• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Setiap siswa memiliki krakteristik yang unik, sehingga tingkat prestasi belajarnya pun berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar seseorang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi 3 faktor, yakni faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal merupakan faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Dan faktor pendekatan belajar yaitu bagaimana cara siswa belajar.

a. Faktor Internal

Adapun yang tergolong faktor internal yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmaniah a) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Apabila kondisi kesehatan sedang sakit, maka proses belajar serta prestasinya pun akan terganggu. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b) Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuh, akan terganggu poses belajarnya. Apabila ada siswa itu memiliki cacat tubuh, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan ia memiliki alat bantu agar dapat mengurangi dan meminimalisasi dampak pengaruh kecacatannya.

2) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.Faktor-faktor tersebut yakni, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.

Sedangkan Rebber yang dikutip oleh Muhibbin Syah, intelegensi diartikan sebagai kemampuan psikologis untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan

“menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas manusia.

Tabrani Rusyan menyatakan bahwa peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan diharapkan untuk berprestasi tinggi.Jadi, untuk mencapai kesuksesan dalam belajar ini kecerdasan memegang peranan penting. Dengan taraf kecerdasan tinggi, seseorang akan sukses prestasi belajarnya di sekolah.25

b) Perhatian

Menurut Abu Ahmadi menjelaskan bahwa “perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan pada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya”.26

Dengan kata lain, bahwa asumsi perhatian itu erat kaitan dengan keaktifan jiwa seseorang yang diarahkan pada suatu objek.

c) Minat

25

Tabrani Rusyan, Pendidikan Islam dan Keluarga, (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), h. 32. 26

19

Secara sederhana, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.Selain itu, “minat juga dapat diartikan sebagai

kecenderungan yang menettap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

aktifitas”.27

Dengan kata lain, minat itu kenginan besar yang ada dalam hati seseorang untuk memperoleh sesuatu.

d) Bakat

Bakat menurut Hilgard adalah “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Selain itu, bakat juga dapat diartikan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.28Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat dalam arti memiliki potensi untuk mencapai prestasi sampai kepada tingkatan tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.Bakat sangat berhubungan erat dengan intelegensi seseorang.

e) Motif

Dalam belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengaan baik atau padanya mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Tinggi maupun rendahnya motivasi belajar siswa mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pengajaran. Dengan kata lain, anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar seseorang akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan.Kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan

27

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 166., Cet. 3 28

siswa dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan, karena mempengaruhi hasil belajar siswa.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa. Kelelahan Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.29

Dari uraian tersebut jelas tergambarkan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal siswa. Dengan kata lain, faktor tersebut berada dalam diri siswa itu sendiri, dan dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.Faktor eksternal meliputi faktor lingkunga keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan faktor waktu.

1) Faktor lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan pendidikan pertama yang didapat oleh siswa sebelum mengikuti pendidikan di tingkat sekolah.Kondisi lingkungan keluarga yang baik, hubungan antara orang tua dengan anaknya baik maka hal itu turut mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2) Faktor lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah menjadi parameter dalam keberhasilan prestasi belajar siswa.Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik, dapat menjadi dorongan postif bagi kegiatan belajar siswa sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa.

3) Faktor lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi bakat dan minat anak dalam belajar.Tetapi, lingkungan pun dapat memberikan dampak yang kurang baik dalam menghambat kecerdasan anak terutama prestasi belajarnya. Apabila lingkungan masyarakat tempat tinggal anak adalah lingkungan yang baik, bergotong royong, maka dengan sendirinya anak akan terdorong untuk memiliki sikap gotong royong dan suka membantu orang.

29

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. 4 h. 54-59

21

4) Faktor Waktu

Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi sangat perlu.Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa pun tidak dihinggapi kejenuhan dan kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan.30

c. Faktor Jenis Belajar Siswa

Jenis belajar siswa dalam hal ini tentu sangat mempengaruhi prestasi belajarnya, Berikut ini ada 7 jenis belajar di bawah ini.31

1) Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata, ialah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata yang digunakan.Pada mulanya, suatu kata sudah dikenal atau sudah didengar, tetapi belum tahu artinya.Jika dihubungkan dengan proses pembelajaran, setiap siswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Misalnya, dalam suatu materi pembelajaran, ada kata seperti puisi yang sering didengar bahkan diucapkan oleh siswa.Namun., sebagian dari mereka belum mengetahui konsep tentang puisi. Maka, melalui belajar arti kata-kata, siswa diharapkan menjadi mengerti tentang konsep puisi.

Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahuinya.Tanpa hal tersebut, maka sulit menggunakannya.Misalnya terdapat kata-kata istilah ilmiah dalam pelajaran tertentu. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isis bacaan, karena ide-ide yang terdapat dalam suatu kata atau kalimat hanya dapat dimengerti dengan memahami arti dari setiap kata. Dengan kata itulah, biasanya dalam suatu buku, penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada sang pembaca agar mereka mengerti maksdu kata-kata tersebut. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata menjadi penting dalam belajar, terutama terhadap peserta didik di bangku sekolah dasar.

