• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Makanan

oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas, faktor lingkungan, dan status gizi (normal, overweight, obesitas).

Berdasarkan hal tersebut, terkait dengan penelitian skripsi yang dilakukan, zat-zat gizi diperlukan oleh tubuh yaitu diharapkan dapat mencukupi asupan gizi dan status gizi anak kelas 3 dan 4 SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang yang dapat menunjang aktivitas sehari-hari.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Makanan

Terdapat 2 faktor yang mempegarui tingkat konsumsi, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi tersebut diantaranya seperti: kekayaan rumah tangga, tingkat suku bunga, ekspektasi rumah tangga terhadap masa depan, kebijakan pemerintah mengurangai ketimpangan distribusi pendapatan, dan program-program pensiun. Adapun faktor non ekonomi tersebut, yaitu budaya sikap berhemat pada keuangan. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Rahardja (2008: 34), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi, yaitu faktor ekonomi (yang mempengaruhi tingkat konsumsi, kekayaan rumah tangga, tingkat suku bunga, ekspektasi rumah tangga terhadap masa depan, kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan, program-program pensiun). Kemudian faktor non-ekonomi (sikap berhemat).

Beberapa sumber zat gizi penting bagi tubuh, yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Zat gizi tersebut berperan dalam pemenuhan kecukupan energi pada anak yang diperoleh dari adanya keteraturan dalam mengonsumsi makanan (Rahman, Hasanah, dan Nurfadilah, 2014:54).

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pangan diantaranya tingkat tingkat pendapatan masyarakat, selera konsumen, harga barang, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, dan lingkungan. Hal ini sesuai menurut Hattas (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan, diantaranya: (a) tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pendapatan dapat digunakan untuk dua tujuan yaitu konsumsi dan tabungan. Besar kecilnya pendapatan yang diterima seseorang akan mempengaruhi konsumsi pangan. Semakin besar tingkat pendapatan seseorang, biasanya akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang tinggi, sebaliknya tingkat pendapatan yang rendah akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang rendah pula; (b) selera konsumen, setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dan akan mempengaruhi konsumsi makanan. Konsumen akan memilih satu jenis barang untuk dikonsumsi dibandingkan jenis barang lainnya; (c) harga barang, jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka konsumsi makanan tersebut akan mengalami penurunan. Sebaliknya jika harga mengalami penurunan, maka konsumsi makanan tersebut akan mengalami kenaikan; (d) tingkat pendidikan, tinggi rendahnya pendidikan akan mempengaruhi terhadap perilaku, sikap dan kebutuhan pangan seseorang; (e) jumlah keluarga, besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan anggota tersebut; (f) lingkungan, keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan akan mempengaruhi perilaku konsumsi pangan masyarakat setempat.

Berdasarkan penelitian di bidang psikologi yang mengkaji tentang kesadaran seseorang dalam mengenali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asupan makanan yang dilaksanakan tahun 2008 pada mahasiswa. Diketahui beberapa

kategori antara lain sinyal internal (lapar dan kenyang), faktor makanan (rasa, pilihan menu yang monoton/tidak berubah, kenampakan/aroma makanan, dan “mood” terhadap makanan), faktor waktu (jarak antara waktu makan), kondisi medis, dan pengaruh dari perilaku orang lain disekitarnya. Beberapa kategori tersebut dipengaruhi oleh faktor determinan utama. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Fatkhurohman (2017:6), penelitian di bidang psikologi yang mengkaji tentang kesadaran seseorang dalam mengenali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asupan makanan yang dilaksanakan tahun 2008 pada mahasiswa menyatakan bahwa faktor determinan utama yang berpengaruh terhadap asupan makanan terdiri dari beberapa kategori antara lain sinyal internal (lapar dan kenyang), faktor makanan (rasa, pilihan menu yang monoton/tidak berubah, kenampakan/aroma makanan, dan ‘’mood’’ terhadap makanan), faktor waktu (jarak antara waktu makan), kondisi medis, dan pengaruh dari perilaku orang lain di sekitarnya.

Hasil penelitian lain dari Jayati, Madanijah, dan Khomsan (2014:39-40) tentang ‘’Pola Konsumsi Pangan, Kebiasaan Makan, Dan Densitas Gizi Pada Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar Jawa Barat’’. Pengaruh lingkungan yang tradisional dan alami dapat menimbulkan kesukaan terhadap jenis makanan tradisional. Hal ini bermanfaat terbukti dapat mencegah risiko kemungkinan mengalami obesitas dan terserang penyakit penyakit degenerative.

