• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kesepian

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian

47

kesepian merasa lemah serta menjadi acuh tak acuh pada lingkungan. Orang yang kesepian juga akan merasa bersalah dan tidak berguna, apabila keinginan individu tidak berhasil maka akan berperilaku agresif, cenderung tidak realistis (Yusuf, 2016).

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian

Faktor-faktor kesepian tiap para ahli berbeda-beda. Ilhan (2012) menunjukkan faktor kesepian yaitu:

a. Kekurangan Keterampilan Komunikasi dan Ketrampilan Sosial

Kemampuan sosial memiliki korelasi terhadap kesepian (Zeedyk, Cohen, Eisenhower dan Blacher, 2016). Orang yang kesepian mengalami kekurangan keterampilan sosialyang merupakan dasar dalam intimasi dan keberlanjutan suatu hubungan (Segrin, 1998; Jin dan Park, 2012). Keterampilan sosial ini berhubungan dengan keterampilan komunikasi yang juga berhubungan dengan kesepian. Orang kesepian, memiliki permasalahan dengan komunikasi interpersonal dan hubungan. Orang kesepian, lebih sedikit berbicara, menunjukkan sedikit perhatian dan keterlibatan pada orang lain, serta memiliki keterbukaan diri (self disclosure) yang terlalu tinggi atau rendah yang salah selama percakapan (Jin dan Park, 2012).

b. Ekspektasi Negatif

Saat ekspektasi dalam suatu hubungan tidak terpenuhi (Griffin, 2010; Zhang, Fan, Huang dan Rodriguez, 2016), tubuh akan

48

mulai memberikan sinyal bahwa ada sesuatu yang salah, yang disebut sebagai ancaman fisik (Griffin, 2010).

c. Pemrosesan Kognitif yang Berlebihan

Kesepian merupakan keadaan pikiran yang berkelanjutan dan menyakitkan (Heinrich dan Gullone, 2006; Junttila, Laakkonen, Niemi, dan Ranta, 2014). Psikolog percaya bahwa remaja mudah diserang kesepian karena otak remaja sedang berkembang. Otak remaja bekerja membuat kemajuan dan remaja mungkin salah mengartikan sinyal sosial dan emosi orang lain (Griffin, 2010). Orang yang kesepian melihat diri dan orang lain lebih negatif (tidak berteman) dari pada orang yang tidak mengalami (Tsai dan Reis, 2009; Jin dan Park, 2012).

d. Perasaaan Malu

Kesepian memiliki hubungan positif dengan perasaan malu (Cheek dan Busch, 1981; Jin dan Park, 2012). Orang yang pemalu, cenderung menganggap hubungan yang dimiliki kurang suportif dan kurang memuaskan (Parrot, 2000; Bian dan Laung, 2014). Perasaan malu merupakan gambaran dari kurangnya keterampilan sosial yang menyebabkan seseorang mengalami penolakan teman sebaya dan kesulitan untuk memperoleh teman dekat (Greco dan Morris, 2005; Jin dan Park 2012).

49

e. Afiliasi tanpa Kepercayaan

Berdasarkan riset, orang yang mengalami kesepian kurang percaya terhadap orang lain (Demirli dan Demir, 2014). Terrell, dkk (2000; Jakobsson dan Hallberg, 2005; Demirli dan Demir, 2014) menunjukkan bahwa di beberapa budaya, perempuan lebih tidak percaya pada orang baru dan lebih mengalami kesepian dibanding laki-laki.

f. Persepsi Kekurangan Dukungan Sosial

Orang yang kesepian mungkin kurang memiliki keterikatan dengan dukungan sosial atau memiliki standar yang tinggi terhadap hubungan sosial yang dimiliki (Thamboo, 2016). Persepsi terhadap dukungan sosial berupa penerimaan dan kepedulian (seperti, empati, perhatian maupun cinta) memiliki hubungan dengan kesepian seseorang (Kang, Park, dan Wallace, 2016).

g. Ketidaknyamanan dalam Struktur Keluarga

Banyak riset menunjukkan bahwa terdapat beberapa aspek yang berbeda dalam keluarga yang berhubungan dengan kesepian (Feeny, 2006; Uruk dan Demir, 2003; Demirli dan Demir, 2014). Lingkungan keluarga digambarkan sebagai interaksi dengan keluarga yang memiliki dampak besar dalam perkembangan pola kelekatan individu (Junttila, Vauras, dan Laakkonen, 2007), sebaik pengaruhnya pada psikologis dan fungsi sosio-emosional (Laible, 2007; Demirli dan Demir, 2014), yang termasuk pikiran kelekatan aman dan

50

kedekatan hubungan dengan anggota keluarga lainnya, seperti hubungan pertemanan dan hubungan romantis (Demirli dan Demir, 2014).

