• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor penting dalam penentuan baik dan buruk tingkah laku seseorang yang dapat “mencetak” dan mempengaruhi tingkah laku manusia dalam pergaulannya yang meliputi:42

a. Manusia, selaku makhluk yang istimewa dengan kelainan-kelainannya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, memiliki kelebihan-kelebihan juga kekurangan-kekurangan tertentu. Disamping itu karena manusia selaku pelaku akhlak yang memiliki kelebihan akal untuk berfikir dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya.

b. Inctinct (naluri), naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir, jadi merupakan suatu pembawaan asli. Pandangan lain tentang “naluri” ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu tanpa di dahului latihan itu.

c. Kebiasaan, adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan.

40

Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak,…, h. 49-50

41

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2005), Cet. Ke-7, h. 208

42

d. Keturunan, ada beberapa yang biasa diturunkan, pada garis besarnya ada dua: 1) sifat jasmaniah, yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat saraf orang tua dapat diturunkan kepada anak, 2) sifat rohaniah, yakni lemah atau kuatnya suatu naluri diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.

e. Lingkungan, dalam hubungan ini lingkungan dibagi menjadi dua bagian: 1) lingkungan alam yang bersifat kebendaan, 2) lingkungan pergaulan yang bersifat rohaniah.

f. Kehendak, salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku manusia adalah kemauan keras (‘azam). Itulah yang menggerakan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh.

g. Suara hati (dhamir), fungsi dari suara batin adalah memperingatkan bahayannya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya.

h. Pendidikan yang dimaksud disini ialah segala tuntutan dan pengajaran yang diterima seorang dalam membina kepribadian. Pendidikan itu mempunyai pengaruh yang besar dalam akhlak, sehingga ahli-ahli etika berpandangan bahwa pendidikan adalah faktor yang turut menentukan dalam etika disamping faktor-faktor yang sebelumnya telah diterangkan.

Pembinaan akhlak seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, diantaranya ialah:

a. Faktor Nativisme

Faktor Nativisme yang berpengaruh terhadap pembinaan diri seseorang adalah faktor pembinaan diri dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Faktor Nativisme ini didasari bahwa pada anak dan orang tua terdapat kesamaan baik fisik ataupun psikis. Setiap manusia memiliki gen, gen inilah yang terdapat dalam sel-sel kelamin yang dipindahkan dari orang tua kepada anaknya dan

merupakan sifat-sifat yang diwariskan. Tokoh utama aliran ini adalah Athur Schopenhawer.43

b. Faktor empirisme

Faktor Empirisme, faktor dari luar yaitu faktor sosial termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Faktor ini paling mempengaruhi terhadap pembentukan akhlak. Ketika manusia lahir dan lingkungan yang baik, maka pengaruhnya kepada pembentukan akhlaknya juga dan ketika ia lahir di lingkungan yang kurang baik, maka pengaruh akhlaknya juga menjadi tidak baik. Maka disinilah pendidikan dan bimbingan akhlak sangat diperlukan untuk membentuk dan mengembangkan akhlak manusia. Tokoh utama aliran ini adalah Jhon locke. 44

c. Faktor Konvergensi

Kemudian faktor konvergensi berpendapat bahwa: pembinaan akhlak di pengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus untuk melalui interaksi dan lingkungan sekolah.45

Faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral dewasa ini sesungguhnya banyak sekali antara lain yang terpenting adalah:

1. kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat keyakinan beragama yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh dan sehat tentang ajaran agama yang di anutnya, kemudian diiringi dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng moral yang paling kokoh. Marilah kita ambil sebagai contoh ajaran islam dimana yang menjadi ukuran bagi mulai atau hinanya seseorang adalah hati dan perbuatanya, hati yang taqwa dan perbuatan yang baik 2. keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial,

dan politik

43

Ngalim Purwanto,Ilmu pendidikan teoritis dan praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke13, h. 59

44

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,……… h. 60

45

kepincangan atau ketidakstabilan suasana yang melingkungi seseorang menyebabkan gelisah dan cemas, akibat tidak dapatnya mencapai rasa aman dan ketentraman dalam hidup. Misalnya apabila keadaan ekonomi goncang, harga barang-barang naik-turun dalam batas yang tidak dapat diperkirakan lebih dahulu oleh orang-orang dalam masyarakat, maka untuk mencari keseimbangan jiwa kembali orang terpaksa berusaha keras. Jika ia gagal dalam usahanya yang sehat, maka ia akan menempuh jalan yang tidak sehat. Disinilah terjadinya penyelewengan-penyelewengan. Pada mulanya karena kebutuhan, tapi bisa tumbuh menjadi keserakahan

3. pendidikan moral tidak terlaksana menurut mestinya

pembinaan moral seharusnya dilaksanakan sejak si anak kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap-sikap yang dianggap baik buat penumbuhan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu.

