• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. Pola Hidup

2.2 Faktor-Faktor yang Tergolong dalam Pola

Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dipilih seseorang untuk dimakan dalam waktu tertentu sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pola makan seimbang didapat dari nutrisi dengan tujuh komponen yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air, dan serat. Pola makan seimbang yaitu 60% biji-bijian, 30% sayur dan buah-buahan untuk mendapatkan vitamin, mineral, air, dan serat, serta 10% daging untuk mendapatkan lemak. Ragam pangan yang dikomsumsi harus dapat memenuhi tiga fungsi makanan yaitu zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), daan zat pengatur (vitamin dan mineral). Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih satu atau lebih jenis bahan makanan tersebut sesuai dengan ketersediaaan makanan yang ada di pasar, keadaan sosial ekonomi, nilai gizi, dan kebiasaan makanan ( Almatsier,2004 dalam Situngkir, 2012).

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan, perbaikan sel-sel tubuh, proses kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran ataupun ketidakhadiran suatu zat

gizi esensial dapat mempengaruhi ketersediaan, absorpsi, metabolisme, atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam menu sehari-hari (Almatsier,2009).

Pada umumnya, penyusunan menu makanan di Indonesia terdiri atas golongan makanan sebagai berikut :

a. Golongan makanan pokok.

Golongan makanan pokok ini biasanya berfungsi untuk memberikan rasa kenyang. Golongan makanan ini juga merupakan berperan sebagai sumber energi/ zat tenaga ataupun sumber karbohidrat. Porsi makanan pokok yang dianjurkan sehari umtuk orang dewasa adalah sebanyak 300-500 gram beras atau sebanyak 3-5 piring nasi sehari. Sebagian dari beras juga dapat diganti dengan jenis makanan pokok lainnya seperti mie, ubi, jagung, ataupun sagu. b. Golongan makanan lauk.

Golongan makanan lauk memberikan rasa nikmat sehingga makanan pokok yang pada umumnya memiliki rasa yang netral menjadi lebih terasa enak. Golongan makanan ini juga berperan sebagai sumber zat pembangun yakni protein baik protein hewani maupaun nabati. Lauk hewani terdiri dari daging, ayam, ikan, kerang, telur, udang, dan lain-lain. Laut nabati terdiri dari kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, tahu, tempe, oncom, dan lain-lain. Porsi lauk hewani yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/ daging/ayam sehari, sedangkan porsi lauk nabati sebanyak

100-150 gram atau 4-6 potong tempe sehari. Tempe dapat diganti dengan tahu ataupun kacang-kacangan kering,

c. Golongan sayuran dan buah-buahan

Sayuran memberikan rasa segar dan melancarkan proses makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah. Contoh sayuran antara lain sayur daun-daunan ( bayam, kangkung, genjer dan lain-lain), umbi-umbian, kacang-kacangan, dan sebagainya. Sementara itu buah sering digunakan sebagai makanan pencuci mulut. Contoh buah antara lain apel, jeruk, pepaya, pisang, nenas, dan sebagainya. Golongan makanan sayur dan buah merupakan sumber zat pengatur ataupun sumber vitamin dan mineral. Porsi sayuran yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah 150-200 gram atai 1,5 – 2 mangkok/ hari. Porsi buah yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lainnya. (Almatsier,2009).

Penyusunan menu makanan yang baik dan seimbang akan memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh sehingga angka kecukupan gizi terpenuhi dan terhindar dari status gizi yang buruk maupaun gizi lebih (kegemukan dan obesitas). Menurut Friedlander & Jones dalam Maretta (2011), usia menopause terjadi lebih awal pada wanita dengan bobot badan yang kurus dibandingkan dengan wanita dengan bobot badan yang gemuk. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan kadar estrogen di jaringan adipose/lemak pada wanita gemuk sehingga kadar estrogen wanita gemuk lebih tinggi dari wanita yang tidak gemuk. Tingginya kadar estrogen ini akan membuat wanita gemuk mengalami menstruasi yang

lebih lama sehingga wanita gemuk akan memasuki masa menopause di usia yang lebih tua dari wanita yang tidak gemuk. Sementara itu penelitian Ceballos et all (2006) menunjukkan status gizi yang buruk atau rendah akan

menyebabkan amenorhea dan mempercepat usia menopause (Maretta, 2011) Berdasarkan penelitian Antono (2010) dalam Jurnal Penelitian Kesehatan Forikes, terdapat hubungan yang signifikan antara status keluarga dengan usia terjadinya menopause. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kondisi keluarga berhubungan dengan kemampuan untuk menyediakan makanan baik dari kualitas maupun kuantitas. Jika keluarga mampu menyediakan makanan bergizi, maka nutrisi/asupan makanan akan tercukupi. Sebaliknya jika keluarga tidak mampu menyediakan makanan sesuai dengan nutrisi/asupan makanan sehingga angka kecukupan gizi tidak terpenuhi dan akhirnya mempercepat usia menopause.

Selain itu, konsumsi isoflavon ternyata mempengaruhi usia mulai menopause. Hal ini disebabkan oleh kandungan fitoestrogen dalam isoflavon merupakan senyawa yang mirip dengan hormon estrogen. Pemberian fitoestrogen dapat mengurangi keluhan sindrom menopause dan memperpanjang lama haid 1-2 hari dari sebelumnya ( Mulyati dkk, 2006).