Menurut Peplau dan Perlman (1981) faktor yang berperan dalam timbulnya kesepian, yaitu precipitating event, predisposing dan

maintaining factors. Faktor-faktor personal maupun situasional dapat

meningkatkan kerentanan seseorang terhadap kesepian, misalnya saja karakteristik pribadi tertentu seperti orang yang pemalu, introvert, rendahnya kemampuan sosial, nilai-nilai budaya, dan sebagainya. Sedangkan, Nevid dan Rathus (2016) membagi beberapa faktor penyebab munculnya perasaan kesepian pada individu, sebagai berikut:

a. Kekurangan Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial mempengaruhi kehidupan seperti kemampuan hidup yang digunakan setiap hari. Keterampilan sosial digunakan untuk membangan suatu hubungan dengan orang lain (Lv dan Takami, 2015). Individu loneliness kurang peka terhadap perasaan orang lain, atau tidak tahu cara menjalin pertemanan dengan orang lain, maupun ketidak tahuan cara dalam menghadapi perbedaan-perbedaan yang terjadi (Nevid dan Rathus, 2016).

b. Kurang Berminat Terhadap Orang Lain

Kesepian berhubungan dengan minat individu terhadap orang lain. Orang kesepian dapat diatasi menggunakan penurunan ketidaktertarikan seseorang untuk menjalin hubungan pertemanan

51

baru (Lucas, Knowles, Gardner, Molden dan Jefferis, 2009; Junttila, Laakkonen, Niemi, dan Ranta, 2014).

c. Kurang Empati

Kekurangan empati dan kekurangan pemahaman terhadap orang lain merupakan sumber yang dapat membuat orang mengalami kesepian (Vasileiou, dkk., 2017).

d. Self-Criticism

Self-criticism yang tinggi dalam interaksi sosial dan

kegagalan ekspektasi dalam menjalin hubungan dengan orang lain berkaitan dengan perasaan kesepian (Nevid dan Rathus, 2016). Self

critical memiliki korelasi yang bertentangan dengan self compassion. Self compassion memiliki dampak pada penurunan loneliness. Orang

yang memiliki self compassion tinggi tidak menghakimi dan mengkritik diri sendiri ketika terjadi kejadian yang tidak diharapkan (Atkin, 2010).

e. Ketakutan Ditolak

Kesepian memiliki hubungan dengan kecemasan sosial dan fobia sosial. Orang yang kesepian mengalami ketakutan untuk dievaluasi orang lain secara negatif (Al-Khatib, 2012; Junttila, Laakkonen, Niemi, dan Ranta, 2014).

f. Kegagalan dalam Memperoleh Informasi Tentang Teman-Teman Orang yang kesepian biasanya salah memperoleh informasi tentang seseorang yang potensial menjadi temannya (Rathus, 2012),

52

sehingga seseorang gagal dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain (Heinrich dan Gullone, 2006).

g. Berpikiran sinis tentang hubungan manusia

Menurut pendekatan kognitif menekankan bahwa kesendirian seseorang cenderung melihat dunia dalam sisi gelap. Individu yang kesepian lebih berpikiran negatif daripada orang-orang yang tidak kesepian tentang orang-orang, kejadian, dan keadaan di dunia, serta lebih sering menyalahkan diri sendiri saaat tidak mampu mencapai kepuasan hubungan sosial yang diinginkan (Baumeister dan Vohs, 2007). Ketidaksesuaian persepsi merupakan inti dari timbulnya kesepian (Baumeister dan Vohs, 2007; Nevid dan Rathus, 2016). h. Kebutuhan yang Ingin Dipenuhi

Kebutuhan yang ingin dipenuhi merupakan ciri dari kesalahan dalam persepsi pada orang lain yang menganggap orang lain tidak peduli tidak ramah dalam tahap pertama saat menjalin hubungan pertemanan (Nevid dan Rathus, 2016).

i. Sikap Pesimis

Orang yang kesepian memiliki hubungan dengan sikap pesimis. Beberapa kasus menunjukkan bahwa percobaan interaksi sosial pada orang kesepian cenderung menurun dan menjadi kurang efektif, dan sikap pesimis sosial tetap terus meningkat (Al-Khatib, 2012).

53

j. Eksternal Locus of Control

Eksternal locus of control, yaitu kepercayaan bahwa takdir sulit untuk dikontrol (Nevid dan Rathus, 2016).

k. Kekurangan Sense Terhadap Komunitas

Mahasiswa yang tinggal di lingkungan kampus yang baru, orang-orang tua yang ditinggal keluarga, teman, maupun orang-orang kepercayaan cenderung mengalami kekurangan sense of community (Nevid dan Rathus, 2016).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian, dalam penelitian ini faktor yang digunakan berasal dari Ilhan (2012), yaitu, kekurangan keterampilan komunikasi dan ketrampilan sosial, ekspektasi negatif, pemrosesan kognitif yang berlebihan, perasaaan malu, afiliasi tanpa kepercayaan, persepsi kekurangan dukungan sosial, dan ketidaknyamanan dalam struktur keluarga.

C. Efektivitas Pelatihan Mindfulness dalam Menurunkan Kesepian Remaja

Dokumen terkait