• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besaran Upah

BAB II KONSEP PENGUPAHAN PEKERJA

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besaran Upah

Marwansyah dan Mukaram38 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor atau kriteria yang pada umumnya digunakan untuk mengukur kelayakan, keadilan, kebutuhan dan kontribusi mengenai penetapan upah. Faktor-faktor atau kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kondisi pasar tenaga kerja, artinya tingkat gaji atau upah dapat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja. Untuk jabatan-jabatan yang sangat terbatas ketersediaan pekerjanya dalam pasar tenaga kerja karena membutuhkan pekerja dengan kecakapan atau keterampilan yang tinggi, cenderung diberikan gaji/upah yang tinggi pula. Di sisi lain, untuk jabatan yang jumlah penawaran tenaga kerja atau pekerjanya melimpah, cenderung tingkat gaji/upah biasanya juga rendah.

2. Peraturan perundang-undangan, artinya berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah, keputusan Menteri Tenaga Kerja atau peraturan-peraturan lainnya, harus diperhatikan oleh setiap organisasi perusahaan yang akan merancang ketentuan atau sistem pengupahan dan kompensasinya. Di Indonesia, salah satu ketentuan yang diikuti adalah peraturan tentang Upah Minimum Regional (UMR).

3. Kesepakatan kerja, artinya keberadaan serikat pekerja memungkinkan terjadinya perundingan antara pekerja dan pihak manajemen, baik mengenai jenis, struktur, maupun tingkat upah.

4. Sikap dan apresiasi manajemen, artinya keinginan kuat pihak manajemen untuk mempertahankan atau meningkatkan semangat kerja, menarik pekerja-pekerja berkualitas tinggi, mengurangi turnover, meningkatkan standar hidup kerja, dan mempengaruhi struktur dan tingkat gaji/upah.

38 Marwansyah dan Mukaram, Manajemen Sumber Daya Manusia, Pusat Penerbit Politeknik Negeri Bandung, Bandung, 2003, hlm.131.

40

5. Kemampuan membayar, artinya gaji/upah yang dibayarkan kepada pekerja merupakan komponen biaya produksi yang harus dihitung secara cermat oleh setiap perusahaan. Oleh sebab itu struktur dan tingkat gaji/upah harus disesuaikan dengan kemampuan membayar, apabila hal ini tidak dilakukan perusahaan dapat mengalami kerugian atau tidak mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.

6. Tingkat biaya kebutuhan hidup, artinya pemberian gaji/upah perlu mempertimbangkan komponen biaya kebutuhan hidup di suatu wilayah. Ketentuan upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan pemerintah biasanya menjadi patokan biaya kebutuhan hidup di provinsi atau wilayah tertentu.

Struktur ekonomi dewasa ini yang menunjukkan gejala semakin kuatnya paham atau sistem kapitalisme dan liberalisme, semakin mendorong setiap orang untuk memproduksi guna mendapatkan uang, kemudian dengan uang tersebut ditukarkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan riil. Dengan demikian, kerja dan upah merupakan dua sisi mata uang yang masing-masing sisi berbeda gambarnya tetapi tidak dapat dipisahkan. Demikian pula dengan pentingnya kerja dan upah yang ternyata tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia modern.

Sebagaimana yang dikemukakan Meiyer dalam Muhammad As’ad39, bahwa secara umum dalam pemberian upah pekerja terdapat 4 (empat) cara atau model pengupahan, yaitu:

1. Upah menurut banyaknya produksi.

Upah menurut banyaknya produksi diberikan dapat mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat dan berproduksi lebih banyak. Produksi yang dihasilkan dapat dihargai dengan perhitungan ongkosnya. Upah sebenarnya dapat dicari dengan menggunakan standar normal yang

39 Muhammad As’ad, Psikologi Industri, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1991, hlm.90.

41 membandingkan kebutuhan pokok dengan hasil produksi.

Secara teoritis sistem upah menurut produksi ini akan diisi oleh tenaga-tenaga yang berbakat dan sebaliknya orang-orang tua akan merasa tidak nyaman dan tidak tahan bekerja dalam sistem pengupahan semacam ini.

