• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Struktural

BAB VI PEMBAHASAN

6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Struktural

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya transformasi struktual ekonomi adalah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi menyebabkan meningkatnya pendapatan. Meningkatnya pendapatan menyebabkan pola konsumsi bergeser dari konsumsi barang primer atau barang kebutuhan pokok ke barang sekunder (mobil, sepeda motor, televise, hand phone) dan sektor jasa (jasa kesehatan, transportasi, hiburan), ini telah dibuktikan dengan hukum Engel

(Engel’s Law). Perubahan dari sisi demand ini diantisipasi oleh produsen dengan mensuply barang-barang yang dibutuhkan oleh konsumen. Maka terjadilah pergeseran jenis output yang diproduksi dan dikonsumsi. Output ini membentuk PDRB, sehingga pergeseran konsumsi dan produksi dari sektor pertanian ke industri dan jasa, merubah komposisi output dalam PDRB.

Hasil penelitian dengan menggunakan data primer mendapatkan hasil bahwa makin tinggi pendapatan penduduk urban Kabupaten Deli Serdang, makin besar proporsi konsumsi mereka terhadap barang sekunder dan tertier. Sebaliknya makin rendah proporsi konsumsi terhadap barang primer. Artinya pendapatan berkorelasi positif dengan konsumsi barang sekunder dan primer. Sebaliknya pendapatan berkorelasi negatif dengan konsumsi barang primer. Hasil ini mendukung hukum Engel (Engel’s law). Namun hukum Engel tidak berlaku terhadap fertilitas, karena jumlah keluarga masih berkorelasi positif terhadap pendapatan. Disamping itu meskipun tingkat pendapatan terus meningkat, namun tingkat fertilitas masih tetap tinggi. Hasil ini juga dengan sendirinya menggambarkan bahwa, terjadinya pembangunan wilayah Deli Serdang, menyebabkan meningkatkan pendapatan penduduk Deli Serdang. Hal ini mendorong transformasi struktural yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang.

6.3. Pengaruh Pendidikan dan Jumlah Keluarga Terhadap Pendapatan

Dalam penelitian ini ada empat variabel bebas yang digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut mempengaruhi pendapatan. Variabel tersebut adalah pendidikan, pegawai negeri sipil, migrasi, dan jumlah keluarga.

Diantara ke empat variabel tersebut, tingkat pendidikan dan besarnya jumlah keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Variabel pegawai negeri sipil dan migran tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan.

Pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap pendapatan sesuai dengan hipotesis. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan makin produktif seseorang. Hasil logisnya ialah makin tinggi pendidikan semakin tinggi pula pendapatan.

Jumlah keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Hasil ini sesuai dengan hipotesis. Dengan berkembangnya suatu daerah, maka kesempatan kerja semakin besar. Akibatnya setiap penduduk yang berusia kerja ingin bekerja, maka ia akan memperoleh pekerjaan. Dari hasil penelitian dilapangan, anggota keluarga yang telah berusia kerja sebagian besar telah bekerja, dan sebagian kecil yang lain meneruskan pendidikan dijenjang yang lebih tinggi. Meskipun responden perempuan tidak ditujukan kepada perempuan yang bekerja, tetapi dalam kenyataannya dari 180 responden yang diteliti, 179 diantaranya merupakan isteri-isteri yang bekerja membantu pendapatan keluarga.

6.4. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pegawai Negeri Sipil, Interaksi Sosial, Umur Kawin Pertama, dan Pendapatan Terhadap Fertilitas (jumlah anak yang dimiliki oleh seorang ibu)

Ada tujuh variabel yang dipilih untuk melihat faktor-faktor penentu fertilitas. Ketujuh faktor tersebut adalah, tingkat pendidikan, pegawai negeri sipil,

interaksi sosial, umur kawin pertama, migran, ikut keluarga berencana dan tingkat pendapatan keluarga. Dari ketujuh variabel tersebut, lima diantara berpengaruh signifikan terhadap fertilitas, dua yang lain tidak. Variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap fertilitas adalah, tingkat pendidikan, pegawai negeri sipil, interaksi sosial, umur kawin pertama, dan tingkat pendapatan. Sedangkan dua variabel lagi tidak berpengaruh signifikan terhadap fertilitas, yaitu migrasi dan yang ikut keluarga berencana. Melihat jumlah anak yang dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga di daerah urban Deli Serdang, peneliti menduga bahwa pasangan suami isteri tidak menargetkan anak berjumlah dua orang, melainkan tiga atau empat anak.

