• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Persepsi

2.1.1.8 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Jalaluddin Rakhmat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi diantaranya adalah :

a. Faktor Perhatian ( attention )

”Adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah”, demikian definisi dari (Kenneth E. Andersen,1972 : 46) dalam bukunya yang ditulisnya sebagai pengantar pada teori komunikasi. Perhatian terjadi apabila kita mengonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain. Alex Sobur mengatakan bahwa meskipun banyak stimulus berbeda - beda yang sampai pada seseorang tentang suatu masalah yang sama, apa yang bisa seseorang hayati tidak terbatas pada saat – saat tertentu. Apa yang dihayati seseorang tidak hanya tergantung pada stimulus tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minat, tujuan dan harapan seseorang pada saat itu. Pemusatan persepsi tersebut yang disebut oleh Sobur sebagai perhatian. Perhatian dapat berfungsi memiliki dan menggerakkan rangsangan – rangsangan yang sampai pada kita, sehingga kita terima secara kacau. (Sobur, 2003 : 449)

Perhatian individu ditentukan oleh beberapa faktor : 1) Faktor Situasional

Faktor situasional terkadang sering disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat external atau penarik perhatian. Stimuli diperhatikan karena memiliki sifat – sifat yang menonjol antara lain :

a) Gerakan

Seperti organisme lain, manusia secara visual tertarik pada objek – objek yang bergerak, misalnya kita senang melihat huruf – huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.

b) Kebaruan (Novelty)

Hal – hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda akan menarik perhatian. Misalnya pemasang iklan sering memanipulasikan unsur kebaharuan ini dengan menonjolkan yang luar biasa dari barang atau jasa yang ditawarkannya. Hal ini dilakukan karena tanpa hal – hal baru, stimuli akan menjadi monoton, membosankan dan lepas dari perhatian.

c) Intensitas Stimuli

Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain, misalnya warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung ditengah – tengah orang pendek dan lain – lain. d) Perulangan

Hal – hal yang disajikan berkali – kali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian. Di sini, unsur ”familiarity” (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur ”novelty” (yang baru kita kenal). (Rakhmat, 2005 : 52)

2) Faktor Personal

Faktor Personal lebih ditekankan pada perhatian yang bersifat internal atau datangnya perhatian berasal dari dalam individu. Pada faktor personal juga disebutkan mengenai perhatian yang selektif, bahwa apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Hal tersebut disebabkan adanya kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat, kita dengar apa yang ingin kita dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor – faktor internal dalam diri kita.

3) Faktor Biologis

Manusia adalah makluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan, ia akan lapar jika tidak makan dalam waktu 20 jam. Begitu pula dengan kucing, ia memerlukan lawan jenis untuk melakukan reproduksi, begitu juga dengan kerbau. Sehingga dalam keadaan tertentu makluk manusia akan bereaksi sesuai dengan keadannya tersebut.

4) Faktor Sosiopsikologis

Bisa diperoleh dari proses sosial kita dan dapat mengklasifikasikannya kedalam 3 komponen yitu komponen afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen afektif terdiri dari :

a) Motif Sosiogenesis

Motif sosiogenesis sering disebut motif sekunder sebagai lawan dari motif primer ( motif biologis). Berperan dalam

membentuk perilaku sosial bahkan sangat menentukan. Secara singkat motif sosiogenesis dapat dijelaskan sebagai berikut :

(1) Motif ingin tahu

Mengerti, menata dan menduga (predictibility). Setiap orang akan berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya. Karena kecenderungan untuk memberi arti pada apa yang dialami, bila informasi yang diperoleh terbatas orang akan mencari jawaban sendiri tanpa menunggu informasi lengkap lebih dulu.

(2) Motif kompetensi

Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan kehidupan apapun. Akan tetapi perasaan amat tergantung pada perkembangan intlektual, sosial dan emosional. (3) Motif cinta

Sanggup mencintai dn dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian. Karena kasih sayang, ketulusan kasih sayang, penerimaan orang lain yang hangat amat dibutuhkan manusia.

(4) Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas

Merupakan kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita bukan saja dianggap bilangan, tetapi juga diperhiungkan, karena itu bersamaan dengan kebutuhan harga diri orang akan mencari identitasnya.

(5) Kebutuhsn akan nilai, kedambaan dan kehidupan

Dalam menghadapi gejolak keidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya.

