• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dinas Kesehatan

Kinerja suatu organisasi publik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh dalam arti negatif yatu menghambat kinerja, maupun yang positif yaitu mendukung kinerja. Dalam penelitian ini akan dibahas hasil temuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS, faktor faktor tersebut meliputi :

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS adalah faktor kemitraan dengan institusi kesehatan lainnya. Institusi lainnya disini yaitu pihak pihak yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pemegang kartu PKMS. Pihak-pihak tersebut diantaranya Puskesmas dan Rumah Sakit. Hal ini diungkapan oleh Kasi Manajemen Informasi Kesehatan serta Petugas dari Puskesmas Gajahan sebagai berikut :

“Kami dalam melaksanakan program PKMS bekerjasama dengan pihak lain seperti Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada di wilayah Surakarta. Kami selalu berkoordinasi dengan pihak Puskesmas dan Rumah Sakit tersebut mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat peserta PKMS sehingga proses kegiatan pelayanan dapat berjalan dengan baik.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011)

Hal tersebut dibenarkan oleh pernyataan salah seorang petugas dari Puskesmas Gajahan bahwa

“Kami selalu berkoordinasi dengan pihak Dinkes dan melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan PKMS kepada Dinas sehingga apabila terjadi masalah dapat langsung melaporkannya kepada Dinas untuk segera mendapatkan penanganan.” (hasil wawancara tanggal 19 Agustus 2011) Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kerjasama antara pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit di kota Surakarta. Hal ini memberikan kemudahan bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam upaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh masyarakat melalui program PKMS, serta peningkatan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian kerjasama antar berbagai lembaga sangat penting untuk mendukung pelaksanaan program PKMS agar dapat berjalan dengan baik.

b. Faktor Penghambat

Faktor-faktor yang menghambat kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS meliputi :

1) Dana atau Anggaran

Dalam pelaksanaan program PKMS di Kota Surakarta, Dinas Kesehatan Kota Surakarta menemui faktor penghambat dalam hal dana. Sumber dana dalam pelaksanaan program PKMS ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta. Dana untuk pembiayaan program PKMS setiap tahun begitu besar. Meskipun begitu dana sebesar itu masih dianggap kurang mencukupi untuk membiayai pelaksanaan program PKMS karena seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang

Berkaitan dengan pendanaan dan pembiayaan dalam pelaksanaan program PKMS. Hal ini diutarakan oleh Kasubag TU PKMS dan Kepala UPTD PKMS sebagai berikut :

“Masalah dana memang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan program PKMS ini. Jumlah dana yang kami ajukan kepada pemerintah untuk pembiayaan PKMS dari tahun ketahun semakin besar jumlahnya. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan jumlah peserta PKMS di Kota Surakarta.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011)

“Memang dana yang kami ajukan tiap tahunnya jumlahnya semakin besar. Hal ini disebabkan oleh adanya indikasi perpindahan warga luar kota Solo ke Kota Solo demi mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah dan gratis melalui program PKMS.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011)

Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS yaitu adanya indikasi perpindahan warga luar kota solo ke kota solo agar bisa memperoleh pelayanan kesehatan melalui program PKMS. Hal tersebut mengakibatkan semakin besarnya jumlah pembiayaan atau dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk membayar pelayanan kesehatan yang diterima oleh peserta PKMS dan mengakibatkan terjadinya pemborosan anggaran PKMS. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dana tersebut yaitu dengan mengajukan dana kepada Pemkot Surakarta. Disamping itu juga dilakukan pengawasan secara ketat dalam pelaksanaan

program PKMS dengan berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan.

