• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap

KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

standarisasi dan pendekatan terpadu didasarkan pada buku bagan yang diberikan pada paket pelatihan MTBS (WHO EMRO, 2004 : 195)

2. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penatalaksanaan Standar MTBS

Standar adalah rentang variasi yang dapat diterima dari suatu norma atau kriteria. (Widjono, 2004 ;78). Menurut Pohan (2005 : 87) standar adalah ukuran yang ditetapkan dan disepakati bersama, dan merupakan tingkat kinerja yang diharapkan.

Crosby (1988) dalam Widjono (2004 : 43) berpendapat bahwa mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Faktor – faktor yang berpengaruh kepatuhan terhadap standar menurut Katz dan Green adalah faktor internal petugas dan faktor eksternal.

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003 :121).

Menurut Taksonomia Bloom dalam Notoatmodjo (2003 :122 - 158), terdapat 6 tingkat pengetahuan yaitu :

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya pengetahuan pada tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. ”Tahu” merupakan tingkat pengetahuan paling rendah, kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukurnya antara lain adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010 5) Sintesis (Sintesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evalusi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003:143) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain : 1) Tingkat pendidikan.

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan digolongkan sebagai berikut: Tamat SD, Tamat SLTP, Tamat SLTA, Tamat Perguruan Tinggi.Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan akan semakin tinggi tingkat pengetahuannya.

2) Informasi

Seseorang dengan sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010 3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

4) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

5) Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi disini maksudnya adalah tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki karena dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi memungkinkanya untuk mempunyai fasilitas-fasilitas yang mendukung seseorang mendapatkan informasi dan pengalaman yang lebih banyak.

Menurut Notoatmodjo (2003; 178), ada berbagai cara untuk memperoleh pengetahuan sebagai berikut:

1). Cara tradisional.

Cara tradisional ini dapat dipakai seseorang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukan metode penemuan secara sistematis dan logis, cara penemuan pengetahuan pada metode ini adalah :

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba. 3).Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

4).Berdasarkan pengalaman pribadi

Seseorang akan mendapatkan pengetahuan dari pengalaman pribadi. Dikatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. 5).Melalui jalan pikiran.

Pengetahuan diperoleh berdasar pada jalan pikiran terhadap suatu objek tertentu.

6) Cara modern

Cara ini disebut penelitian ilmiah atau metodologi penelitian (research methodology) cara baru atau modern ini dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan ilmiah.

b. Sikap

1) Pengertian Sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. (Azwar S, 2000 : 113). Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005 : 124). Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto, 1998 : 62).

2) Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu

(Azwar S., 2000):

a) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. b) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional.Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

3) Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmojo,1996 :132):

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d) Bertanggung jawab (responsible)

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

4) Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto, 2000):

a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi mengharapkan obyek tertentu.

b) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

5) Ciri – Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 : 63):

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang. 6) Praktek atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan seseorang. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain motivasi dan fasilitas (Notoatmodjo,2003:127)

Tingkat –tingkat praktek menurut Notoatmodjo (2003:127) a). Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktek tingkat pertama.

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar sesuai contoh adalah indikator praktek tingkat dua

c). Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itusudah merupakan kebiasaan,merupakan indikator praktek tingkat tiga.

d). Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa menguraangi kebenaran sesuai dengan standar yang berlaku”

7) Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap.

Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005 : 67).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).

8) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap ( Azwar, 2005: 72 – 75) antara lain :

a) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b) .Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c) Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

d) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.”

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010 c. Motivasi

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Victor H. Vroom mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Teori harapan menyatakan bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

Teori yang dikembangkan Herzberg dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

Motivasi dapat dilihat dari berbagai perspektif, ada empat perspektif mengenai motivasi yaitu (1) Behavioral; (2) Humanistis; (3) Kognitif ; (4) Pembelajaran sosial. Menurut Woolfolk (2004) psikologi behavioral mengembangkan konsep penguatan, hukuman dan pemberian model untuk menjelaskan mengapa manusia bertindak

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

seperti yang mereka lakukan. Perspektif behavioral menekankan imbalan, insentif dan hukum eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi. Perspektif behavioral diidentifikasi dengan sebagai motivasi ekstrinsik.

Perspektif humanistis dan pendekatan kognitif memfokuskan pada motivasi intrinsik atau motivasi internal. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik akan mengerjakan sesuatu dengan baik, mempunyai rasa percaya diri, kepuasan untuk melakukan dengan baik, perasaan berprestasi, fakor – faktor lain yang berkaitan dengan tugas itu sendiri atau faktor lain dalam diri seseorang. Salah satu teori yang mencerminkan pendekatan humanistik terhadap motivasi adalah teori kebutuhan Maslow.

Menurut Henson (1999) pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa persepsi dan pikiran orang mengenai aktivitas dan peristiwa atau sumber intrinsik, mempengaruhi cara merespon. Lebih lanjut Henson menguraikan bahwa persepsi kognitif mencakup teori atribusi, motivasi untuk menguasi keahlian, Self-efficacy. Teori atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang – orang termotivasi untuk menemukan sebab – sebab yang mendasarinya. Atribusi adalah sebab – sebab yang dianggap menimbulkan hasil. Self-efficacy (keyakinan ada diri sendiri) adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif.

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

(MTBS) PADA PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Diajukan oleh : SRI HASTUTI

S540908031

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Teori motivasi berprestasi menyebutkan bahwa motif berprestasi diartikan (1) Kecenderungan memperjuangkan kesuksesan atau memperoleh hasil yang sangat didambakan; (2) Keterlibatan ego dalam suatu tugas; (3) Pengharapan untuk sukses dalam melaksanakan tugas; (4) motif untuk mengatasi rintangan atau berusaha melaksanakan secepat dan sebaik mungkin pekerjaan yang sulit. Motivasi berpretasi adalah kebutuhan untuk mendapatkan yang terbaik tanpa memandang reward eksternal. Teori motivasi berprestasi menegaskan manusia bekerja didorong oleh kebutuhan berprestasi, afiliasi, kekuasaan. Kebutuhan berprestasi tercermin dari keinginan bersahabat, memperhatikan aspek antar pribadi, bekerja sama, empati dan efektif dalam bekerja.

Teori motivasi internal dan eksternal mengemukakan bahwa motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP

Dokumen terkait