BAB V ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA
V.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Implementasi
Dalam implementasi atau pelaksanaan suatu kebijakan dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga dengan pelaksanaan program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) di kota Padangsidimpuan. Adapun berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, maka dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dari ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan. Sama halnya pada kantor BPN kota Padangsidimpuan dimana dengan dikeluarkannya program LARASITA maka para implementor harus mengetahui sasaran dan tujuan dan kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan yang erat dengan disposisi para implementor. Arah disposisi implementor terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang
krusial. Implementor mungkin bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka tidak mengerti apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan. Sasaran dan tujuan yang jelas dan terarah sangatlah penting guna menyukseskan program yang ingin dilaksanakan.
Seperti hal yang diutarakan oleh Kepala Kantor BPN Kota Padangsidimpuan bahwa :
“ Program LARASITA ini tujuannya adalah memudahkan masyarakat dalam pengurusan permasalah tanah dengan cara mendatangi masyarakat disetiap kecamatan yang menjadi sasaran dari program ini. Dan program ini juga akan lebih mendekatkan masyarakat dengan BPN, dan menghilangkan stigma bahwa mengurus permasalahan tanah itu sulit dan memakan biaya yang sangat mahal.”
(Hasil wawancara 12 Maret 2015)
Serupa dengan apa yang dikemukakan oleh Kepala Kantor BPN, Kepala Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan mengatakan bahwa :
“ Program ini merupakan program jemput bola, dimana kami yang mendatangi masyarakat dengan menggunakan mobil yang menjadi salah satu fasilitas dari program ini. Dan program ini merupakan pelayanan prima, dimana masalah tanah yang dapat diselesaikan dalam satu hari akan diselesaikan pada hari itu juga dengan biaya yang sesuai dengan peraturan yang ada. Dapat dikatakan apapun yang dilakukan di kantor dapat dilakukan di tengah-tengah masyarakat dengan program ini.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan, maka saya menarik kesimpulan bahwa sasaran dari program LARASITA adalah semua kecamatan yang ada di kota Padangsidimpuan, dan tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam proses kepengurusan masalah tanah dan dengan program ini masyarakat dapat menghemat waktu dan juga biaya.
b. Sumber daya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia manusia, maupun non-manusia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Van Meter dan Van Horn (dalam Widodo 1974) menegaskan bahwa sumber daya kebijakan tidak kalah pentingnya dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini juga harus tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri atas dana atau intensif lain dalam implementasi kebijakan adalah merupakan sumbangan besar terhadap gagalnya implementasi suatu kebijakan.
1. Kualitas dan Kuantitas Pelaksana
Dalam pelaksanaan suatu program tentu saja diperlukan pelaksana guna mendukung terlaksananya program dengan baik. Tanpa adanya personil untuk melaksanakan suatu program, maka kebijakan atau program apapun tidak dapat berjalan dengan baik dan hanya akan tinggal sebagai dokumen tanpa ada realisasinya. Oleh karena itu, ketersediaan pelaksana yang cukup serta berkompetensi dalam mendorong keberhasilan program sangat diperlukan.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Kepala BPN kota Padangsidimpuan bahwa :
“ Pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada seluruh staff adalah dengan memberi penjelasan tentang bagaimana jalannya program LARASITA dan apa yang dibutuhkan dari program ini, sehingga dengan penjelasan seperti ini saja seluruh staff akan mengerti harus bagaimana dan menjalankan program ini sesuai dengan proses yang telah ditetapkan.”