2) Fasilitas atau Sarana Penunjang

Kendala lain yang dihadapai Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS yaitu dinas belum mempunyai Rumah Sakit sendiri. Rumah sakit yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta hanya ada satu buah yaitu RSUD yang terletak di kawasan Banjarsari. RSUD tersebut tidak bisa memberikan pelayanan kepada seluruh peserta PKMS yang begitu besar jumlahnya. Minimnya fasilitas dan sarana prasarana yang dimiliki oleh RSUD tersebut membuat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi kurang maksimal. Hal ini dikemukakan oleh Kasi Manajemen Informasi Kesehatan bahwa :

“Rumah sakit yang berada di bawah kewenangan kami hanya satu yaitu RSUD Banjarsari. RSUD tersebut dirasa belum mampu memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dikarenakan peralatan dan fasilitas yang dimiliki kurang memadai.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011)

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Dinas Kesehatan hanya memiliki satu Rumah Sakit saja yaitu RSUD yang terletak di Banjarsari, sehingga tidak semua peserta PKMS dapat dilayani oleh RSUD tersebut. Selain itu juga fasilitas dan prasarana yang dimiliki kurang memadai sehingga proses pemberian pelayanannya kurang maksimal.

3) Partisipasi Masyarakat

Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS dihadapkan pada permasalahan yaitu kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PKMS. Masyarakat seringkali tidak peduli dengan kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PKMS ditunjukkan dari mengurus perpanjangan kartu PKMS. Hal ini diungkapkan Kasi Manajemen Informasi Kesehatan dan Kepala UPTD PKMS sebagai berikut :

“Partisipasi mayarakat dirasa masih kurang. Khususnya dalam mengurus perpanjangan kartu PKMS. Mereka baru mau mengurusnya ketika sedang sakit saja sehingga pas berobat ke rumah sakit mereka baru sadar kalo masa berlaku kartu PKMS nya sudah habis, sehingga mereka kebingungan ketika disuruh membayar biaya berobat. Karena masa berlakunya sudah habis maka mereka tidak bisa mendapatkan pelayanan PKMS.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011)

“Masyarakat masih enggan untuk mengurus perpanjangan PKMS meskipun sudah habis masa berlakunya. Padahal persyaratan untuk perpanjangan kartu PKMS relatif mudah.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Hal tersebut dibenarkan oleh penuturan salah seorang peserta PKMS yang mengatakan bahwa :

“Pernah waktu itu kartu PKMS saya sudah habis masa

berlakunya. Namun, saya belum sempat

memperpanjangnya karena belum ada waktu.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011)

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan bagi

diri mereka sehingga apabila sakit saja mereka baru mau mengurus PKMS. Disamping itu juga masyarakat kurang aktif mengurus perpanjangan kartu PKMS meskipun sudah lewat batas berlakunya. Apabila tidak diperpanjang maka kartu PKMS tersebut dianggap tidak berlaku lagi dalam memperoleh layanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat cenderung ingin mendapatkan haknya saja dan tidak mau melakukan kewajibannya yaitu mengurus PKMS.

4) Belum Paham Mengenai Prosedur Pelayanan

Hambatan lain yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan dalam pelaksanaaan program PKMS adalah masih belum pahamnya masyarakat akan prosedur dalam pelayanan PKMS yang sifatnya berjenjang. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut :

“Masyarakat pemegang kartu PKMS masih belum paham mengenai prosedur pelayanan PKMS. Apabila sakit mereka langsung saja berobat ke Rumah Sakit padahal pelayanan PKMS sifatnya berjenjang yaitu mereka bila sakit seharusnya memeriksakan ke Puskesmas dulu, apabila dirasa sakitnya parah dan butuh penanganan medis maka baru akan dirujuk ke Rumah Sakit. Tetapi masih ada juga masyarakat pemegang PKMS yang belum paham mengenai hal tersebut.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011)

Hal tersebut dibenarkan oleh pernyataan dua orang peserta PKMS sabagai berikut :

“Saya tahunya dengan PKMS kita bisa periksa di Puskesmas dan Rumah Sakit. Namun pas saya sakit saya lebih suka periksa di Rumah Sakit karena lebih terjamin obatnya dibandingkan periksa di puskesmas.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011)

