• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 Citizen Control Delegated

1.6.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Perwujudan dari partisipasi dapat dilakukan secara individu atau berkelompok, bersifat spontan atau terorganisir, secara berkelanjutan atau sesaat, serta dengan cara damai atau kekerasan.

Dalam pemahamannya tentang partisipasi Sastropoetro (1988:22) menyatakan partisipasi masyarakat dipengaruhi beberapa faktor, yakni :

a. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri.

b. Faktor lain adalah pengintegrasian yang dangkal terhadap agama.

c. Kecenderungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk yang biasansya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk seperti hanya terjadi di beberapa negara.

d. Tersedianya kesempatan yang lebih baik diluar pedesaan.

Sementara itu Ife (1995:113-114) mengatakan faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, adalah :

a. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa masalah atau kegiatan itu penting baginya

(First, people will participated if they feel, he issue or activity is

important).

b. Mereka akan berpartisipasi jika akan menimbulkan suatu perubahan dan adanya nilai tambah bagi dirinya

(The second condition for participation is that people must feel that their action will make a difference)

c. Adanya perbedaan bentuk dari partisipasi masyarakat diakui sesuai dengan nilai-nilai yang mereka miliki

(This implies the third condition for participation, namely that different forms of participation must be acknowledged and valued).

d. Masyarakat mungkin berpartisipasi jika mereka mendapatkan dukungan atau dorongan

(The fourth condition for partisipation is that people must be enabled to participate and supported in their participation).

e. Masyarakat akan berpartisipasi jika diciptakan suatu struktur dan proses yang memungkinkan terjadinya partisipasi

(The final condition for participation is that structures and processes must not be alienating).

Menurut pandangan Moeljarto (1992:49), ada 3 (tiga) hal yang mendukung Partisipasi Masyarakat, yaitu sebagai berikut :

a. Strategi pembangunan diarahkan pada bagian rakyat miskin.

b. Adanya struktur kepemimpinan yang cocok, karena para pemimpin desa mempunyai kepentingan yang sama dengan si miskin sendiri atau karena adanya persaingan yang signifikan untuk kedudukan kepemimpinan dari mereka yang mewakili kepentingan kaum elit.

c. Pembentukan kelompok di luar koperasi (kerjasama) yang berbasis pedesaan.

Masih dalam Moeljarto (1992:49), hambatan-hambatan yang dihadapi dalam partisipasi masyarakat, yaitu :

1. Kurangnya perhatian yang murni terhadap persamaan sosial. 2. Kekhawatiran terhadap aksi bersama.

4. Pendekatan pembangunan yang terpecah-pecah.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, partisipasi merupakan upaya seseorang dalam suatu situasi tertentu untuk berperan dalam program pembangunan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dan mendapatkan keuntungan dari program tersebut. Demikian pentingnya partisipasi sehingga perlu dipahami berbagai konsep dan teori partisipasi sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan yang dilaksanakan.

1.6.5 Pembangunan

Dalam Economic Development in The Third World, Todaro (2000) mengatakan “Pembangunan adalah proses multidimensional yang menyangkut reorganisasi dan reorientasi sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan.” Disamping untuk peningkatan suatu pendapatan dan output pembangunan menyangkut perubahan radikal dalam struktur kelembagaan, struktur sosial, administrasi, perubahan sikap, adat serta kepercayaan.

Menurut Tjokroaminoto (1997) “Batasan pembangunan yang nampaknya bebas dari kaitan tata nilai tersebut dalam realitasnya menimbulkan interpretasi-interpretasi yang seringkali secara dimetrik bertentangan satu sama lain sehingga mudah menimbulkan kesan bahwa realitas pembangunan pada hakikatnya merupakan self project reality.”

Menurut Suroto (1983:78) “Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat.” Guna penetapan tujuan dan sasaran

mengatasi rintangan keterbatasan dan pertentangan ini untuk melakukan koordinasi kegiatan, diperlukan kebijaksanan untuk memuat program-program dan cara-cara yang relevan dan efektif yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan tujuan tiap program yang hendak dicapai pada tiap tahap pembangunan, cara yang perlu dilakukan untuk mengatasi semua berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan dan pertentangan yang ada atau diperkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber pembangunan yang optimal, serta cara melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif.

Ukuran keberhasilan pembangunan idealnya harus ditentukan berdasarkan dimensi pembangunan, yakni tergantung pada fokus dan orientasi pembangunan mana yang dilaksanakan dan dimensi mana yang menjadi lebih perhatian bersama baik decision maker dan para planner sebagai perencana dan perancang. Para pelaksana pembangunan itu sendiri sebagai pihak yang menjalankan atau sering di sebut juga sebagai agen pembangunan, maupun para masyarakat pada umumnya sebagai sasaran pembangunan.

Pengukuran keberhasilan pembangunan menurut Fatah (dalam buku DR. H.M. Safi’i, M.Si 2007:81) harus melewati dua tahap, yaitu :

1. Tahapan identifikasi target pembangunan, diperlukan agar dapat menentukan secara jelas siapa yang akan menikmati hasil pembangunan dan bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dinikmati mereka yang berhak.

2. Tahapan agregasi karakteristik target pembangunan diperlukan untuk menjaga agar ketika skala kegiatan pembangunan diperluas, target yang dituju tetap memenuhi karakteristik dan kriteria yang ditetapkan pada tahap identifikasi.

Menurut Fatah (2006) di Indonesia, beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang banyak digunakan dalam masyarakat adalah:

1. Berdasarkan pendapatan dan nilai produksi, seperti PDB (Product

Domestic Bruto) pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita,

distribusi pendapatan.

2. Berdasarkan investasi, seperti tingkat investasi, jumlah PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), dan jumlah FDI (Foreign Direct Invesment), yaitu investasi langsung oleh pihak asing.

3. Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya, seperti jumlah penduduk miskin, tingkat kecukupan pangan.

4. Berdasarkan keadaan sosial dan kelestarian lingkungan, seperti tingkat pendidikan (untuk berbagi level dan kombinasinya), tingkat kesehatan (meliputi kesehatan ibu dan anak dan akses kepada fasilitas hidup yang sehat), tingkat dan kualitas lingkungan (meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek, tingkat kerusakan hutan, tingkat degradasi lahan dan seterusnya).

Dokumen terkait