• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mendasari perilaku konsumen

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.4. Faktor-faktor yang mendasari perilaku konsumen

Pemahaman terhadap perilaku konsumen akan memudahkan manajemen dalam upaya untuk mengembangkan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen serta dalam memilih segmen pasar yang akan dilayani. Menurut Setiadi (2003)

15

sekurang-kurangnya ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu budaya, social, kepribadian dan kejiwaan.

1. Faktor budaya

Mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku yang mencakup budaya (Culture), sub budaya dan kelas social.

Budaya adalah symbol dan fakta yang kompleks, diciptakan oleh manusia dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam bermasyarakat. Perilaku konsumen sangat ditentukan oleh budaya yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan, dan tradisi dalam permintaan produk. Setiap perilaku atau tindakan konsumen ditata, dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan norma budaya, untuk itu perusahaan dituntut untuk mengerti akan implikasi dari kebudayaan dimana perusahaan itu berada.

Sub Budaya adalah kebudayaan yang ada pada suatu golongan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Sub budaya memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya.

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanent yang tersusun secara hirarkis dan memiliki anggota dengan menilai, minat, dan perilaku yang serupa.

2. Faktor sosial

Selain faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status.

Kelompok acuan adalah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.

dan anak yang hidup bersama maupun keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota yang masih ada ikatan keluarga, mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perilaku seseorang. Bagi perusahaan yang terpenting adalah mengetahui siapa pengambil inisiatif dan berwenang untuk memutuskan pembelian.

Peran dan status seseorang yang berpartisipasi diberbagai kelompok akan membawa pada posisi tertentu. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang dan didalam peran terdapat status. Setiap orang akan menjalankan peran tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya, sehingga dimungkinkan adanya perilaku yang berbeda dalam setiap peran.

3. Faktor pribadi

Termasuk faktor pribadi adalah usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian. Usia berhubungan erat dengan perilaku dan selera seseorang. Bertambahnya usia seseorang bisanya diikuti juga dengan berubahnya selera terhadap produk. Faktor pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi seseorang sedangkan keadaan ekonomi cenderung mempengaruhi pemilihan barang dan jasa. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini yang menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan kepribadian seseorang akan mempunyai konsep diri atau citra pribadi yang khas.

17

4. Faktor Psikologis

Terdapat empat faktor psikologis utama yang mempengaruhi pilihan pembelian yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak, sedangkan persepsi adalah proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasi dan menginterprestasi masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Pengetahuan atau pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku merupakan hasil dari belajar melalui kombinasi dari dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan pengakuan. Teori pembelajaran dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat dan memasarkan barang dan jasa.

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal, sedangkan sikap dapat diartikan sebagai evaluasi, perasaan, emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan.

Secara umum manfaat mempelajari perilaku konsumen adalah membantu manajemen mencapai sasaran yang diinginkan secara efektif. Dalam memahami respon konsumen baik berdasarkan riset formal maupun tidak, yang menjadi unsur utama kesuksesan adalah pengetahuan tentang konsumen tersebut. Untuk dapat memahami perilaku konsumen bukanlah pekerjaan mudah. Tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan pengalaman penjualan sehari-hari karena akan sulit untuk

persepsi dan preferensi konsumen dapat berubah sewaktu-waktu.

2.2.5 Merek (Brand)

2.2.5.1Pengertian Merek (Brand)

Merek (brand) merupakan suatu identifikasi dari sebuah produk, suatu merek (brand) terdiri dari unsur nama (brand name), yaitu bagian yang dapat diucapkan dan bagian merek (brand) yang tidak dapat diucapkan dan bagian desain atau suatu pengepakan yang unik.

Kotler (2000), mendefinisikan merek (brand) sebagai nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu untuk membedakannya dari barang – barang dan jasa yang dihasilkan oleh para kompetitor. Suatu merek (brand) pada gilirannya memberi tanda pada konsumen maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk yang tampak identik.

Kotler (2000:460) menyatakan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda,symbol,rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

Penggunaan merek adalah seni dan landasan pemasaran. American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, symbol, atau desain yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa

19

seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing (dikutip dari Kotler 2005:82). Menurut undang-undang merek dagang, penjual diberikan hak eksklusif untuk menggunakan mereknya selamanya. Menurut Kotler (2005:82), merek mempunyai 6 tingkat pengertian, antara lain : 1. Atribut, merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes

menyiratkan mobil yang kokoh, tahan lama, direkayasa dengan baik, dan bergengsi tinggi.

2. Manfaat, atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

3. Nilai, merek tersebut juaga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya. Mercedes berarti kinerja tinggi, keselamatan, gengsi.

4. Budaya, merek tersebut juga mungkin menggambarkan budaya tertentu. Mercedes melambangkan budaya Jerman.

5. Kepribadian, merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes menyiratkan bos yang serius.

6. Pemakai, merek tersebut menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Mercedes cocok digunakan oleh orang berumur 55 tahun bukan 20 tahun.

Selain itu, merek menpunyai tiga manfaat utama antara lain identifikasi produk, penjualan berulang, dan penjualan produk baru. Merek mempermudah konsumen mengidentifikasi produk atau jasa. Merek juga dapat membuat konsumen yakin akan memperoleh kualitas barang yang sama jika mereka membeli ulang.

produk, dengan merek konsumen cenderung menghubungkan dengan kualitas yang ada pada produk beserta karakteristik produk tersebut. Merek merupakan identifier yang terdiri atas 2 elemen produk, antara lain :

1. Produk atau market offering yang dipresentasikannya. 2. Komunikasi tawaran dan janji merek yang bersangkutan.

Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa merek digunakan oleh pemasar untuk membedakan produknya dengan produk pesaing. Selain itu, secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama, logo, atau symbol baru untuk sebuah produk baru, maka ia telah menciptakan merek

Dokumen terkait