(Hasil wawancara 12 Maret 2015)
Hal tersebut juga dipertegas oleh Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“ Kami sudah memberikan bagaiman prosedur atau jalannya program ini, apa yang diperlukan dan dibutuhkan juga sudah kami jelaskan kepada staff yang bersangkutan. Saya rasa tidak sulit menjalankan program ini, cukup mengerti tentang bagaimana menjalankan komputer yang sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Dan untuk bagian lain seperti, menyelesaikan masalah tanah untuk pegawai BPN mustahil mereka tidak mengerti. “
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Dal hal ketersediaan sumber daya pelaksana, di dalam termasuk jumlah pelaksana atau kuantitas yang memadai. Mengenai hal ini, tanggapan dari Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
“ Dulunya ada Seksi IV yang khusus menangani program ini, tetapi sekarang Seksi IV ini dipindahkan ke BPN Tapsel, sehingga untuk kuantitas jelas disini sangat kekurangan. Karena itu, sekarang seluruh staff di Kantor BPN ini ambil bagian di program ini, tetapi diprioritaskan kepada pegawai di bagian pemberdayaan dan pengendalian. “
(Hasil wawancara 06 Maret 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, dapat diketahui bahwa kuantitas tidak memadai dikarenakan satu seksi dipindahkan, tetapi itu tidaklah menjadi cukup masalah karena yang terpenting adalah partisipasi yang aktif oleh pihak-pihak yang terkait.
Selain jumlah pelaksana yang memadai juga diperlukan adanya pelaksana yang kompeten dalam menjalankan program, karena apabila jumlah pelaksana mencukupi, namun tanpa diimbangi dengan kemampuan atau keahlian dalam
menajalankan program, maka dalam proses pelaksanaannya tidak dapat berjalan maksimal, begitu juga sebaliknya. Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil merupakan hal yang sangat penting agar pelaksanaan program lebih efektif dan efisien, dimana kadangkala pelaksanaan suatu kegiatan terhambat bukan karena jumlah pelaksana yang tidak memadai, tetapi lebih kepada kurangnya kualitas dari sumber daya manusia sebagai pelaksana.
Pada pelaksanaan program LARASITA ini, tanggapan dari Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“ Walaupun jumlah pegawai kami dapat dikatakan tidak cukup atau kurang memadai, tetapi kami secara umum memiliki kemampuan yang bisa dikatakan memadai. Terlebih kami bekerja mengikuti prosedur yang ada, sehingga secara langsung dapat menambah keahlian masing-masing pelaksana dalam menjalankan tugasnya masing-masing.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa staff atau pegawai menjalankan program ini sesuai dengan prosedur yang ada dan secara umum keahlian dan keterampilan dari para staff atau pegawai dapat dikatakan sudah memadai.
2. Sumber Daya Kebijakan
Sumber daya kebijakan tidak kalah pentingnya dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini juga harus tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana atau insentif lain dalam implementasi kebijakan adalah merupakan sumbangan besar terhadap gagalnya implementasi kebijakan.
Seperti yang dikemukakan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa :
“ Untuk masalah dana kami mendapatkan dari pusat. Dan ditentukan oleh PNPB sesuai dengan luas PP46. Pada program ini kami tidak mengalami kesulitan masalah dana, baik itu dari segi kendaraan maupun komputer beserta jaringannya semua dana itu dari pusat. Kami tidak pernah meminta tambahan dana karena kami sadar ini tugas kami, apa yang kami lakukan dikantor akan kami lakukan di mobil yang menjadi fasilitas LARASITA ini. “
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Hal yang sama juga dipertegas oleh Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan :
“ Kami tidak pernah mendapat kendala masalah dana untuk program LARASITA ini. Dana yang diturunkan dari pusat akan di anggarkan oleh bendahara BPN, sehingga segala jenis pendanaan dapat diproses lebih cepat. “
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Kantor BPN Kota Padangsidimpuan mendapatkan dana dari pusat dan sudah terdistribusikan dengan baik, sehingga program dapat terlaksana dengan baik secara pendanaan.
c. Hubungan antar organisasi
Agar kebijakan publik ini dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus dipahami oleh para individu (implementors). Yang bertanggungjawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi.
Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan itu sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus dilakukannya. Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah misalnya, komunikasi sering merupakan proses tersulit dan kompleks. Prosese pentransferan berita kebawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan ke komunikator lain, sering mengalami gangguan baik yang disengaja maupun tidak. Jika sumber komunikasi berbeda memberikan interpretasi yang tidak sama terhadap suatu standar dan tujuan, atau sumber informasi sama memberikan interpretasi yang penuh dengan pertentangan, maka pada suatu saat pelaksana kebijakan akan menemukan suatu kejadian yang lebih sulit untuk melaksanakan suatu kebijakan secara insentif.
