• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Perilaku Menyontek

5. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek

a. Faktor internal dalam perilaku menyontek adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan menyontek atau plagiarism, rendahnya self efficacy dan status ekonomi sosial. Faktor internal lain adalah keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi, nilai moral (personal values), dimana siswa menganggap perilaku menyontek sebagai perilaku yang wajar, kemampuan akademik yang rendah, time management dan prokrastinasi.

b. Faktor eksternal yang turut menyumbang terjadinya perilaku menyontek adalah tekanan dari teman sebaya, tekanan dari orang tua peraturan sekolah yang kurang jelas dan sikap guru yang tidak tegang terhadap perilaku menyontek.

Begitu pula faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek, menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Baron dan Byrne, 2003: 133) dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

36 a. Sikap terhadap perilaku.

Sikap terhadap perilaku yang akan dilakukan, dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa melakukan perilaku tertentu akan membawa pada konsekuensi-konsekuensi tertentu (behavioral beliefs) dan penilaian individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi pada individu (outcome

evaluations). Keyakinan tentang konsekuensi perilaku terbentuk berdasarkan

pengetahuan individu tentang perilaku tersebut, yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dan informasi dari orang lain (Fishbein dan Ajzen, 1975: 132). Sikap terhadap perilaku merupakan derajat penilaian positif atau negatif terhadap perwujudan perilaku tertentu. Individu memiliki sikap positif terhadap perilaku bila mempunyai keyakinan dan penilaian yang positif terhadap hasil dari tindakan tersebut. Sebaliknya, sikap terhadap perilaku negatif jika keyakinan dan penilaian terhadap hasil perilaku negatif (Ajzen, 1991: 120).

b. Norma subjektif terhadap perilaku.

Norma subjektif merupakan persepsi individu terhadap norma sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Norma subjektif ditentukan oleh keyakinan normatif (normative beliefs) mengenai harapan-harapan kelompok acuan atau orang tertentu yang dianggap penting terhadap individu dan motivasi individu untuk memenuhi atau menuruti harapan tersebut (motivations to comply). Keyakinan normatif diperoleh dari informasi orang yang berpengaruh (significant others) tentang apakah individu perlu, harus, atau dilarang melakukan perilaku tertentu dan dari

37

pengalaman individu yang berhubungan dengan perilaku tersebut (Fishbein dan Ajzen, 1975: 303). Semakin banyak orang yang dapat mempengaruhi individu untuk melakukan suatu perilaku sehingga individu semakin yakin akan perilaku tersebut untuk dilakukan dan menjadi keyakinan normatif bagi dirinya, serta semakin besar motivasi individu untuk memenuhi harapan-harapan dari orang yang berarti (significant others) bagi dirinya maka akan semakin diterima perilaku tersebut sebagai suatu norma subjektif bagi dirinya.

c. Persepsi terhadap kontrol terhadap tingkah laku.

Selain kedua faktor di atas, Ajzen memperluas teori mengenai intensi tindakan yang beralasan (reasoned action theory) dengan menambahkan faktor yang ketiga, yaitu persepsi terhadap kontrol terhadap tingkah laku, dalam teori tingkah laku terencana (theory of planned behavior). Persepsi terhadap kontrol tingkah laku merupakan penilaian terhadap kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan perilaku, atau penilaian seseorang mengenai seberapa mudah atau seberapa sulit untuk menampilkan perilaku. Individu tidak membentuk intensi untuk melakukan suatu perilaku kecuali merasa yakin memiliki kemampuan untuk menampilkan perilaku tersebut. Semakin tinggi persepsi terhadap kontrol perilaku, semakin tinggi intensi perilaku (Semin dan Fiedler, 1996: 22).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek menurut Schab (dalam Klausmeier, 1985: 388) adalah:

38 a. Malas belajar.

Siswa malas berusaha karena merasa usaha apa pun yang dilakukan tidak akan banyak berperan dalam pencapaian hasil yang diharapkan (Sujana dan Wulan, 1994:. 2). Siswa yang memiliki konsep diri negatif akan merasa pesimis dan tidak percaya pada kemampuan dirinya (Brooks dan Emmert dalam Rahmat, 2000: 105), sehingga malas berusaha karena merasa dirinya tidak kompeten dan tidak akan mampu mencapai prestasi yang diharapkan. b. Ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi.

Perasaan tidak kompeten atau bahkan bodoh pada siswa yang memiliki konsep diri negatif akan membuatnya merasa bahwa dirinya akan gagal (Susana, 2006: 25). Munculnya gambaran akan kegagalan dalam meraih prestasi belajar (nilai yang baik) membuat individu khawatir. Ketakutan terhadap suatu kegagalan dihindari dengan melakukan perbuatan menyontek (Gibson dalam Sujana dan Wulan, 1994: 2).

c. Tuntutan dari orang tua untuk memperoleh nilai baik.

Pandangan orang tua tentang penampilan, kemampuan, dan prestasi anak akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya, atau dengan kata lain akan mempengaruhi konsep dirinya (Hurlock, 1997: 132). Harapan orang tua yang terlalu tinggi membuat anak cenderung gagal. Kegagalan yang dialami dapat mempengaruhi konsep diri anak dan menjadi dasar dari perasaan rendah diri dan tidak mampu. Misalnya jika orang tua menganggap nilai akademis sama dengan kemampuan, orang tua akan mengharapkan anaknya mendapat nilai yang bagus tanpa berpikir sejauhmana pelajaran yang

39

telah diserap oleh sang anak. Tuntutan orang tua semacam itu dapat menimbulkan keinginan pada anak untuk menyontek.

Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi self

efficacy dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek, maka

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek disimpulkan menjadi: a. Sikap terhadap perilaku menyontek, yaitu penilaian positif atau negatif

terhadap perwujudan perilaku menyontek yang ditentukan oleh keyakinan tentang konsekuensi perilaku menyontek dan evaluasi terhadap konsekuensi-konsekuensi tersebut.

b. Norma subjektif terhadap perilaku menyontek, ditentukan oleh keyakinan normatif mengenai harapan orang yang dianggap penting (significant other) atau kelompok acuan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku menyontek.

c. Persepsi terhadap kontrol terhadap tingkah laku menyontek, yaitu penilaian terhadap kemampuan atau ketidakmampuan untuk menampilkan perilaku menyontek dan persepsi terhadap kendala realistis yang mungkin ada dalam memunculkan perilaku menyontek.

d. Malas belajar.

e. Ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi. f. Tuntutan dari orang tua untuk memperoleh nilai baik.

Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek adalah sikap terhadap perilaku menyontek, norma subjektif terhadap perilaku menyontek, kontrol terhadap tingkah laku menyontek yang dipersepsikan,

40

malas belajar, ketakutan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi, dan tuntutan dari orang tua untuk memperoleh nilai baik.

Dokumen terkait