah dari ilmu dan kerja. Menurut Qardhawi (1997) modal adalah hasil kerja yang disimpan.

Menurut M.A Mannan (1995:54) modal menduduki tempat yang khusus dalam ekonomi Islam sebagai sarana produksi yang menghasilkan, tidak hanya sebagai faktor produksi pokok melainkan sebagai perwujudan tanah dan tenaga kerja. Argumentasi yang dikemukakan adalah kenyataan yang menunjukkan bahwa modal dihasilkan oleh pemanfaatan tenaga kerja dan penggunaan sumber- sumber daya alami.

Produksi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kemampuan untuk memproduksi dibatasi oleh tersedianya faktor-faktor produksi yang

diperlukan. Teori ekonomi melalui salah satu konsepsinya menawarkan empat faktor produksi utama, yaitu: tenaga kerja, alam, modal, dan organisasi. Hidayat (2010:222) menyebutkan bahwa keberhasilan produksi ialah terletak pada penggunakan faktor-faktor produksi yang ada dapat menghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyaknya dengan kualitas sebermanfaat mungkin.

Ketidaksamaan pandangan di antara penulis muslim mengenai faktor produksi pokok adalah sisi lain dari kekayaan intelektual yang tidak akan menghambat kajian yang lebih penting yaitu pembahasan tentang fungsi faktor- faktor tersebut. Perbedaan pendekatan ilmiah inilah yang melahirkan perbedaan pemikiran dalam masalah-masalah ekonomi, namun pengembangan ekonomi Islam membutuhkan kontribusi pemikiran kedua kelompok tersebut.

Adapun faktor-faktor produksi yang dimaksud dalam Islam yakni: 1. Tanah

Islam telah mengakui tanah sebagai faktor produksi tetapi, tidak setepat dalam arti sama yang digunakan di zaman modern. Dalam tulisan klasik, tanah yang dianggap sebagai faktor produksi penting mencakup semua sumber daya alam yang digunakan dalam proses produksi, umpamanya permukaan bumi, kesuburan tanah, sifat-sifat sumber daya udara, air, mineral dan seterusnya (Mannan, 1995:55).

Islam menurut Muhammad (2004:224) memberikan terapi kepada alam sebagai salah satu faktor produksi, ia mengizinkan pemiliknya agar produksi bertambah, sebagaimana kita lihat pada usaha menghidupkan tanah mati dan

waris. Hal ini dimaksudkan untuk memberi dorongan kepada seseorang dalam mengembangkan (mengelola) tanah. Islam juga membolehkan pemilik tanah dan sumber-sumber alam yang lain dan membolehkan penggunaannya untuk beraktivitas produksi, dengan syarat hak miliknya merupakan tugas sosial dan khilafah dari Allah atas milik-Nya.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja menurut Maulidah (2012:3) merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Faktor produksi tenaga kerja mengandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.

Efendi (2003:44-45) menjelaskan tentang tenaga kerja manusia bahwa: Tenaga kerja atau modal (jasa) manusia dibeli dan dijual seperti faktor- faktor produksi dan barang lainnya. Kualitas dan kuantitas produksi sangat ditentukan oleh tenaga kerja. Oleh karena itu tenaga kerja merupakan sumber kekayaan yang sangat penting diantara sumber-sumber ekonomi yang lain: pertanian, perindustrian, dan perdagangan.

Adam Smith dalam Muhammad (2004:225) mengatakan:

“Bahwasanya tenaga kerja itulah satu-satunya faktor produksi. Hal ini disebabkan kehadiran tenaga kerja manusia dapat merubah apa yang terdapat pada alam, dari suatu kemampuan produksi menjadi hasil-hasil pertanian serta menambah produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam

industri yang merupakan sumber kekayaan bangsa”.

Secara umum para ahli ekonomi sependapat bahwa tenaga kerjalah pangkal produktivitas dari semua faktor-faktor produksi yang lain. Alam

maupun tanah takkan bisa menghasilkan apa-apa tanpa tenaga kerja (Muhammad, 2004:225).

