• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

B. Ketidaksadaran Kolektif

2. Faktor Filsafat

Perjalanan hidup Ikal juga mengajari Ikal menjadi sosok orang yang selalu peduli terhadap orang lain. Sebab ia menyadari bahwa manusia pada dasarnya tidak semua bersifat baik dan juga bersifat jahat. Hal ini ditunjukkan ketika Ikal menyimpulkan pemikirannya tentang sifat orang dilihat dari cara bicaranya. Seperti dalam kutipan berikut ini.

Dan ayahku adalah pria yang sangat pendiam. Jika berada di rumah dengan ibuku, rumah kami menjadi pentas monolog ibuku, berpenonton satu orang. Namun, belasan tahun sudah jadi anaknya. Aku belajar bahwa pria pendiam sesungguhnya memiliki rasa kasih sayang yang jauh berlebih dibanding pria sok ngatur yang merepet saja mulutnya. (SP. Hlm. 86) Kutipan di atas menunjukkan bahwa filsafat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi watak dan perilaku Ikal.

Berfikir secara bijaksana juga mewarnai watak dan perilaku Ikal. Ia menjadi seorang yang bijaksana dalam berfikir tentang kehidupan, yang memandang hidup tidak hanya dari luarnya saja. Seperti saat Ikal berfikir tentang hidup dalam mengejar cita-cita. Kehidupan yang jauh dari kampung halamannya.

Mencoba mencari perbedaan gambaran tentang kehidupan kanak-kanaknya dengan kehidupan yang tengah ia jalani. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut.

Namun, sekarang aku memiliki filosofi baru bahkan berbuat yang terbaik pada titik di mana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis. Maka sekarang aku adalah orang yang paling optimis. Jika kuibaratkan semangat manusia sebuah kurva, sebuah grafik, maka sikap optimis akan membawa kurva itu terus menanjak ... (SP. Hlm. 208) Kutipan di atas merupakan perwujudan dari fikiran Ikal yang bijaksana memaknai hidupnya yang ia rasakan terus berjalan.

Berfikir secara realistis membuat Ikal menjadi sosok yang perasa. Hal ini ditunjukkan ketika Ikal berfikir tentang sifat wanita yang sulit untuk dipahami. Seperti dalam kutipan berikut ini.

Nurmala terus menyangkal walaupun matanya penuh ragu. Dan aku tak salah dengan kesan satu detik yang kutangkap tadi. Sekarang wajah Nurmala kaku sarat penderitaan karena ingin sekali tahu kabar Arai dan karena ego yang mulai tercabik-cabik. Tapi semuanya dapat ia kendalikan dengan bersembunyi di balik tembok tebal gengsinya, yang justru semakin membuatnya menderita. Women! Sekarang aku mengerti mengapa Sigmund Freud tak dapat memahami keinginan wanita meskipun telah melakukan penelitian tentang wanita selama tiga puluh tahun, semuanya karena wanita sendiri sering tak tahu apa keinginannya. (SP. Hlm. 249)

Kutipan di atas merupakan bentuk fikiran Ikal yang merupakan suatu dorongan faktor filsafat. Hal yang tidak semua orang berfikir semacam itu. Wanita adalah seorang yang sangat sulit untuk dipahami.

3. Faktor Agama

Ikal lahir dari keluarga yang taat beragama. Ikal dibekali oleh orang tuanya dan guru pesantrennya dengan pengetahuan agama. Hal ini masih melekat di hati Ikal meskipun Ikal jauh dari orang tuanya saat memutuskan untuk bekerja jauh

dari rumahnya. Ikal tidak pernah melupakan ilmu agama yang telah diajarkan oleh orang tua dan guru pesantrennya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.

Para penggawa masjid sangat disegani. Mereka seperti trias politika: Taikong Hamim sang eksekutif atau pelaksana pemerintahan masjid sehari-hari, Haji Satar pembuat aturan sehingga seperti lembaga legislatif, dan haji Hazani selaku yudikatif. Namun, dalam praktik mereka adalah robot-robot budi pekerti yang menganggap besi panas merupakan alat yang setimpal untuk meluruskan tabiat anak-anak Melayu yang telah terkorupsi akhlaknya. Mereka keras seperti tembaga. Setelah pulang sekolah, jangan harap kami bisa berkeliaran. Mengaji dan mengaji Al- Qur’an sampai khatam berkali-kali. Dan jika sampai tamat SD belum hafal Juz Amma, siap-siap saja dimasukkan ke dalam beduk dan beduknya dipukul keras-keras sehingga ketika keluar berjalan zig-zag seperti ayam keracunan kepiting batu. (SP. Hlm. 59)

Kutipan di atas menunjukkan kegiatan Ikal dalam hari-harinya. Ia belajar agama dengan disiplin dan taat.

Agama telah membuat Ikal menjadi seorang yang percaya akan kekuasaan Tuhan. Ikal sadar bahwa semua kehidupan beserta isinya telah ditentukan oleh Tuhan. Hal ini ditunjukkan melalui jalan pikiran Ikal yang percaya kekuasaan Tuhan. Seperti dalam kutipan berikut ini.

Jika kita ditimpa buah nangka, itu artinya memang nasib kita harus ditimpa buah nangka. Tak dapat, sedikitpun, dielakkan. Dulu, jauh sebelum kita lahir, Tuhan telah mencatat dalam buku-Nya bahwa kita memang akan ditimpa buah nangka. Perkara kita harus menghindari berada di bawah buah nangka matang sebab tangkainya sudah rapuh adalah perkara lain. Tak apa-apa kita duduk santai di bawah buah nangka semacam itu karena toh Tuhan telah mencatat dalam buku-Nya apakah kita akan ditimpa buah nangka atau tidak. (SP. Hlm. 127)

Kutipan di atas menunjukkan betapa pasrahnya Ikal menerima takdir Tuhan. Karena Ikal yakin akan kekuasaanNya.

Ikal percaya akan takdir. Karena sejak kecil Ikal dibekali ilmu agama oleh orang tua dan guru di tempat ia menerima ilmu agama. Ia sadar bahwa apa yang

menjadi kehendak Tuhan pasti akan terjadi. Seperti halnya ia mempunyai mimpi yang ia yakini akan Tuhan wujudkan suatu saat nanti. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.

Aku mengambil surat kelulusan Arai dan membaca kalimat demi kalimat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari ini seluruh ilmu umat manusia menjadi setitik air di atas samudra pengetahuan Allah. Hari ini Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya, dan milyaran bintang-gemintang yang berputar dengan episiklus yang mengelilingi milyaran siklus yang lebih besar, berlapis- lapis tak terhingga di luar jangkauan akal manusia. Semuanya tertata rapi dalam protokol jagat raya yang diatur tangan Allah. Sedikit saja satu dari milyaran episiklus itu keluar dari orbitnya, maka dalam hitungan detik semesta alam akan meledak menjadi rempah-rempah. Hanya itu kalimat yang dapat menggambarkan bagaimana sempurnanya Tuhan telah mengatur potongan-potongan mozaik hidupku dan Arai, demikian indahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami, telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan universitas yang menerimaku, di sana jelas tertulis : Univesite de Paris, Sorbonne, Prancis. (SP. Hlm. 272).

Kutipan di atas jelas menunjukkan bahwa Ikal adalah seorang yang mengerti tentang ajaran agama yang ia yakini. Dan ia sangat percaya akan kekuasaan Tuhan.

Dokumen terkait