Meskipun masih sedikit dilaporkan penelitian yang dilakukan pada manusia, namun fitoestrogen dapat memperlambat masa menopause dan mengurangi gejala-gejala menopause. Isoflavon atau fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor estrogen sebagai bagian dari aktivitas hormonal, menyebabkan serangkaian reaksi yang menguntungkan tubuh. Pada saat kadar

estrogen menurun, akan terdapat banyak kelebihan reseptor estrogen yang tidak terikat, walaupun afinitasnya rendah, isoflavon dapat berikatan dengan reseptor tersebut. Jika tubuh mendapatkan suplai isoflavon atau fitoestrogen, misalnya dengan mengkonsumsi produk-produk kedelai, maka akan terjadi pegaruh pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen yang menghasilkan efek menguntungkan, sehingga mengurangi simptom menopause ( Ren,2001)

Departemen Kesehatan menganjurkan agar wanita mengkonsumsi isoflavon 80mg per hari. Kadar tersebut dapat diperoleh dengan asupan 112 gram ( satu setengah potong sedang ) tahu atau 56 gram (dua potong sedang) tempe ( Mulyati dkk, 2006).

2.2.2 Aktivitas Fisik/Olahraga

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga (pembakaran kalori), yang meliputi aktivitas sehari-hari dan berolahraga. Aktivitas fisik yang ideal adalah aktivitas yang dapat meningkatkan ketahanan jantung disamping juga meningkatkan ketahanan dan kekuatan otot (Bustan,2007 dalam Situngkir,2012).

Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur selama 30 menit setiap hari minimal 3 kali dalam seminggu akan membantu memperpanjang umur harapan hidup dan menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit (Ramadhan, 2008 dalam Muharni, 2009).

Situngkir (2012) mengemukakan bahwa salah salah satu manfaat dari aktivitas fisik/olahraga teratur bagi kesehatan adalah menunda proses penuaan dengan mengurangi laju proses penuaan itu sendiri. Olahraga akan

merangsang seluruh sistem yang ada di dalam tubuh untuk berfungsi dengan lebih baik. Sifat olahraga yang cocok untuk tujuan tersebut adalah aerobik, baik dengan alat/media maupun tidak, yang dilakukan dengan intensitas sedang, frekuensi tiga kali per minggu. Masing-masing sesi latihan berlangsung sekitar 45 menit atau lebih. Olahraga berperan sebagai penjaga dan peningkat kebugaran jasmani secara umum. Olahraga juga berperan sebagai perangsang diproduksinya endofin (morfin tubuh). Endorfin ini akan memberi rasa segar, nyaman dan gembira. Dengan demikian juga akan mengurangi stress dan kekacauan yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan hormonal termasuk saat menjelang menopause. Menopause merupakan bagian dari proses penuaan yang akan dilalui setiap wanita. Dengan kata lain, jika aktivitas fisik/olahraga dilakukan secara teratur maka akan memperlambat usia memasuki menopause.

2.2.3 Penggunaan Zat/Merokok

Pengunaan zat baik legal maupun ilegal dapat mempengaruhi kesehatan. Salah satu perilaku yang tergolong dalam penggunaan zat adalah merokok. Merokok adalah perilaku menghisap rokok ataupun sesuatu yang dilakukan berupa membakar dan menghisap rokok serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Apabila sesorang yang tidak menghisap rokok secara langsung melainkan menghirup asap rokok dari orang lain yang merokok baik secara sengaja maupun tidak sengaja dapat dikatakan ia juga merokok dan disebut sebagai perokok pasif (Nasution, 2007).

Merokok dapat meenyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin (Situngkir,2012). Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mikkelsen dkk (2007), merokok juga dapat mempercepat usia menopause. Perokok berat (>10 batang rokok tiap hari) dan perokok sedang (10 batang tiap hari) memiliki resiko lebih tinggi mengalami menopause dini daripada perokok pasif ataupun yang tidak merokok. Sejalan dengan Mikelsen, Overton dan Davies (1999) dalam Andrews (2010) menyatakan bahwa usia menopause dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, yang dapat mempercepat terjadinya menopause hingga 1-2 tahun.

Hal tersebut terjadi karena nikotin yang terkandung dalam rokok diduga dapat menghambat produksi hormon estrogen yang berperan dalam siklus menstruasi wanita. Produksi hormon estrogen yang terhambat ini, akan menyebabkan siklus hormonal wanita tidak berjalan efektif. Sehingga, pada wanita perokok seringkali mengeluhkan siklus menstruasinya tidak teratur dan jarak persiklusnya sangat panjang. Kondisi ini memungkinkan terhentinya menstruasi secara permanen (menopause) akan lebih cepat (Sari,2009).

Selain itu ada pendapat lain yang menyatakan bahwa racun yang terdapat dalam rokok akan berdampak negatif terhadap fungsi ovarium, yakni kemungkinan akan meningkatkan atresia. Polycyclic aromatic hydrocarbons yang terdapat pada rokok sigaret (rokok putih) akan meracuni folikel dalam ovarium, mengakibatkan atrofi ovarium (Wati’ah, 2011)

Dokumen terkait