4. Suasana rumah tangga yang kurang baik

Faktor yang terlihat pula dalam masyarakat sekarang, ialah kerukunan hidup dalam rumah tangga kurang terjamin. Tidak tampak adanya saling pengertian, saling menerima, saling menghargai, saling mencintai di antara suami istri. Tidak rukunnya ibu bapak menyebabkan gelisahnya anak-anak, mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan berada di tengah-tengah orang tua yang tidak rukun. Maka anak-anak yang gelisah dan cemas itu mudah terdorong kepada perbuatan-perbuatan yang merupakan ungkapan dari rasa hatinya, biasanya mengganggu ketentraman orang lain.

5. Diperkenalkannya obat-obat dan alat-alat anti hamil

Seperti kita ketahui bahwa usia muda adalah usia yang baru mengalami dorongan seksual akibat pertumbuhan biologis yang dilaluinya, mereka

belum mempunyai pengalaman dan jika mereka juga belum mendapat didikan agama yang mendalam dengan mudah mereka dapat dibujuk oleh orang-orang yang tidak baik yang hanya melampiaskan hawa nafsunya.

Maka terjadilah umpamanya obat atau alat-alat itu digunakan oleh anak-anak muda yang tidak terkecuali anak-anak sekolah atau mahasiswa yang dapat dibujuk oleh orang yang tidak baik itu oleh kemauan mereka sendiri yang mengikuti arus darah mudanya tanpa kendali. Orang tidak ada yang tahu karena bekasnya tidak terlihat dari luar.

6. Banyaknya tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang tidak mengindahkan dasar-dasar moral

Suatu hal yang belakangan ini kurang manjadi perhatian kita ialah, tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, kesenian-kesenian dan permainan-permainan yang seolah-olah mendorong anak-anak muda untuk mengikuti arus mudanya. Segi-segi moral dan mental kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi bagitu saja. Lalu di gambarkan dengan sangat realistis sehingga semua yang tersimpan di dalam hati anak muda diungkap dan realisasinya terlihat dalam cerita, lukisan atau permainan tersebut. Inipun mendorong anak-anak muda ke jurang kemerosotan moral.

7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu terluang

Suatu faktor yang juga telah ikut memudahkan rusaknya moral anak-anak muda, ialah kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu terluang, dengan cara yang baik dan sehat. Umur muda adalah umur suka berkhayal, melamunkan hal yang jauh. Kalau mereka biarkan tanpa bimbingan dalam mengisi waktunya maka akan banyaklah lamunan dan kelakuan yang kurang sehat timbul dari mereka

8. Kurangnya markas bimbingan

Kurangnya markas bimbingan dan penyuluhan yang akan menampung dan menyalurkan anak-anak ke arah mental yang sehat. Dengan kurangnya atau tidak adanya tempat kembali bagi anak-anak yang gelisah dan butuh bimbingan itu, maka pergilah mereka berkelompok dan menggabung kepada anak-anak yang juga gelisah. Dari sini akan keluarlah model kelakuan yang kurang menyenangkan.46

C. Kerangka Berpikir

Guru sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan juga memberi bimbingan baik jasmani maupun rohani guna mencapai kedewasaan dan pembentukan akhlak mulia.

Akhlak adalah suatu kondisi jiwa baik dan buruk, yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada orang lain dengan menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Akhlak merupakan sumber dari segi perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-buat dan perbuatan yang dapat dilihat sebenarnya yang merupakan gambaran dari sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa.

Pembinaan akhlak mulia merupakan keharusan mutlak, dan tuntunan yang tidak bisa ditawar lagi. Keharusan mutlak ini harus menjadi kepedulian semua pihak. Sebab akhlak mulia menjadi pilar tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa. Kemampuan suatu bangsa untuk terus hidup dan berkembang ditentukan oleh kualitas akhlaknya.

Jika semua guru PAI memberikan contoh yang baik maka pembinaan akhlak yang diberikan kepada siswa akan berdampak positif dengan kata lain akhlak siswa akan menjadi lebih baik, karena siswa akan mencontoh dan mempraktikkan perbuatan yang dilakukan oleh guru tersebut. Akan tetapi jika guru PAI memberikan contoh yang tidak baik,

46

maka pembinaan akhlak yang diberikan kepada siswa berdampak negatif atau dengan kata lain akhlak siswa kurang baik

BAB III

Dokumen terkait