Ajaran Islam mengemukakan bahwa tenaga kerja bukan hanya suatu jumlah usaha atau jasa yang ditawarkan untuk dijual pada para pencari tenaga kerja manusia. Mereka yang mempekerjakan tenaga kerja mempunyai tanggung jawab moral dan sosial. Ukuran moral dan sosial tenaga kerja sebagai faktor produksi tidak jelas terdapat dalam ilmu ekonomi sekuler. Namun dalam Islam istilah tenaga kerja digunakan dalam arti yang lebih luas namun lebih terbatas. Lebih luas, karena hanya memandang pada penggunaan jasa tenaga kerja diluar batas-batas pertimbangan keuangan. Terbatas dalam arti bahwa seorang pekerja tidak secara mutlak bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dengan tenaga kerjanya itu (Mannan, 1995:59).

3. Modal

Modal merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses produksi. Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa menghasilkan output berupa barang dan atau jasa. Kepemilikan dan penggunaan modal di dalam Islam telah diatur sedemikian rupa serta harus bebas dari riba. Bila ditinjau cara mendapatkan kepemilikan atau peroleh modal, Islam mengisyaratkan kerjasama yang berbasis untung sama untung dan rugi sama rugi (profit and loss sharing) seperti pada akad mudharabah atau musyarakah. Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal sehingga kebaikan dalam proses produksi dapat terjaga (Hidayat, 2010:222).

Modal dapat juga tumbuh dalam masyarakat yang bebas bunga. Islam memperbolehkan adanya laba yang berlaku sebagai insentif untuk menabung. Sebagaimana yang diungkapkan Mannan (1995:62):

Walaupun ada larangan akan bunga, itu tidak berarti bahwa tidak terdapat biaya modal dapat dinyatakan dari segi penggunaan-penggunaan alternatifnya. Karena itu tingkat keuntungan pada usaha ekonomi yang khusus antara lain dapat digunakan sebagai salah satu sarana penentuan modal.

Barang-barang modal seperti pabrik-pabrik dan mesin-mesin tidak diproduksi untuk langsung dinikmati oleh konsumen, tapi lebih ditujukan untuk menghasilkan barang-barang konsumen atau barang-barang modal lainnya pada biaya yang lebih rendah dengan demikian meningkatkan efisiensi. Barang-barang modal adalah buatan manusia, bukan suatu pemberian alam seperti faktor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja) (Pratama Rahardja, 1985: 25).

4. Bahan Baku

Bahan baku menurut Fauzia (2014:122) terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku tersebut merupakan sesuatu yang harus didapat ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga yang memang dari alam akan tetapi bisa dicari bahan lain untuk mengganti bahan yang telah ada.

Apabila seorang produsen akan memproduksi suatu barang maupun jasa, maka salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Jikalau bahan baku tersedia dengan baik, maka produksi akan berjalan secara lancar, dan jika sebaliknya maka akan menghambat jalannya suatu proses produksi. Oleh

karena itu seorang produsen haruslah mempelajari terlebih dahulu saluran- saluran penyedia bahan baku, agar aktivitas produksi dapat berjalan dengan baik (Fauzia, 2014:122).

5. Organisasi

Organisasi menurut Muhammad (2004: 228) adalah upaya sejak mulai timbulnya ide usaha dan barang apa yang ingin diproduksi, berapa, dan kualitasnya sebagaimana dalam pemikiran manajer, kemudian ide tersebut dipikirkannya dan dicarikan apa saja keperluan yang termasuk dalam faktor- faktor produksi sebelumnya. Tidak terdapat ciri-ciri khusus yang dapat dianggap sebagai organisasi dalam suatu kerangka Islam. Akan tetapi ciri-ciri khusus berikutnya dapat diperhatikan, untuk memahami peranan organisasi dalam ekonomi Islam.

Pandangan Mannan (1993:63) mengenai organisasi ialah,

Sifat terpadu organisasi seperti integritas moral, ketetapan, dan kejujuran dapat dinilai penting dan diperlukan dalam perlakuan pembukuan keuangan, dengan para pemilik modal yang mungkin bukan merupakan bagian dari manajemen organisasi atau perusahaan dapat menilai dan mengukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai keberhasilan walaupun kinerja keuangan yang menunjukkan keuntungan yang besar bukan merupakan satu-satunya indikator yang menunjukkan kesuksesan suatu organisasi. Islam menekankan integritas moral yang tinggi, nilai kejujuran, ketetapan, dan kesungguhan dalam urusan perdagangan. Hal tersebut dapat mengurangi biaya persediaan dan pengawasan.

Dokumen terkait