Pemenuhan Peraturan Tanda Kecakapan
Berdasarkan Reglemen 16A Pasal 5 tentang Syarat-Syarat Untuk Masinis menyebutkan persyaratan yang harus dipenuhi seseorang untuk dapat bertugas sebagai pengemudi rangkaian kereta api adalah sebagai berikut:
1. Tiada seorangpun boleh diserahi kewajiban untuk mengemudikan lokomotip sebagai masinis sebelum ia bekerja sebagai calon masinis selama dua tahun, atau sebelum bekerja satu tahun di Balai Yasa bagian mesin-mesin Diesel ditambah satu tahun bekerja sebagai calon masinis atau juru motor.
2. Selanjutnya dalam perjalanan percobaan dan pada waktu pemeriksaan ia harus dapat membuktikan bahwa ia:
a. Cukup paham dalam mengemudikan dan memelihara lokomotif
b. Mempunyai kecakapan bekerja sebagai tukang tempa dan tukang bubut, pandai memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil yang sering terdapat pada lokomotif
c. Mempunyai pengetahuan cukup tentang undang-undang dan peraturan Perusahaan Jawatan Kereta Api dan tentang pemakaian motor diesel
d. Pandai Menulis dan membaca
3. Seorang masinis harus mempunyai tinggi badan paling sedikit 1,60 meter
4. Akhirnya ia harus diperiksa mengenai ketajaman penglihatan dan pendengarannya sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku bagi masinis yang harus mengemudikan sendiri suatu lokomotip
5. Apabila ia telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada ayat 1, 2, 3 dan 4 dari pasal ini, maka kepadanya diberikan suatu surat keterangan sebagai tanda kecakapan oleh KT (model T62)
Dari data yang ada, awak KA BBR 20 telah memiliki surat tanda kecakapan (Brevet) yang dikeluarkan oleh PT. Kereta Api (Persero) bukan oleh Ditjen Perhubungan Darat. Brevet tersebut berlaku untuk selama yang bersangkutan menjadi pegawai PT. KA, kecuali brevet tersebut dicabut karena awak KA melakukan kesalahan.
Kondisi Tubuh
Berdasarkan Reglemen 16A Pasal 5 tentang Syarat-Syarat Untuk Masinis menyebutkan persyaratan yang harus dipenuhi seseorang untuk dapat bertugas sebagai pengemudi rangkaian kereta api adalah sebagai berikut:
Akhirnya ia harus diperiksa mengenai ketajaman penglihatan dan pendengarannya sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku bagi masinis yang harus mengemudikan sendiri suatu lokomotip.
Sesuai dengan Instruksi 3 Jilid I Bab IX Huruf K, pemeriksaan ulangan kondisi kesehatan mata dan telinga awak KA (termasuk masinis dan asisten masinis) harus dilakukan terhadap personil yang:
a. 4 bulan setelah umur 45 tahun atau jika mempunyai masa kerja 20 tahun dan selanjutnya lagi tiap-tiap 5 tahun sekali
b. Jika telah menderita sakit mata atau telinga c. Setelah mendapat kecelakaan, hingga gegar otak
d. Setelah melakukan, atau perbuatan yang mungkin disebabkan karena kelemahan mata dan telinga
e. Karena lain-lain hal yang dianggap perlu oleh dokter atau jawatan.
Pemeriksaan medis dilakukan terutama terhadap awak KA sejak mulai bekerja sebagai awak KA. Sedangkan pemeriksaan ini belum pernah dilakukan sejak awak KA BBR 20 bertugas sebagai Masinis dan Assiten Masisin. Namun perlu dipikirkan kembali mengenai pemeriksaan ulangan secara menyeluruh serta tidak hanya pemeriksaan mata dan telinga. Perlu pula dikaji tindakan lanjutan terhadap hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh ini. Catatan: Kedua hal tersebut diatas tidak berhubungan langsung terhadap kecelakaan ini,
tetapi perlu adanya perhatian khusus terhadap pemeriksaan medis bagi awak KA.