Proses penyampaian informasi antara pembuat kebijakan dengan pelaksanan menyangkut keterkaitan antara keputusan yang telah dibuat dengan aturan mengenai pelaksanaannya, termasuk petunjuk teknis pelaksanaan, sehingga pelaksana tidak mengalami kesalahan dalam melaksanakan program yang bersangkutan.
Berdasarkan penjelasan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa :
“ Proses penyampaian mengenai program ini dilakukan saat ada rapat-rapat yang biasanya dilaksanakan setiap hari Senin dan Jumat. Sedangkan, pelaksanaan mengenai program LARASITA ini kami mengikuti prosedur yang ada.”
Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“ Pemberitahuan program ini pertama kali diketahui oleh Kepala BPN dan setelah itu Kepala BPN akan menyampaikan mengenai program itu kepada kami melalui rapat yang biasanya diadakan di hari Senin atau Jumat.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Kesimpulan dari wawancara yang saya lakukan mengenai proses penyampaian informasi adalah bahwa program LARASITA ini disampaikan oleh Kepala BPN melalui rapat yang diadakan dua kali seminggu dan mengenai pelaksaannya staff mengikuti prosedur yang ada.
Selain penyampaian informasi dari pembuat kebijakan dengan pelaksana program seperti yang telah dikemukakan tersebut diatas, maka yang tidak kalah pentingnya adalah penyampaian informasi dari pelaksana program kepada target group atau masyarakat khususnya penerima manfaat LARASITA. Agar penerima manfaat yang dimaksud mengerti tentang sasaran ataupun manfaat dari program tersebut. Adapun pada program LARASITA sistem penyampaian isi dan tujuan dari program ini kepada masyarakat khususnya masyarakat penerima manfaat LARASITA di pelosok-pelosok daerah, dilakukan melalui proses sosialisasi dengan sebelumnya memberikan surat sosialiasasi kepada Lurah terkait untuk kemudian di follow up dan disosialisasikan kepada masyarakat sekitar .
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa :
“ Mengenai penyampaian program ini kepada masyarakat kami dari pihak BPN melakukan proses sosialisasi, tetapi sebelum itu kami memberikan surat
sosialisasi kepada Lurah terkait untuk difollow up dan kemudian setelah disosialisasikan kepada masyarakat.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Tetapi hal itu berbeda dengan apa yang disampaikan oleh salah satu masyarakat yang memanfaatkan program itu bahwa :
“ Saya tidak pernah mendengar ada sosialisasi dari pihak BPN mengenai program ini. Saya mengetahui program ini dari saudara saya yang kebetulan bekerja di Kantor BPN.”
(Hasil wawancara 26 Februari 2015)
Hal serupa juga disampaikan oleh masyarakat lain yang juga memanfaatkan program tersebut bahwa :
“ Saya mengetahui program ini karena saya melihat mobil LARASITA parkir di depan kantor Lurah. Dan kemudian saya langsung bertanya kepada tetangga saya yang kebetulan bekerja di Kantor Lurah mengenai mobil itu. Dan dia menjelaskan bahwa itu adalah mobil yang tujuannya adalah mengurusi masalah tanah dan dia juga menjelaskan bahwa sekarang saya tidak perlu lagi pergi ke kantor BPN karena mobil itu sama seperti kantor berjalan.”
(Hasil wawancara 27 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan saya mengambil kesimpulan bahwa penyampaian informasi kepada masyarakat masih sangat kurang. Masyarakat yang mengetahui program LARASITA ini hanya masyarakat yang mempunyai kerabat/saudara yang bekerja di instansi yang terkait dengan program itu.
Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten. Disamping itu, koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-
pihak yang terlibat dalam implementasi, makan kesalahan akan semakin kecil, dan demikian pula sebaliknya.
Selain penyampaian informasi mengenai prosedur dan tujuan program, maka aspek lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu adanya kejelasan atas informasi yang disampaikan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kebingungan dan perbedaan persepsi antara pembuat kebijakan,pelaksana dan masyarakat.