2) Belajar kognitif

Belajar kognitif berkaitan dengan masalah mental.Belajar kognitif menjelaskan tentang bagaimana proses mental seseorang untuk menghadirkan objek-objek materil maupun tidak materil melalui proses tanggapan, gagasan atau lambang menuju kea rah adanya perubahan tingkah laku seseorang. Artinya, dalam belajar kognitif, dibutuhkan kepekaan dalam proses penerimaan informasi yang diawali melalui tanggapan terhadap objek-objek yang diamati sehingga otak merespon informasi tersebut. Belajar kognitif ini sangatlah penting kaitannya dengan pembelajaran di kelas, karena dalam prosesnya pembelajaran sendiri membutuhkan proses mental seorang siswa dalam menerima informasi sehingga ia dapat merubah tingkah lakunya.

30

Ibid., Thursan Hakim, h.20 31

3) Belajar Menghafal

Menghafal merupakan suatu proses belajar yang melibatkan otak dalam mengingat sesuatu. Menghafal sendiri merupakan kegiatan yang sering dilakukan seseorang, bahkan selalu dalam kehidupan sehari-hari.Menghafal yaitu suatu aktivitas materi verbal di dalam ingatan, sehingga dapat diingat kembali secara harfiah. Dengan kata lain, menghafal itu berarti aktivitas yang dilakukan melalui verbal untuk kemudian diingat secara harfiah. Aktivitas menghafal juga merupakan proses mental untuk menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.

Dalam aktivitas belajar menghafal, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan.Oleh karena itu, efektif tidaknya menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat kriteria tersebut.

4) Belajar Teoritis

Kata “teoritis”, sering kita dengat bahkan selalu diucapkan dalam kehidupan.Namun, tidak sedikit orang yang belum mengetahui makna teoritis tersebut. Belajar teoritis ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan masalah, seperti yang ada dalam bidang-bidang studi ilmiah, misalnya teori “Bujur sangkar” mencakup semua bentuk persegi.

5) Belajar Konsep

Konsep merupakan satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang ssama.Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.

Belajar konsep adalah berpikir dalam konsep dan belajar pengertian.Artinya, belajar konsep merupakan belajar untuk memahami konsep dan pengertian.Dalam hal ini, peserta didik harus menguasai beberapa konsep yang telah mereka pelajari dalam pembelajaran di sekolah.Belajar konsep tidak terlepas dari taraf berpkir.Taraf berpikir tersebut ada dua, yaitu pertama, taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.Kedua, taraf berpikir komprehensif. Artinya dalam belajar konsep, peserta didik harus dimulai dengan tahap penenrimaan informasi, kemudian setelah itu barulah ia memahami konsep suatu materi secara menyeluruh.

6) Belajar Kaidah

Belajar kaidah termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual

(intellectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah

bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, kemudian terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. Selam belajar di sekolah, seorang siswa akan menemukan nkaidah-kaidah. Hal ini tentunya harus dimiliki untuk kemajuan belajarnya.

Kaidah merupakan suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah.Kaidah merupakan representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari.Hal ini

23

berarti, bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa.Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan

beberapa konsep.Misalnya dalam kaidah perkalian matematika, “dua kali dua sama dengan empat”.Artinya, ahasil dari perkalian dua kali dua tersebut pasti empat, karena memang sudah kaidahnya.

Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang, terutama seorang pserta didik sebagai salah satu upaya peguasaan ilmu pengetahuan selama belajar di sekolah.

7) Belajar Berpikir

Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah atau diperguruan tinggi. Masalah belajar terkadang ada yang harus diselesaikan secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Pemecahan masalah itulah yang memerluka pemikiran. Berpikir itu berarti kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan, ketika berpikir dilakukan, maka di sana terjadi suatu proses. Oleh karena itu, John Dewey dan Wertheimer memandang berpikir sebaagai proses. Dalam proses ini tekanannya terletak pada penyusuna kembali kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan).

Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

a) Kesadaran akan maslah; b) Merumuskan masalah;

c) Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis; d) Menguji hipotesis-hipotesis itu;

e) Menerima hipotesis yang benar.

Meskipun dalam pemecahan masalah memerlukan langkah-langkah tersebut, menurut Dewey, setiap pemecahan masalah memerlukan rafa berpikir.Taraf berpikir itu sendiri memiliki tahap-tahap berikut, sebagaimana tabel yang ada di bawah ini.