“Kalo dirawat di Rumah Sakit fasilitasnya lebih memadai, sehingga apabila kenapa-napa dapat segera langsung ditangani oleh dokter dan perawatnya yang jaga selama 24 jam nonstop.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat pemegang kartu PKMS belum paham mengenai pelayanan dalam program PKMS yang sifatnya berjenjang. Seharusnya apabila sakit mereka harus memeriksakan sakitnya terlebih dahulu ke Puskesmas, apabila sakitnya tidak mampu ditangani maka akan diberi surat rujukan ke Rumah sakit. Disamping itu, masyarakat apabila sakit lebih suka dirawat di rumah sakit daripada di puskesmas, karena mereka berfikir bila dirawat di rumah sakit dapat segera lekas sembuh, padahal biaya pelayanan di rumah sakit itu sangat mahal, tapi dengan adanya PKMS mereka bisa memperoleh pelayanan kesehatan dengan murah ataupun gratis. Namun, hal tersebut mengakibatkan semakin besarnya jumlah pembiayaan yang harus ditanggung oleh pemerintah atas pelayanan kesehatan yang diterima oleh peserta PKMS.

Berdasarkan keseluruhan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS senantiasa dipengaruhi oleh faktor-

faktor baik yang mendukung maupun menghambat kinerjanya. Faktor pendukung yang dapat meningkatkan kinerjanya yaitu adanya kemitraan atau kerjasama dengan pihak lain seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Sedangkan Faktor yang menghambat kinerjanya meliputi dana, fasilitas atau sarana penunjang, kurangnya partisipasi masyarakat dan belum pahamnya masyarakat mengenai pelayanan PKMS yang sifanya berjenjang.

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

No Variabel atau Indikator Keterangan

1. Kinerja Secara umum kinerja Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program PKMS sudah cukup baik. Temuan

ini di dukung atas temuan pada masing-masing indikator pengukuran kinerja yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas telah sesuai dengan kenyataan di lapangan.

a. Responsivitas 1) Telah dilakukan proses komunikasi antara pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan mengadakan pertemuan rutin dengan sejumlah warga untuk membahas permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat.

2) Dalam perumusan kebijakan melibatkan berbagai pihak dengan mengacu pada kebutuhan dan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat.

3) Dilakukannya pengembangkan program atau kegiatan dalam rangka memperkenalkan program PKMS kepada masyarakat

4) Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan keluhan kaitannya dengan program PKMS.

b. Responsibilitas 1) Dinas telah melaksanakan pelayanan sesuai dengan ketentuan atau prinsip-prinsip administrasi yang telah ditetapkan.

2) Terselenggaranya kegiatan pelayanan PKMS yang meliputi tata pelaksanaan PKMS, prosedur pelayanan dalam pengajuan PKMS serta alur pelayanan kesehatan melalui program PKMS sesuai denga ketentaun yang ada.

3) Tanggapan positif masyarakat mengenai prosedur pelayanan kaitannya dengan program PKMS

yang ditetapkan oleh Dinas. 10

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

d. Efektivitas 1) Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang terjangkau melalui program PKMS.

2) Tercapainya target atau sasaran dalam kepesertaan PKMS di Kota Surakarta + 69% dari keseluruhan target atau sasaran kepesertaan yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta

.

2. Faktor pendukung Adanya kemitraan atau kerjasam antara Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan Puskesmas dan Rumah Sakit terutama dalam memberikann pelayanan PKMS.

3. Faktor Penghambat Masalah dana atau anggaran untuk pembiayaan PKMS yang tiap tahun mengalami peningkatan. Kurangnya partisipasi masyarakat serta belum pahamnya masayrakat mengenai pelayanan PKMS yang sifatnya berjenjang dan kurangnya fasilitas atau sarana prasarana yang dimiliki oleh RSUD Banjarsari.

1

0

BAB V

Dokumen terkait