Dalam hasil penelitian mengenai seasonal differences in food and nutrient

intakes among young children and their mothers in rural burkina faso, Arsenault,

musiman di berbagai negara bagian Afrika dan Asia Selatan. Efek musiman ini dipengaruhi oleh periode panen sereal pokok dan menipisnya stok makanan antar panen; morbiditas musiman karena malaria dan epidemi diare selama musim hujan dapat mengubah status gizi dengan menurunkan nafsu makan; populasi dengan ketergantungan tinggi pada hasil pertanian dan sedikit sumber daya untuk memperoleh makanan sumber hewani yang kaya mikronutrien. Pergantian musiman bisa memiliki dampak besar pada asupan makronutrien.

Beberapa macam faktor primer, yaitu penyediaan pangan yang kurang, penanganan distribusi pangan yang kurang baik, kemiskinan, ketidaktahuan. Selain faktor-faktor tersebut kebiasaan makan juga merupakan salah satu faktor primer (Almatsier, 2009). Pola makan yang salah bagi masing-masing individu dapat menimbulkan penyakit. Penyakit tersebut mengarah pada asam lambung dan gangguan pencernaan sering dialami oleh masyarakat di dunia. Hal ini memicu timbulnya penyakit gastritis. Gastritis dapat muncul karena pola makan yang salah, yaitu sering mengonsumsi makanan pedas dan minum minuman kopi (Arikah dan Muniroh, 2015:9-10).

Terdapat beberapa faktor ekstrinsik yang berasal dari luar individu (kondisi geografis, iklim, pola/ kebiasaan makan, kandungan zat atau bahan kimia dalam air. Faktor-faktor tersebut merupakan penyebab penyakit batu saluran kemih (BSK). Pola/kebiasaan makan menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit BSK (Purnomo, 2011).

Berdasarkan penelitian dari Trisnawati dan Jumenah (2018: 49) mengenai hubungan antara konsumsi sumber protein, konsumsi sayuran dengan kejadian batu

saluran kemih di Poliklinik Urologi RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Hasil penelitian diketahui bahwa, terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi zat gizi protein, konsumsi sayuran dengan kejadian batu saluran kemih di Poliklinik Urologi RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Faktor pemicu terbentuknya batu saluran kemih adalah sayuran hijau. Hal ini karena dalam sayuran hijau mengandung oksalat dalam jumlah tinggi. Adanya tingkat konsumsi sayuran hijau yang terlalu tinggi, menyebabkan peningkatan jumlah oksalat dalam urine, sehingga dapat membentuk BSK kalsium oksalat. Selain sayuran hijau, juga akibat konsumsi protein yang berlebihan yang menyebabkan jumlah zat kalsium yang terbuang cukup tinggi. Hal ini dapat menurunkan pH urine, sehingga menyebabkan terbentuknya penyakit batu saluran kemih.

Terdapat penelitian lain yang mendukung selain hasil penelitian di atas. Berdasarkan penelitian dari Anita (2018:257-258) mengenai hubungan antara pola makan dan jenis kelamin dengan status gizi siswa SDN 43 Kota Pekanbaru. Hasil penelitian ini diketahui bahwa, terdapat hubungan pola makan dan jenis kelamin dengan status gizi siswa SDN 43 Kota Pekanbaru. Upaya yang diharapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu dengan mengadakan kegiatan promosi kesehatan mengenai pola makan yang penting untuk diperhatikan dan gizi yang baik mampu meningkatkan status gizi pada anak sekolah dengan adanya dukungan berupa penyuluhan dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Puskesmas, Dinas Pendidikan, dan Sekolah.

Jadi, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

terdapat beberapa kategori faktor utama yang berpengaruh terhadap asupan makanan. Asupan makan karena pengaruh budaya disuatu masyarakat mampu menjadikan kebiasaan mengonsumsi pangan yang dapat mencegah resiko timbulnya penyakit. Akan tetapi, adanya pola konsumsi makan yang salah dapat menimbulkan penyakit. Beberapa contoh pemyakit tersebut seperti penyakit Gastritis yang disebabkan karena kebiasaan mengonsumsi makanan pedas dan minum kopi. Penyakit lainnya yaitu penyakit batu saluran kemih (BSK) yang disebabkan karena konsumsi sumber protein dan sayuran hijau yang berlebihan. Konsumsi makanan pada Anak Sekolah Dasar dari hasil penelitian yang didapat, dipengaruhi oleh jenis kelamin dan status gizi. Permasalahan dalam konsumsi makanan kurang maupun berlebih dapat dilakukan dengan adanya kegiatan promosi kesehatan dengan kerjasama melalui dinas-dinas terkait.

Berdasarkan hal tersebut, terkait dengan penelitian skripsi yang dilakukan, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan anak kelas 3 dan 4 SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang kemungkinan dapat bersal dari faktor lingkungan tempat tinggal, pola konsumsi makanan setiap harinya, kebudayaan/kebiasaan masyarakat. Adanya kemungkinan pola makan yang salah pada anak kelas 3 dan 4 SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Peyakit tersebut seperti BSK dan Gastritis yang diakibatkan karena pola makan yang tidak teratur, serta jumlah konsumsi protein dan sayuran hijau yang berlebihan.