Hasil-hasil yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut; Tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas. Makin tinggi tingkat pendidikan makin sedikit jumlah anak yang dimiliki. Hasil ini sesuai dengan hipotesis. Makin tinggi tingkat pendidikan ibu rumah tangga, makin tinggi umur kawin pertamanya, dan makin berkurang masa reproduksinya. Disamping itu, perempuan yang telah berpendidikan tinggi tentu ingin bekerja dan juga ingin berkarir untuk mendapatkan posisi yang baik dipekerjaan. Hal ini menyebabkan perempuan berpendidikan selalu menunda perkawinannya dan juga membatasi jumlah anak yang ingin dilahirkannya. Pegawai negeri sipil berpengaruh positif dan signifikan terhadap fertilitas. Hasil ini berbeda dengan hipotesis. Pada masa Orde Baru pegawai negeri sipil merupakan ujung tombak keberhasilan keluarga berencana, dengan semboyan dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja. Setelah masa Orde Baru berakhir, pegawai negeri sipil mendapatkan kelonggaran

dalam hal memilih besarnya jumlah anak yang dimiliki. Ternyata pegawai negeri sipil memilih untuk memiliki jumlah anak yang lebih besar dari dua orang.

Interaksi sosial, yang dimaksud dengan interaksi sosial di sini adalah apabila ibu rumah tangga mendapat informasi tentang keluarga berencana. Hasil yang diperoleh adalah interaksi sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap fertilitas. Artinya seorang ibu rumah tangga yang telah mendapatkan injformasi mengenai keluarga berencana dari bidan atau para informan lainnya, ternyata memiliki jumlah anak yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak mendapatkan penerangan tentang keluarga berencana. Hasil ini berbeda dengan hipotesis. Hal ini diduga bahwa ibu rumah tangga sebagian besar baru mau ikut berpartisipasi dan ingin tahu lebih jauh tentang tentang keluarga berencana setelah memiliki anak lebih dari dua, kemudian baru berniat untuk melakukan keluarga berencana.

Umur kawin pertama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas. Artinya makin tinggi umur kawin pertama, makin sedikit jumlah anak yang dimiliki. Hasil ini sesuai dengan hipotesis. Makin tinggi umur kawin pertama, semakin rendah masa reproduksinya. Oleh sebab itu makin sedikit jumlah anak yang dilahirkan. Alasan-alasan mengapa perempuan menunda perkawinannya antara lain adalah sedang dalam pendidikan, bekerja, dan lain-lain. Tingkat pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas. Artinya makin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga, semakin sedikit jumlah anak yang dimiliki. Hasil ini sesuai dengan hipotesis. Hasil ini juga mendukung temuan- temuan Leibenstein, Gary Becker dan Rujiman. Senakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga, orang tua lebih mengharapkan anak memiliki kualitas yang baik.

Untuk meningkatkan kualitas anak, biaya yang dikeluarkan untuk membesarkan anak dan meningkatkan sumber dayanya, diperlukan dana yang cukup besar. Maka biaya membesarkan anak menjadi sangat besar. Oleh sebab itu orang tua lebih menyukai jumlah anak yang lebih sedikit namun memiliki kualitas yang baik.

6.5. Pengembangan Wilayah Deli Serdang

Dari uraian hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Deli Serdang sedang dalam tahap menuju pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil, peningkatan pendapatan per kapita setiap tahunnya, transformasi struktural yang berjalan konsisten. Tingkat pengangguran terbuka yang semakin rendah, yaitu 13,31 persen pada tahun 2006 menjadi 9,02 persen pada tahun 2010. Tingkat kemiskinan yang semakin menurun dari 6,29 persen pada tahun 2006 menjadi 5,17 persen pada tahun 2009. Tingkat fertilitas total yang rendah, yaitu sebesar 2,42 pada tahun 2008, yang memberi arti bahwa setiap ibu rata-rata hanya memiliki anak sebanyak 2,42 orang. Indeks Pembangunan Manusia yang semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2006 Indeks Pembangunan Manusia Deli Serdang sebesar 73,2. Pada tahun 2009 angka ini meningkat menjadi 74,67.

Semua gambaran di atas memperlihatkan bahwa pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang telah berjalan dengan baik. Bila hal ini dapat dipertahankan, maka di masa-masa yang akan datang Kabupaten Deli Serdang akan menjadi wilayah yang lebih maju dan penduduknya semakin sejahtera.

Dokumen terkait