2.4.2 Awak Bus PMH
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1993 tentang kendaraan dan Pengemudi, pasal 240, adalah sebagai berikut:
(1) Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan di jalan, perusahaan ngkutan umum wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi kendaraan umum.
(2) Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 8(delapan) jam sehari.
(3) Pengemudi kendaraan umum setelah mengemudikan kendaraan selama 4 (empat) jam berturut-turut, harus diberikan istirahat sekurang-kurangnya setengah jam. Tim tidak dapat memastikan adanya indikasi pelanggaran peraturan ini tetapi berdasarkan informasi dari seorang penumpang, bahwa pengemudi mengalami kelelahan. Hal ini kemungkinan mengindikasikan bahwa pengemudi melebihi waktu mengemudi yang ditetapkan.
3
3 KKEESSIIMMPPUULLAANN
3.1 TEMUAN
1. Pada hari Selasa, 9 Agustus 2005 pukul 19.31, KA BBR 20 berangkat kosongan dari Stasiun Tarahan menuju Stasiun Tanjung Enim.
2. Pada hari Rabu, 10 Agustus 2005 di Stasiun Sepancar KA BBR 20 berjalan langsung di sepur 1 pukul 03.52 (terlambat 62 menit) dan bersilang dengan KA BBR 15.
3. Pada pukul 04.10 di petak jalan Stasiun Sepancar – Stasiun Baturaja di Km 222+811, pada perlintasan sebidang No. 47 yang tidak dilengkapi pintu, KA BBR 20 menabrak bus PMH No. 471 dengan nomor kendaraan BK 7028 TA jurusan Medan – Pati.
4. Bus PMH No. 471 ini terseret sepanjang 318 m dari tempat kejadian dan mengalami rusak berat.
5. Roda belakang lokomotif pertama (CC 20217) KA BBR 20 mengalami anjlok 3 as dan Lokomotif ini juga mengalami rusak ringan.
6. Rintang jalan dapat dibebaskan pada pukul 10.00.
7. Korban tumburan Kereta api dengan bus PMH No. 471 ini adalah penumpang bus terdiri dari: meninggal 11 orang, luka berat 14 orang dan luka ringan 25 orang serta 1 orang awak KA mengalami luka ringan.
8. Pada lokasi kejadian di perlintasan JPL No. 47 tidak memenuhi pandangan bebas bagi masinis maupun pengemudi kendaraan karena terhalang oleh pepohonan dan rumah penduduk.
9. Rambu jalan perlintasan jalan rel terdiri dari:
a. Rambu STOP yang terletak di sebelah kiri dan kanan jalan;
b. Rambu larangan Tabel IIA No.1c dan No. 22b terletak disebelah kanan jalan; c. Rambu peringatan lain yang terletak di sebelah kanan jalan.
10. Terdapat jalan alternatif yang dapat dilewati kendaraan bermotor tanpa melewati perlintasan jalan rel kereta api, yang terletak sebelum perlintasan JPL No. 47.
11. Pada tanggal 27 Juli 2005 lokomotif kereta api CC 20217 keluar dari Balai Yasa Lahat setelah melakukan pemeriksaan akhir dan dinyatakan laik jalan. Lampu sorot dan klakson otomotif dapat bekerja dengan baik.
12. Pada tanggal 27 Mei 2005 bus PMH dengan nomor kendaraan BK 7028 TA telah melakukan uji berkala dan dinyatakan laik jalan serta bus akan melakukan uji berkala selanjutnya pada 26 November 2005.
13. Bus PMH No. 471 melayani kelas eksekutif yang dilengkapi dengan alat pendingin udara, kaca jendela bus tertutup rapat.
14. Bus PMH No. 471 tidak dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat yang berupa alat pemecah kaca, alat pemadam kebakaran dan emergency exit.
15. Kapasitas penumpang bus PMH No. 417 yang diijinkan berdasarkan kartu pengawasan adalah 41 penumpang dan pada buku uji berkala adalah 35 penumpang.
16. Pada saat kejadian penumpang bus PMH No. 471 sebanyak 50 penumpang dan terdapat bangku tambahan di lorong bus.