Hal ini dikemukakan oleh Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“ Petunjuk mengenai tentang apa saja yang harus dilakukan para staff sudah mengetahui tugasnya masing-masing. Kami juga dibekali oleh peraturan pemerintah mengenai program LARASITA itu, jadi kami hanya mengikutinya saja.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, saya mengambil kesimpulan bahwa mengenai pelaksanaan program LARASITA sudah dapat dikatakan cukup baik karena para staff atau pegawai mengikuti petunjuk yang ada dan para staff juga sudah dibekali beberapa peraturan pemerintah.
Selain kejelasan informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana, maka hal yang tidak kalah pentingnya adalah kejelasan informasi bagi masyarakat khususnya bagi wajib pajak.
Adapun mengenai kejelasan informasi mengenai program kepada masyarakat penerima manfaat LARASITA, disampaikan oleh salah satu masyarakat yang daerahnya menjadi daerah sasaran program LARASITA bahwa:
“ Untuk program ini saya sudah mengetahuinya, tetapi mengenai syarat- syaratnya saya kurang memahaminya. Karena saya juga mengetahui program ini tidak jelas, hanya sekedar tahu saja.”
(Hasil wawancara 27 Februari 2015)
Dan masyarakat lain juga memberikan tanggapan mengenai kejelasan program ini bahwa :
“ Tujuan dari program LARASITA ini saya sudah mengetahuinya, tetapi tentang tata cara serta syaratnya saya tidak mengerti, maka dari itu saya sampai saat ini belum memanfaatkan program ini.”
(Hasil wawancara 26 Februari)
Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk tujuan program LARASITA ini masyarakat sudah mengetahui dengan baik, tetapi mengenai persyaratan dan tata caranya mereka kurang mengerti. Hal ini dapat dimaklumi, karena pihak yang terkait dengan program LARASITA ini tidak memberikan sosialisasi kepada masyarakat.
Adapun ketidakjelasan informasi menyebabkan kesalahan .persepsi bagi pelaksana dan masyarakat sehingga menyebabkan pelaksanaan dapat melenceng dari tujuan awal. Oleh karena itu dalam komunikasi perlu memperhatikan dan memastikan kejelasan informasi agar dipahami oleh semua pihak. Hal tersebut dapat berupa pelayanan kontak masyarakat dengan pelaksana, serta upaya aktif dari semua pihak dalam mencari kejelasan informasi.
Dalam komunikasi antara pelaksana program, tidak hanya merupakan suatu proses penyampaian informasi, tetapi juga merupakan proses interaksi yang saling mempengaruhiantara pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu diperlukan
adanya konsistensi dan kepastian informasi yang disampaikan harus diperhatikan, agar tidak berbeda diantara satu pihak dengan pihak lainnya.
Menurut pendapat dari Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan menyatakan bahwa :
“ Informasi mengenai program LARASITA ini merupakan program yang dapat dikatakan berkesinambungan. Program ini dimulai dari tahun 2009 dan belum tahu kapan program ini akan berakhir.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Hal ini juga dijelaskan oleh Kepala Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa :
“ Pelaksanaan program ini sudah jelas, kami menjalankan program ini dua kali seminggu yaitu pada hari Rabu dan Kamis.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan LARASITA ini telah ada konsistensi sesuai dengan informasi yang diberikan sebelumnya dalam hal pelaksanaan.
d. Karakteristik organisasi pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan pada beberapa kebijakan dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin. Pada konteks lain diperlukan agen
pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan atau luas wilayah menjadi pertimbangan penting dalam menentukan agen pelaksana kebijakan.
1. SOP (Standar Operational System)
Pelaksanaan suatu program membutuhkan suatu prosedur yang menjadi standar pelaksanaannya. Adapun menurut Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan yang menyatakan bahwa :
“ Dalam menjalankan program LARASITA ini, terdapat adanya suatu standar yang baku yang menjadi petunjuk pelaksanaan program LARASITA ini. Jadi segala sesuatunya harus mengikuti prosedur yang ada.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Selain itu berdasarkan pernyataan dari salah seorang pegawai pemberdayaan, yang menyatakan bahwa :
“ Pelaksanaan LARASITA sama halnya dengan pengurusan masalah tanah yang ada dikantor. Misalnya saja seperti Roya, syarat yang diperlukan adalah sertifikat atas tanah, sertifikat hak tanggungan, fotocopy dari bank dan itu sudah dilegalisasi oleh pihak bank, fotocopy pemilik tanah dan juga kartu keluarga, mengajukan surat permohonan roya. Setelah semua terlengkapi maka hasilnya bahwa sertifikat itu di roya.”