Tabel 2.1 Taraf Berpikir

Taraf Nama Taraf Berpikir Macam Kerja Pikir Diajarkan 5

4

3

2

Evaluasi

Analisis dan sintesis

Aplikasi

Komprehensif

Berpikir kreatif atau berpikir memecahkan masalah

Berpikir menguraikan dan menggabungkan

Berpikir menerapkan

Berpikir dalam konsep dan belajar pengertian

1 Pengetahuan Belajar reseptif atau menerima

8) Belajar Keterampilan Motorik

Orang yang memiliki suatu kemampuan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam suatu urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara

terpadu.Keterampilan ini disebut “motorik”.Keterampilan motorik biasanya beraal dari keluwesan seseorang dalam kejasmaniannya. Ciri khas dari

keterampilan motorik adalah “otomatisme”, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti geralk tertentu.

Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang peraanan sangat penting, terutama berkaitan dengan perkembangan seorang peserta didik.Seorang anak SD kelas 1 dalam perkembangan motoriknya, harus mampu lekaukan kegiatan-segiatan semisal menggunakan pakaiannya sendiri, dapat mempergunakan dan memakai alat-alat tulis secara mandiri dan lain-lain.Ketika anak memasuki bangku sekolah dasar, anak memperoleh keterampilan baru, sperti menulis dengan memegang alat-alat tulis, membuat gambar, berolahraga dan lain-lain.Oleh karena itu, keterampilan motorik sangat penting dalam menunjang prestasi dan perkembangan anak, karena hal ini menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya.

9) Belajar Estetis

Belajar esetetis bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan alam dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup fakta, seperti nama Mozart sebagai penggubah music klasik; konsep-konsep, seperti ritme, irama dan komposisi dan lain-lain. Belajar estetis ini kaitannya dengan perkembangan peserta didik, ialah bagaimana peserta didik dapat membentuk kemampuan dalam dirinya untuk menciptkan dan menghayati keindahan yang ada di sekitarnya untuk dijadikan sebagai bahan untuk pembelajaran agar peserta didik dapat mengmbangkan potensi dirinya secara baik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut Irmayati dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa MIN Bitung Jaya Cikupa Tangerang”, menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua siswa di MIN Bitung Jaya berpengaruh rendah terhadap prestasi belajar siswa, yakni hanya 9 %

25

pengaruhnya.32 Dengan kata lain, pendidikan orang tua memiliki pengaruh yang rendah terhadap prestasi belajar siswa.

Sedangkan, menurut Novita Chaerani dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Global Islamic School Jakarta”, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa. Besarnya hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika diperoleh korelasi 0,90 dengan koefisien determinasi sebesar 81 % dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan hasil belajar siswa.33Artinya, bahwa penelitian tersebut menunjukan hubungan yang erat antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika siswa.

Menurut Sutriyati dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa di SDN Petir 05 Dramaga Bogor”, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan cukup signifikan antara perhatian orang tua dan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SDN Petir 05 Dramaga Bogor.34 Artinya, bahwa perhatian orang tua memiliki hubungan yang positif dan cukup signifikan dengan prestasi belajarnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan mempengaruhi prestasi belajarnya.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan yang pertama kali dirasakan oleh seorang anak ialah pendidikan di dalam keluarga.Karena, keluarga merupakan pondasi dasar seorang anak untuk melanjutkan pendidikan sekolah.Dalam hal ini orang tua berperan utama dalam mendidik dan membimbing anaknya sebelum mereka melanjutkan pendidikan pada jenjang sekolah. Selain itu figur dari orang tua akan melekat pada diri anak sehingga mereka akan member teladan dan pengaruh besar terhadap tumbuh dan berkembangnya anak.

Begitu pula halnya dengan prestasi belajar anak, tentunya pendidikan dari keluarga, khususnya orang tua merupakan satu diantara banyak faktor yang dapat

32

Irmayati, “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa MIN Bitung Jaya”, Jurnal Kependidikan, 2007.

33

Novita Chaerani, “Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP GLOBAL ISLAMIC SCHOOL Jakarta”, Jurnal Kependidikan., 2001.

34

Sutriyati, “Hubungan Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Pendidikan Agama Islam Siswa SDN Petir 05 Dramaga Bogor”.,Jurnal Kependidikan, 2012.

mempengaruhi prestasi anaknya di sekolah. Apabila hubungan antara anak dengan orang tuanya baik, kemudian lingkungan keluarga, masyarakatnya pun baik, maka prestasi belajar siswa pun dimungkinkan akan bagus, baik itu mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal siswa. Faktor internal siswa di antaranya ialah intelegensi, faktor kesiapan dan kematangan, faktor kelelahan, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal meliputi, faktor dari lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor waktu dan faktor lingkungan masyarakat. Kedua faktor tersebut saling erat kaitannya satu sama lain. Oleh karena itu, prestasi belajar dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut, dan tugas guru maupun orang tua adalah bagaimana memberikan motivasi dan bimbingan agar prestasi anak dapat tercapai dengan baik dengan tidak mengesampingkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

Dokumen terkait