• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Konsep Diri

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri merupakan produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis (Calhoun, 1995: 80-87). Pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan efleksi dari dirinya yang diterima dari orang-orang penting disekitarnya. Individu semenjak lahir dan mulai tumbuh mula-mula mengenal dirinya dengan mengenal dahulu orang lain. Saat kita masih kecil, orang penting yang berada disekitar kita adalah orang tua dan saudara-saudara. Bagaimana orang lain mengenal kita, akan membentuk konsep diri kita, konsep diri dapat terbentuk karena berbagai faktor baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut menjadi lebih spesifik lagi dan akan berkaitan erat sekali dengan konsep diri yang akan dikembangkan oleh individu. (Rahmat, 1996: 100) Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut yaitu:

2.2.4.1 Keadaan fisik

Keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu dalam menumbuhkan konsep dirinya. Individu yang memiliki cacat tubuh cenderung memiliki kelemahan-kelemahan tertentu dalam memandang keadaan dirinya, seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga dan perasaan ganjil karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain.

2.2.4.2 Kondisi keluarga

Kondisi keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan karakteristik konsep diri individu, hal ini terjadi karena keluarga merupakan linkungan pertama yang di jumpai oleh iondividu dalam membentuk karakteristik kepribadiannya, oleh karena itu pembentukan konsep diri sangatlah di pengaruh oleh lingkungan keluarga ini.

2.2.4.3 Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan sangat berperan dalam dalam pembentukan karakteristik konsep diri, hal ini disebabkan karena dalam kehidupan sehari-harinya, individu berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga hal ini secara tidak langsung mempengaruhi dalam pembentukan karakteristik konsep diri individu. Lingkungan di sini ada berbagai macamnya antara lain lingkungan sekolah, lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga.

Selain beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri, konsep diri juga dapat menentukan perilaku seorang individu dalam menjalani aktivitas kehidupannya, karena hal ini terkait dengan persepsi individu terhadap keadaan dan situasi yang sedang di alami. Sehingga secara tidak langsung konsep

diri dapat menentukan perilaku individu, Seperti yang di kemukakan oleh Pudjijogyanti (1995: 5).

a. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keseluruhan batin. Apabila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan satu sama lain, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menyeimbangkan dan menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilakunya.

b. Seluruh sikap, pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnyadikarenakan masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap dirinya.

c. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi untuk memcapai prestasi yang gemilang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan katalisator yang ada pada individu dalam menjalani segala macam aktivitasnya, dan sekaligus sebagai faktor pendorong utama dalam melakukan tindakan, sikap, dan perilaku.

2.2.5 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut pubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat di harapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan di tumpukan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.

Seringkali sulit bagi para remaja untuk mnerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin membutuhkan rasa aman yang di peroleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya kelompok sebaya tidak meyakinkan atau kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.

Kemandirian ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian secara ekonomis bilmana mereka secara resmi masih tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.

Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan ketrampilan dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan ketrampilan dan konsep

ini dalam situasi praktis. Siswa SMA yang aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuler memiliki berbagai macam pengalaman dan kelebihan dalam bidang-bidang tertentu yang mereka geluti yaitu bidang seni, olahraga, karya ilmiah, organisasi, kepramukaan dll, berbagi macam ekstrakurikuler tersebut tentunya dapat menambah ketrampilan remaja di sekolah dalam hal ini siswa sekolah SMA.

Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa, orang tua beperan banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai teman sebaya, maka remaja harus memilih yang terakhir bila mengharapkan dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.

Erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya, Tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab. Misalnya, kalau menghadapi masalah menolong atau menipu teman dalam ujian, maka remaja harus memilih antara standar orang dewasa dan standar teman-teman sebaya.

Kecenderungan menikah muda menyebabkan persiapan perkawinan menjadi terlampau cepat, dalam hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja.

Meskipun tabu secara norma sosial mengenai perilaku seksual yang dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit di persiapkan di rumah, di sekolah, dan di perguruan tinggi. Dan lebih-lebih lagi persiapan tentang tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya persiapan ini merupakan salah salah satu penyebab dari “masalah yang tidak terselesaikan” yang oleh remaja dibawa kedalam masa dewasa.

2.2.5.1 Kondisi-kondisi Mempengaruhi Konsep Diri Remaja Yang Dewasa a). Usia Kematangan

Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakuakan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Remaja yang matang terlambat, yang di perlakukan seperti anak-anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan.

b) Penampilan Diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.

c) Kepatutan Seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat , dan perilaku membantu remaja me memncapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.

d) Nama Dan Julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.

e) Hubungan Keluarga

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota kaluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bilta tokoh ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.

f) Teman-teman Sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.

g). Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.

h) Cita-cita

Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan di mana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik

2.3 Program Pendidikan Kelas RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf

Dokumen terkait