• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Akhlak

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

Ahmad Amin mengatakan, Gharizah ialah suatu pembawaan yang menyebabkan dapat berbuat apa yang akan dikehendakinya. Dan

48

A. Mustofa, “Akhlak Tasawuf”, (Bandung, CV. Pustaka Setia : 1997), Cet ke-1, h. 199- 200

tidak pernah mengalami latihan sebelumnya untuk mengerjakan perbuatan itu. Kecenderungan naluriah dapat dikendalikan oleh akal atau tuntutan agama, sehingga manusia dapat mempertimbangkan kecenderungannya, apakah itu baik atau buruk. Gharizah atau naluri tidak pernah berubah sejak manusia itu lahir, tetapi pengaruh negatifnya yang bisa dikendalikan oleh faktor pendidikan atau latihan. Karena faktor naluri ini sangat terkait dengan nafsu (amarah dan mutmainah), maka sering ia dapat membawa manusia kepada kehancuran moral, dan sering pula menyebabkan manusia mencapai tingkat yang lebih tinggi dengan kemampuan naluriah. Maka disinilah perlunya manusia memiliki agama sebagai pengendali dan menuntun dalam hidupnya.

b) Faktor sifat-sifat Keturunan (Al-Warasah)

Warisan sifat-sifat orang tua kepada keturunannya, ada yang bersifat langsung (mubasyarah) dari orang tua kepada anaknya. Dan ada juga yang tidak langsung (ghairu mubasyarah), misalnya sifat- sifat itu tidak langsung turun kepada anaknya, tetapi bisa menurun kepada cucunya atau anak cucunya. Sifat-sifat ini juga kadang dari ayah atau dari ibu. Dan kadang anak mewarisi kecerdasan (sifat al- aqliyah) dari ayahnya, lalu mewarisi sifat baik (al-khuluqiyah) dari ibunya, atau sebaliknya.

c) Faktor Lingkungan

Pembentukan akhlak manusia, sangat ditentukan oleh lingkungan alam dan lingkungan sosial. Yang dalam ilmu pendidikan disebut dengan faktor empiris (pengalaman hidup manusia), terutama sekali dipelopori oleh John Lock.

Faham empirisme ini, berkembang luas di dunia Barat, terutama di Amerika Serikat, yang menjelma menjadi aliran Behaviorisme dalam ilmu pendidikan. Sedangkan dalam ilmu akhlak,

Mansur Ali Rajab mengemukakan pendapat J.J. Rosseau yang mengatakan, bahwa faktor dari dalam diri manusia, termasuk pembawaan yang selalu membentuk akhlak baik manusia, sedangkan faktor dari luar, termasuk lingkungan alam dan lingkungan sosialnya, ada kalanya berpengaruh baik, dan ada kalanya berpengaruh buruk. Ketika manusia lahir dilingkungan baik, maka pengaruhnya kepada pembentukan akhlaknya juga baik, maka begitu juga sebaliknya. Maka disinilah pendidikan dan bimbingan akhlak sangat diperlukan untuk membentuk dan mengambangkan akhlak manusia.

d) Faktor Agama (Kepercayaan)

Agama bukan saja kepercayaan yang harus dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ia harus berfungsi dalam dirinya untuk menuntun segala aspek kehidupannya, misalnya berfungsi sebagai suatu sistem kepercayaan, sistem ibadah dan sistem kemasyarakatan yang terkait dengan nilai akhlak.49

e) Faktor Kebiasaan

Ada pemahaman singkat, bahwa kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar, dan lain sebagainya.

Orang berbuat baik atau buruk karena dua faktor dari kebiasaan, yaitu :

a. Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan

b. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampikkan perbuatan dan diulang-ulang terus.