(6) Kebutuhan akan pemenuhan diri

Kita bukan saja ingin mempertahankan kehidupan, tetapi juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan kita dan memenuhi potensi – potensi kita. Dengan ucapan Maslow sendiri ”What a man can be, he must be”. (Rakhmat, 2005 : 38)

b) Sikap

Sikap adalah konsep paling penting didalam psikologi social dan yang paling banyak didefinisikan. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan. Pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, mempersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Jadi pada kenyataannya tidak ada sikap yang berdiri sendiri, tetapi harus diikuti kata ”terhadap” atau ”pada” objek sikap. Kedua sikap mempunyai daya dorong atau motivasi. Ketiga, sikap relatif lebih mantap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil dari belajar. (Rakhmat, 2005 : 39)

c) Emosi

Emosi menunjukkan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala – gejala kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis. Ada empat fungsi emosi (Colleman dan Hammen, 1974 : 462). Pertama emosi adalah pembangkit energi (energizer). Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Kedua emosi adalah pembawa informasi (messenger). Bagaimana keadaan diri kita dapat kita ketahui dari emosi. Ketiga emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga membawa pesan dalam komunikasi intrapersonal. Keempat emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita. Kita mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat.

Emosi berbeda dalam hal internsitas dan lamanya. Ada emosi ringan, berat dan disintegratif. Emosi ringan meningkatkan perhatian kita pada situasi yang dihadapi, disertai dengan perasaan tegang sedikit, di sini masih mampu kita kendalikan dan hindari jika kita mau. Emosi yang kuat disertai rangsangan fisiologis yang kuat. Detak jantung, tekanan darah, pernapasan, produksi adrenalin semuanya meningkat. Gejala ini lazim disebut GAS (General Adaptation Syndrome). Sedangkan emosi disintegratif tentu saja terjadi dalam intensitas emosi yang memuncak. (Rakhmat, 2005 : 40)

d) Kepercayaan

Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan papa yang diketahui manusia. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan disini tidak berhubungan dengan hal – hal gaib tetapi merupakan keyakinan bahwa sesuatu itu ”benar” atau ”salah” atas dasr bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi (Hohler, et al, 1978 : 48). Jadi kepercayaan bisa bersifat rasional atau irrasional. Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi suatu kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap. Menurut Solomon E. Asch(1959 : 565 – 567), kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan. (Rakhmat, 2005 : 42)

e) Kebiasaan

Sedangkan komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan.

f) Kemauan

Sedangkan kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Richard Dewey dan W.J. Humber, kemauan merupakan :

(1) Hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai yang lain yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan.

(2) Berdasarkan pengetahuan tentang, cara – cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

(3) Dipengaruhi kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

(4) Pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan. (Rakhmat, 2005 : 43)

b. Faktor Fungsional

Faktor fungsional menekankan pada faktor yang personal yang mendorong seseorang untuk menentukan persepsinya. Faktor funsional yang memperngaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan (frame of reference), beberapa hal yang termasuk sebagai kerangka rujukan adalah: 1) Kondisi Bilogis

Kondisi seseorang pada saat mempersepsi akan mempengaruhi hasil persepsinya. Misalnya pada kondisi seseorang yang sedang lapar diberikan

stimuli gambar yang tidak terlalu jelas, maka ketika ditanya gambar apa yang dilihatnya maka orang tersebut akan sering menanggapi sebagai gambar makanan. Namun hasilnya akan berbeda apabila orang yang ditanya dalam keadaan perut kenyang.

2) Nilai Sosial

Nilai sosial suatu obyek bergantung pada kelompok sosial orang yang menilai.

3) Suasana Mental

Suasana mental juga sering berarti suasana atau keadaan emosional seseorang setelah mendapat stimuli/rangsangan. Misalnya saja sekelompok anak disuruh menceritakan gambar seorang laki – laki sebelum dan sesudah bermain perang – perangan. Sesudah perang – perangan, anak – anak cenderung banyak melihat kekejaman wajah orang dalam gambar itu.

4) Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dapat diperoleh melalui proses bertahap. Biasanya bertambah usia seseorang, maka bertambah pula pengetahuan yang didapatkan. Tingkat pengetahuan seseorang juga bisa bertahan sehubungan dengan semakin banyaknya informasi yang diperoleh.

5) Pengalaman Masa Lalu

Kerangka rujukan yang didasarkan pada pengalaman atau kejadian – kejadian yang sebelumnya pernah terjadi pada diri seseorang, kemudian

pengalaman tersebut akan melekat dalam ingatan individu dan dijadikannya dalam bentuk persepsi. (Rahmat, 2005 : 56)

2.1.2 Informasi Dan Pesan Dalam Konteks Komunikasi

Dokumen terkait