2. Upah menurut lama bekerja.

Upah menurut lamanya bekerja disebut pula upah menurut waktu, misalnya harian atau bulanan. Sistem ini berdasarkan anggapan bahwa produktivitas kerja itu sama untuk waktu yang kerja yang sama. Alasan-alasan yang lain adalah sistem ini menimbulkan ketenteraman karena upah sudah dapat dihitung, terlepas dari kelambatan bahan untuk bekerja, kerusakan alat atau mesin, sakit, dan sebagainya

3. Upah menurut senioritas.

Sistem upah semacam ini akan mendorong pegawai atau karyawan untuk lebih setia dan loyal terhadap perusahaan dan lembaga kerja. Sistem ini sangat menguntungkan bagi pegawai yang senior dan juga pegawai yunior atau orang-orang muda yang didorong untuk tetap bekerja pada suatu perusahaan. Hal ini disebabkan adanya harapan bila sudah tua (senior) akan lebih mendapatkan perhatian. Jadi jenis upah semacam ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman kepada karyawan, namun demikian sistem upah ini kurang bisa memotivasi prestasi kerja karyawan.

4. Upah menurut kebutuhan.

Upah yang diberikan menurut besarnya kebutuhan karyawan beserta keluarganya disebut upah menurut kebutuhan. Seandainya semua kebutuhan itu dipenuhi, maka upah itu akan mempersamakan standar hidup semua orang. Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah kurang mendorong inisiatif kerja, sehingga sama halnya dengan sistem upah menurut lamanya kerja dan senioritas.

Kebaikan dari sistem upah ini adalah akan memberikan rasa aman karena nasib karyawan ditanggung oleh perusahaan.

42

Dari berbagai sistem pengupahan yang dipaparkan tersebut menunjukkan ada berbagai jenis cara pengupahan yang dirumuskan dalam redaksi yang berbeda, namun memiliki substansi yang sama, yaitu bahwa dengan sistem tersebut bertujuan agar imbalan atau penggantian jasa yang diberikan oleh pemberi kerja kepada pihak lain atau orang yang menerima pekerjaan dalam suatu periode tertentu mencerminkan nilai keadilan dan kelayakan. Upah menjadi perangsang dan pendorong orang untuk bekerja. Namun demikian, upah atau gaji bukanlah satu-satunya faktor yang menjadi pendorong orang untuk bekerja, walaupun pada awalnya upah merupakan faktor pendorong utama bagi orang untuk melakukan suatu pekerjaan secara baik. Akan tetapi, kenyataan banyak orang mempermasalahkan mengenai kelayakan upah. Hal ini terlihat dari banyaknya karyawan di beberapa perusahaan industri melakukan berbagai unjuk rasa menuntut perbaikan kesejahteraan melalui penerimaan upah.

Salah satu penyebabnya adalah karena upah yang diterima masih jauh di bawah standar minimum sehingga tidak mencukupi kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan sosialnya.

Sebagaimana dinyatakan oleh Veithzal Rivai,40 agar pekerja merasa puas ketika menerima upah, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemberian upah sebagai berikut:

1. Upah yang diberikan harus cukup untuk pegawai dan keluarganya. Dengan kata lain, besaran upah harus memenuhi kebutuhan pokok minimum.

2. Pemberian upah harus adil dan layak, artinya besar kecilnya upah tergantung kepada berat ringannya kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepada karyawan.

3. Upah harus diberikan tepat pada waktunya. Upah yang terlambat diberikan dapat mengakibatkan perasaan tidak puas dan memicu kemarahan karyawan, yang pada gilirannya akan mengurangi produktivitas karyawan.

40 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Untuk Perusahaan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005, hlm.372.

43 4. Besar kecilnya upah harus mengikuti perkembangan ekonomi dan harga pasar. Artinya kemajuan perusahaan dan perkembangan ekonomi nasional perlu dijadikan pertimbangan dalam penetapan besaran upah.

5. Perbedaan dalam tingkat upah harus didasarkan atas evaluasi jabatan yang objektif. Artinya harus dibedakan upah bagi tenaga terdidik dan terampil dengan tenaga tidak terampil (unskill labour)

6. Struktur dan skala upah harus ditinjau kembali secara berkala, dan bila mungkin harus segera diperbaiki apabila kondisi dan tingkat kebutuhan kehidupan masyarakat berubah.

Ajaran agama Islam mengatakan bahwa pengusaha yang menunda pembayaran upah/gaji pekerja atau pegawainya termasuk perbuatan dosa besar, karena sesungguhnya pengusaha itu termasuk orang yang berkecukupan, tetapi masih berbuat dzalim terhadap hak-hak para pekerja yang rata-rata hidup dalam kekurangan. Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan dan mengharapkan agar para majikan itu segera membayar upah kerja sebelum keringat para pekerja itu kering41 dan tidak mengurangi jumlah yang harus dibayarkan. Hal ini menandakan bahwa membayar upah tepat waktu dan tepat dalam jumlahnya berarti mencerminkan nilai-nilai ketaatan, keadilan dan kepuasan baik bagi pekerja maupun pengusaha yang bersangkutan.

Dokumen terkait