Orang yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang- ulang tidak ada manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dibarengi dengan perasaan suka di dalam hati. Dan

49 Mahjuddin, “

Konsep Dasar Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran dan Petunjuk Penerapannya dalam Hadis”, (Jakarta, Kalam Mulia : 2000), cet ke-1, h. 25-28

sebaliknya tidak hanya senang/suka hati saja tanpa diulang-ulang tidak akan menjadi “kebiasaan”. Maka “kebiasaan” dapat tercapai karena keinginan hati (kesukaan hati) dan dilakukan berulang-ulang.50

f) Faktor Kehendak

Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap dan listrik, kehendak ialah pergerakan manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan yang hasil dari kehendak , dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah-olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka kemahiran pengguna, kekuatan akal ahli pikir, kepandaian pekerja, kekuatan urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang seharusnya dan tidak seharusnya, kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila tidak didorong oleh kekuatan kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak diubah oleh kehendak menjadi perbuatan.

Ada 2 macam perbuatan atas kehendak yaitu : kadang menjadi pendorong dan kadang menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat, seperti mendorong membaca, mengarang, atau pidato, kadang mencegah kekuatan tersebut, seperti melarang berkata atau berbuat.

Kekuatan kehendak merupakan rahasia kemenangan dalam hidup dan tanda bukti bagi orang-orang besar. Mereka apabila telah berniat pada sesuatu hal, tidak ada yang dapat mematahkan niatnya, mereka menuju maksudnya dari segala jalan walaupun menghadapi segala kesulitan. Salah seorang ahli pikir berkata kepada orang yang gagal dalam pekerjaannya : “Sungguh engkau tidak mempunyai kehendak yang sempurna”. Kata yang memberatkan pendengaran Napolen ialah “saya tidak tahu”,”saya tidak dapat”,”mustahil”, bila mendengar kata-kata itu lalu berteriak “belajarlah”,”berbuatlah”,

50 A. Mustofa, “

“bersungguh-sungguhlah” dan hidupnya menampakkan kebenaran kehendaknya.51

g) Faktor Pendidikan

Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Semula anak belum tahu perhitungan, setelah memasuki dunia pendidikan sedikit banyak mengetahui. Kemudian dengan bekal ilmu tersebut, mereka memiliki wawasan luas dan diterapkan ke hal tingkah laku ekonomi. Begitu pula apabila, siswa diberi pelajaran akhlak, maka memberitahu bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan).

Dengan demikian, strategis sekali, dikalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke perilaku yang baik. maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agent perubahan sikap dan perilaku manusia.

1. Tenaga Pendidik (pengajar) yang professional. Dia harus mampu memberi wawasan, materi, mengarahkan dan membimbing anak didiknya ke hal yang baik. Dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun, dan berusaha secara terus menerus, dan pengajar hendaknya melakukan pendekatan psikologis.

2. Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi pengajaran menyimpang dan mengarah ke perubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan. Tetapi sebaliknya, apabila materinya baik dan benar setidaknya siswa akan terkesan dalam sanubari

51 A. Mustofa, “

pribadinya, maka materi tersebut akan memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan benar.

3. Masalah metodologis pengajaran juga perlu diperhatikan pada setiap proses pengajaran. Maka penguasaan metodologis sebagai pendidik yang akan berperan aktif dalam mempengaruhi siswa penting menjadi keahliannya.

4. Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Perilaku dari masing-masing anak yang berlainan.. Kondisi pribadi anak yang sedemikian rupa, dalam interaksi antara anak satu dengan anak lainnya akan saling mempengaruhi juga pada kepribadian anak. Dengan demikian lingkungan pendidikan sangat mempengaruhi jiwa anak didik.52

Senada dengan 7 faktor di atas Prof. Dr. H. Abuddin Nata pun menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khusunya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat popular. Yaitu : Pertama aliran Nativisme (faktor dari dalam yaitu faktor pembawaan). Kedua, aliran Empirisme (faktor dari luar yaitu faktor lingkungan sosial). Ketiga, aliran Konvergensi (faktor luar dan dalam yaitu faktor pembawaan dan lingkungan sosial).

Aliran yang ketiga, yakni aliran Konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadis di bawah ini































Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatuapapun, dan Dia memberi kemu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. Al- Nahl, 16:78).

52 A. Mustofa, “

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.53

Dari beberapa faktor di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru disekolah, dan tokoh- tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara ketiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan inilah selanjutnya yang dikenal dengan istilah manusia yang seutuhnya.

Dokumen terkait