• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kebakaran

2.2 Faktor Manusia

Menurut Ramli (2010:6), sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran. Secara garis besar faktor manusia disebabkan oleh dua faktor yaitu:

2.2.1 Pekerja

Salah satu faktor manusia adalah pekerja yang sering disebut sebagai faktor penyebab dalam terjadinya kecelakaan, kesalahan yang disebabkan oleh pekerja karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, terlalu sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan suatu hal karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan, kurang sehat, faktor umur, pengalaman, tingkat pendidikan dan keterampilan, lama bekerja, serta kelelahan dapat menyebabkan terjadinya kebakaran di tempat kerja yang disebabkan oleh pekerja (Sucipto, 2014:84).

2.2.2 Pengelola

Manajemen atau pengelola menjadi faktor penyebab kebakaran dikarenakan adanya suatu manajemen/pengelola dapat menentukan berjalan atau tidaknya

17 sebuah kebijakan. Kebakaran dapat terjadi apabila komitmen dari manajemen atau pengelola masih kurang begitu memperhatikan aspek tertentu yang dapat membahayakan kondisi di lingkungan kerja. Dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bukan mencari siapa yang salah tetapi memperkuat bahkan menciptakan upaya kecil untuk meningkatkan komunikasi K3. Manajemen harus mendorong pemberian umpan balik berkali-kali mengenai status perbaikan aspek K3 di lapangan. Memberi motivasi kepada pekerja secara terus menerus untuk berpartisipasi sesuai peranannya (Somad, 2013:13).

Berdasarkan lingkup manajemen, peran seorang manajer memiliki kaitan langsung dengan K3 karena memiliki kendali dan boleh memberikan instruksi. Menurut (Ridley, 2008:39), para manajer dapat mempengaruhi kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan cara:

1. Menetapkan kebijakan yang menuntut kinerja keselamatan kerja yang tinggi. 2. Memastikan bahwa sumber daya yang disediakan tersebut telah dimanfaatkan

dengan benar dan efektif.

3. Menyediakan sumber daya untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut.

4. Memberikan kebebasan dan kewenangan seperlunya kepada para manajer di tingkat lokal untuk mencapai standar K3 tingkat tinggi dengan cara-cara mereka sendiri.

5. Tetap menjaga para manajer lokal untuk bertanggung jawab atas kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mereka.

6. Menunjukkan komitmen terhadap keselamatan kerja dengan cara: 1) Melibatkan diri dalam masalah-masalah K3.

18 2) Mendorong keselamatan kerja yang tinggi dengan pendekatan proaktif. 3) Memastikan masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

telah dimasukkan ke dalam agenda-agenda kerja.

4) Memberikan perhatian pada Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) yang sama bobotnya dengan perhatian pada produksi, keuangan, dan penjualan. 5) Banyak mengetahui isu-isu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ketika

mengunjungi tempat kerja dan membahasnya dengan pekerja. 2.3 Faktor Proses Produksi

Faktor penyebab kebakaran yang termasuk dalam faktor proses produksi: 2.3.1 Bahan Baku

Penempatan bahan baku yang termasuk bahan mudah terbakar seperti minyak, gas, atau kertas yang berdekatan dengan sumber api atau panas dapat menyebabkan terjadinya kebakaran (Ramli, 2010:7). Oleh karena itu perlu adanya upaya khusus untuk penyimpanan bahan untuk mencegah terjadinya potensi bahaya kebakaran di tempat kerja.

2.3.2 Peralatan/Teknis

Peralatan/teknis menjadi penyebab kebakaran khusunya ketika kondisi tidak aman dan membahayakan sehingga dapat menyebabkan terjadinya kebakaran (Ramli, 2010:7). Kondisi peralatan/teknis yang dapat menyebabkan kebakaran:

1. Kondisi peralatan sudah tua atau tidak standar. 2. Peralatan yang sudah rusak.

3. Penempatan yang tidak tepat.

19 Data laporan kebakaran menunjukkan pada tahun 2011 di USA, peralatan/teknis dapat menyebabkan kebakaran dengan kerugian 400 orang meninggal dunia, 1.520 orang terluka, dan kerusakan properti dengan total kerugian $893 juta (Hall, 2012:1).

2.3.3 Instalasi Listrik

Menurut (Hall, 2012:3), kebakaran yang diakibatkan oleh listrik di USA tahun 2011 menunjukkan bahwa diperkirakan terjadi kebakaran sebanyak 47.700 kejadian yang diakibatkan kegagalan listrik dalam pengelolaannya, menyebabkan 418 orang meninggal dunia, 1.570 mengalami cidera, dan kerugian properti secara langsung mencapai $1,4 milyar. Menurut Anizar (2012:24), instalasi dan peralatan listrik sebanyak 28% sebagai penyebab kebakaran, hal ini dipicu karena penggunaan perlengkapan listrik yang digunakan tidak sesuai dengan prosedur yang benar dan standar yang telah ditetapkan oleh LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan) PLN, rendahnya kualitas peralatan listrik dan kabel yang digunakan, serta instalasi yang asal-asalan dan tidak sesuai peraturan.

2.3.4 Cairan Mudah Menyala dan Terbakar

Menurut National Fire Protection Association (NFPA) 30 dalam Rijanto (2011:339), cairan mudah menyala adalah cairan yang mempunyai titik nyala di bawah 37,8oC (100oF) dan mempunyai tekanan uap tidak melebihi 40 psia (1.276 kpa) pada 37,8oC (100oF). Cairan mudah terbakar adalah cairan dengan titik nyala pada atau di atas 37,8oC (100oF), tetapi di bawah 93,4oC (200oF). Meskipun tidak semudah cairan mudah menyala, cairan mudah terbakar dalam keadaan tertentu juga harus ditangani dengan hati-hati.

20 Beberapa cairan mudah menyala dan terbakar yang umum adalah bensin, minyak bumi, berbagai hidrokarbon, alkohol, dan berbagai produk olahannya. Cairan ini secara kimiawi merupakan kombinasi hidrogen dan karbon yang mungkin juga mengandung oksigen, nitrogen, sulfur, atau unsur-unsur lainnya. Cairan mudah menyala dan terbakar menguap dan bercampur dengan udara bila berada di wadah terbuka, bila terjadi kebocoran, tumpah, atomisasi, atau dipanaskan. Derajat bahaya ditentukan secara luas oleh:

1. Titik nyala cairan.

2. Konsentrasi uap di udara.

3. Kemungkinan sumber penyalaan pada atau di atas suhu atau kecukupan tingkat energi untuk menyebabkan campuran menyala menjadi api.

4. Jumlah uap yang ada. 2.4 Faktor Alam

Faktor penyebab kebakaran yang termasuk dalam faktor alam adalah: 2.4.1 Petir

Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang

Dokumen terkait