(Hasil wawancara 12 Maret 2015)
Dari pernyataan tersebut diatas, diketahui bahwa prosedur yang dibutuhkan dalam pelaksanaan LARASIITA diatur dalam bentuk tatacara baku pelaksanaan, yang lebih dikenal dengan SOP dan SOP inilah yang menjadi acuan untuk seluruh pelaksana di Kantor BPN Kota Padangsidimpuan. Namun secara umum prosedur pelaksanaan program ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu masyarakat yang memanfaatkan LARASITA bahwa :
“ Ketika mobil LARASITA parkir di depan Kantor Lurah saya langsung menyerahkan berkas-berkas saya untuk mengurus pendaftaran tanah. Prosedur yang saya lalui sama saja dengan prosedur ketika mengurus di kantor langsung.”
(Hasil wawancara 27 Februari 2015) 2. Fragmentasi
Dalam pelaksanaan suatu program, kadangkala terdapat penyebaran tanggungjawab diantara beberapa unit kerja maupun instansi. Sehingga dibutuhkan adanya koordinasi dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait tersebut. Adapun dalam pelaksanaan program LARASITA ini, melibatkan beberapa pihak yang terkait, diantaranya BPN Kota Padangsidimpuan itu sendiri, Kantor BPN Provinsi, Kelurahan-kelurahan yang membantu sosialisasi dan masyarakat yang memanfaatkan program LARASITA
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan yang menyatakan bahwa:
“ Koordinasi dan kerjasama yang kami lakukan dengan pihak-pihak yang terkait baik. Kami mengirimkan laporan mengenai Program ini sekali dalam tiga bulan.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Kepala BPN bahwa :
“ Koordinasi kami lakukan dalam segala hal, baik dari segi masalah-masalah yang ada yang terkadang kami tidak bisa menyelesaikan. Kami juga membicarakan strategi yang akan kami gunakan untuk program ini kepada lurah tiap kecamatan.”
(Hasil wawancara 12 Maret 2015)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat diketahui, bahwa koordinasi dan kerja sama yang dilakukan dengan pusat maupun dengan lurah- lurah berjalan dengan baik., terlihat bahwa setiap tiga bulan sekali pihak BPN kota Padangsidimpuan memberikan laporan kepada pusat. Dan juga BPN kota
Padangsidimpuan juga tidak segan membicarakan strategi yang akan digunakan dalam program LARASITA sehingga pelaksanaan program dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
e. Kondisi sosial ekonomi dan politik
Hal yang perlu diperhatikan juga guna menilai kinerja implementasi kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa :
“ Bapak Walikota sangat mendukung adanya program ini. Dan kami juga berkoordinasi dengan beliau masalah program ini. Dan juga program ini tidak akan berjalan jika tidak ada persetujuan dari beliau.”
(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala BPN bahwa :
“Dengan adanya program ini kita bisa lihat dari pendapatan perkapita masyarakat sekitar yang memanfaatkan program ini,jika pendapatan yang dimiliki masyarakat sekitar bertambah dari tahun ke tahun tentunya program yang kami laksanakan dapat dikatakan berjalan dengan baik dan hal ini sangat mendapat respon positif bagi masyarakat.”
(Hasil wawancara 12 Maret 2015)
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pihak-pihak atau kelompok-kelompok kepentingan memberikan dampak positif bagi program
LARASITA. Aspek lingkungan dan ekonomi juga sangat berpengaruh dimana dapat dilihat sejauh mana masyarakat merespon program ini
f. Disposisi atau sikap para pelaksana
Menurut pendapat Van Meter dan Van Horn, sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi, kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak