• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.8 faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit

Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap audit report lag

antara komisaris independen, komite audit, leverage dan ukuran perusahaan.

2.1.8.1 Komisaris Independen

Menurut Surya dan Yustiavandana, (2008 : 135) Komisaris

manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain

yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang

saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan

perusahaan”.

Komisaris Independen bertanggung jawab dan mempunyai

kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan

direksi dan memberikan nasihat bilamana diperlukan. Tugas utama

komisaris independen adalah memperjuangakan kepentingan pemegang

saham minoritas.

Beberapa kriteria Komisaris Independen menurut Keputusan

Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07 adalah sebagai

berikut:

1. Jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris;

2. Komisaris independen tidak mempunyai saham baik langsung ataupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik;

3. Komisaris independen tidak memiliki afiliasi dengan emiten atau pemegang saham mayoritas atau pemegang saham utama dari perusahaan tercatat yang bersangkutan;

4. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direktur dan/ atau komisaris lainnya dari perusahaan tercatat yang bersangkutan.

5. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan atau hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan tercatat;

6. Komisaris independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;

7. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal;

8. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Sesuai dengan prinsip dan aturan corporate governance, maka komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan.

Dalam kerangka corporate governance komisaris ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen

dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya

akuntabilitas. Fungsi akuntabilitas komisaris ini ditujukan agar

perlindungan terhadap para penanam modal (seperti pemegang saham,

bank sebagai kreditor dan lembaga dana pensiun) serta stakeholders

lainya (seperti buruh perusahaan, customers, lingkungan hidup serta masyarakat sekitarnya) dikelola oleh perusahaan dengan baik. Adanya

komisaris independen dengan persentase yang tinggi dalam perusahaan

diindikasikan dapat mengawasi prilaku oportunistik manajemen,

meningkatkan kualitas pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan dan mempengaruhi panjang pendeknya audit report lag.

2.1.8.2 Komite Audit

Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam

konsep Good Corporate Governance yang diharapkan mampu

memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapanya. Undang-

undang Perseroan Terbatas pasal 121 memungkinkan Dewan Komisaris

untuk membentuk komite tertentu yang dianggap perlu untuk

tambahan yang kini banyak muncul untuk membantu fungsi dewan

komisaris adalah komite audit. Munculnya komite audit ini disebabkan

oleh kecenderungan semakin meningkatnya berbagai skandal

penyelewengan dan kelalaian yang dilakukan oleh para kreditur dan

komisaris perusahaan baik yang terjadi di Amerika Serikat maupun

yang terjadi di Indonesia yang menandakan kurang memadainya fungsi

pengawasan.

Menurut Surya dan Yustiavandana (2008 :145) menyatakan

bahwa:

Komite audit merupakan suatu organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan dan penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting yang berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit diharuskan memilki keahlian yang memadai.

Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri

dan tidak terlibat dengan tugas keseharian manajemen yang mengelola

perusahaan dan memiliki pengalaman serta wawasan yang luas dalam

melakukan pengawasan yang efektif. Menurut Surya dan

Yustiavandana (2008 :146) Syarat suatu komite audit adalah sebagai

berikut:

1. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris; 2. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya 1 (satu) orang

komisaris independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari emiten atau perusahaan publik; 3. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan,

pengalaman yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya serta mampu berkomunikasi dengan baik;

4. Salah seorang anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan keuangan dan akuntansi;

5. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan;

6. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa audit dan/atau non-audit pada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam 1 tahun terakhir sebelum diangkat oleh komisaris sebagaimana dimaksud dalam Peraturan VIII.A.2 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal;

7. Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau perusahaan publik dalam 1 tahun terakhir sebelum diangkat komisaris; 8. Tidak mempunyai sahama baik langsung maupun tidak

langsung pada emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum, maka dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain;

9. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten, komisaris, direktur, atau pemegang saham utama emiten;

10.Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten;

11.Tidak merangkap sebagai anggota komite audit pada emiten atau perusahaan publik lain;

12.Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai sekretaris komite.

Jumlah anggota Komite Audit disesuaikan besar kecilnya

dengan organisasi dan tanggung jawab. Namun biasanya tiga sampai

lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal. Namun, jumlah

anggota komite audit pada perusahaan publik di Indonesia bermacam-

macam, hal ini memunculkan pemikiran bahwa semakin banyak jumlah

anggota komite audit dapat meningkatkan kualitas dari laporan

2.1.8.3 Leverage

Menurut Harahap (2011:306) Rasio Leverage adalah “Rasio

yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap

modal maupun asset”. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh

perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan

perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang.

Pada umumnya rasio leverage yang digunakan ada dua yaitu

debt to total aset dan debt to total equity. Penelitian ini menggunakan

debt to total equity untuk melihat pengaruh leverage terhadap audit report lag. Debt To Equity Ratio menurut Tangkilisan (2003:155) adalah “rasio yang menggambarkan kemampuan modal dalam

menjamin hutang”. Menurut Suardi (2011) “perusahaan dengan debt to total equity yang tinggi menunjukkan tingginya resiko keuangan dan kesulitan keuangan perusahaan tersebut. Kesulitan keuangan

merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan

di mata masyarakat.” Pihak manajemen cenderung akan menunda

publikasi atas laporan keuangan dikarenakan berita buruk tersebut. Hal

ini kemungkinan akan menyebabkan audit report lag yang lebih panjang.

2.1.8.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan klien dapat dinyatakan dalam total aktiva,

dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut.

Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan

karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin

besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin

banyak penjulan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin

besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal

masyarakat. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan

menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan

dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar.

Ukuran perusahaan klien dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

jenis yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan

besar. Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995, ukuran

perusahaan dikelompokkan atas:

a. Perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki asset kurang dari Rp 200.000.000,- diluar tanah dan bangunan. b. Perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki asset

lebih dari Rp 200.000.000,- dan kurang dari Rp 5.000.000.000,- diluar tanah dan bangunan.

c. Perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp 5.000.000.000,-.

Dyer dan McHugh (1975) dalam Ahmad et al (2003:7) berpendapatbahwa manajemen perusahaan dengan sumber daya (asset) yang besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi

audit report lag dan mempercepat pelaporan keuangan ke publik karena adanya pengawasan dari investor, regulator dan masyarakat”. Tekanan

waktu . Perusahaan besar lebih memiliki internal control yang kuat

yang dapat mengurangi kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat

diandalkan serta dipercaya oleh auditor, sehingga tidak memerlukan

pemeriksaan intensif.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian- penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan peneliti berkaitan

dengan audit report lag menunjukkan hasil yang berbeda. Rincian mengenai penelitian- penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu N

o

Peneliti Judul Variabel Alat

Analisis Hasil Penelitian 1. Susanto (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi

audit report lag

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Independen : probabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, opini perusahaan, ukuran KAP Dependen: audit report lag

Regresi Berganda

Solvabilitas dan ukuran KAP

berpengaruh terhadap terhadap Audit report lag sedangkan

probabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan opini perusahaan tidak berpengaruh terhadap

audit report lag.

2. Prasongk oputra (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay Independen : Ukuran perusahaan, probabilitas, leverage, ukuran KAP Dependen : audit delay Regresi Berganda Probabilitas dan Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay sedangkan ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. 3. Wardhani (2013) Analisis Pengaruh Good Corporate Independen : ukuran komite Regresi Berganda independensi komite audit,

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor terpenting

yang telah diketahui dalam suatu masalah. Kerangka konseptual akan Governance

terhadap Audit Report Lag

audit, indepedensi komite audit, rapat komite audit, kompetensi anggota komite audit, ukuran dewan, komisaris independen, KAP, anak perusahaan dan ukuran perusahaan Dependen:

Audit report lag

kompetensi anggota komite audit dan ukuran dewan berpengaruh signifikan

terhadap audit report lag. Sedangkan ukuran komite, Rapat komite audit,

Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap

audit report lag. 4. Wijaya (2012) Pengaruh Karakteristik komite audit terhadap audit report lag Independen: independensi komite audit, rapat komite audit, kompetensi anggota komite audit, jumlah anggota komite audit Dependen: audit report lag

Regresi berganda Jumlah anggota komite dan kompetensi anggota komite mempunyai pengaruh signifikan dalam mengurangi audit

report lag, sedangkan karakteristik komite audit lainnya tidak mempengaruhi audit report lag 5. Stephani (2010) Pengaruh faktor eksternal dan internalperusahaa n terhadap Audit Delay Pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar dibursa efek

Independen

Afiliasi kap, total assets turnover

ratio(TATO), debt to equity ratio

(DOR), dan opini audit Dependen Audit delay Regresi Berganda Afiliasi KAP berpengaruh positif terhadap audit delay. TATO, DER, dan opini audit tidak berpengaruh terhadap

audit delay dan secara simultan berpengaruh positif .

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka konseptual dalam penelitian ini

adalah sebagai beriku:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Audit report lag merupakan perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit. Audit report lag dapat mengindikasikan lamanya prosespenyelesaian laporan audit hingga ditandatanganinya laporan audit yang

dilakukan oleh auditor. Selain itu audit report lag juga mengindikasikan

timeliness perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan.

Keterlambatan dalam penyelesaian laporan audit hingga ditandatanganinya

laporan audit oleh auditor atau yang sering disebut juga audit delay dapat Komisaris Independen (X1) Komite Audit (X2) Leverage (X3) Ukuran Perusahaan (X4)

Audit Report Lag

dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada penelitian kali ini ada empat faktor yang

akan diuji sebagai variabel independen utama yaitu komisaris Independen, Komite

Audit, Leverage dan Ukuran Perusahaan.

Perusahaan yang memiliki corporate governance yang baik akan menciptakan pengendalian internal yang memadai dan dapat menjadi pendukung perusahaan

untuk menghasilkan laporan keuangan secara tepat waktu. Oleh sebab itu, dengan

adanya corporate governance yang baik maka kemungkinan terjadinya fraud dan kesalahan pelaporan atas informasi pada laporan keuangan juga semakin kecil.

Hal ini dapat mengurangi Control Risk yang di yakini oleh auditor, sehingga auditor tidak perlu terlalu menekankan Substantive Test of Transction pada klien. Hal ini memberikan kemungkinan adanya pengaruh terhadap audit report lag.

Sesuai dengan prinsip dan aturan corporate governance, maka komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Dalam kerangka

corporate governance komisaris ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta

mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Fungsi akuntabilitas komisaris ini

ditujukan agar perlindungan terhadap para penanam modal (seperti pemegang

saham, bank sebagai kreditor dan lembaga dana pensiun) serta stakeholders lainya (seperti buruh perusahaan, customers, lingkungan hidup serta masyarakat sekitarnya) dikelola oleh perusahaan dengan baik. Pentingnya peranan komisaris

independen dalam pengawasan pengelolaan perusahaan diharapkan komisaris

independen dapat mengawasi ketepatan waktu publikasi suatu laporan keuangan

Anggota komite audit yang merupakan komisaris independen bertindak

sebagai ketua komite audit. Dalam hal anggota komisaris independen yang

menjadi anggota komite audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak

sebagai ketua komite audit. Jumlah anggota Komite Audit disesuaikan besar

kecilnya dengan organisasi dan tanggung jawab. Namun biasanya tiga sampai

lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal. Namun, jumlah anggota

komite audit pada perusahaan publik di Indonesia bermacam-macam, hal ini

memunculkan pemikiran bahwa semakin banyak jumlah anggota komite audit

dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan dan mengurangi audit report lag.

Penelitian ini menggunakan debt to total equity untuk melihat pengaruh

leverage terhadap audit report lag. Debt To Equity Ratio menggambarkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Semakin tinggi

hasilnya, maka cenderung semakin besar resiko keuangan bagi kreditur maupun

pemegang saham.

Ukuran perusahaan dapat dinilai berdasarkan pada total aset, total penjualan,

kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Penelitian ini

menggunakan total aset untuk mengukur ukuran perusahaan. Total asset

merupakan jumlah dari aset lancar, asset tetap, aset tak berwujud dan lainnya.

Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan laporan keuangan auditnya lebih

faktor, seperti perusahaan yang berskala besar memiliki internal control yang baik dan manajemen cenderung diberikan insentif untuk mengurang audit report lag.

2.4 Hipotesis

Menurut Erlina (2011: 41)“Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan

dengan maksud untuk di uji secara empiris”. Proposisi merupakan ungkapan atau

pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenaranya mengenai

konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

Dengan demikian Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku,

fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

Menurut Jogiyanto (2004: 45) :

Hipotesis perlu dikembangkan. Hipotesis tidak dapat terjadi begitu saja. Hipotesis dikembangkan dengan menggunakan teori yang relevan atau dengan logika dan hasil–hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis dikembangkan dengan menggunakan teori karena akan memverifikasi teori tersebut di fenomena yang ada. Hipotesis perlu dikembangkan dengan penjelasan logis jika tidak ada teori yang dapat digunakan atau tujuan dari riset adalah untuk menemukan teori yang baru. Hipotesis perlu dikembangkan dengan hasil penelitian- penelitian sebelumnya karena hasil-hasil tersebut digunakan untuk menentukan arah dari hipotesisnya. Hipotesis dikembangkan dengan maksud supaya tujuan dari riset untuk menerima hipotesisnya dapat tercapai dengan kemungkinan yang besar.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Komisaris independen berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag

H2 : Komite audit berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag H3 : Leverage berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag pada H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap audit report lag H5 : Komisaris independen, Komite audit, Leverage, dan Ukuran Perusahaan

Dokumen terkait